BAB IX
HUBUNGAN
SAMBUNGAN KAYU
IX.I Pengertian
Panjang kayu dipasaran sangatlah
terbatas, sedangkan dalam suatu konstruksi membutuhkan kayu yang cukup panjang.
Untuk mengatasi akan keterbatasan ukuran panjang kayu dibutuhkan adanya
sambungan.
Sambungan kayu adalah dua batang
atau lebih yang saling disambungkan satu sama lain, sehingga menjadi satu
batang kayu yang panjang. Sambungan dapat berupa batang mendatar maupun tegak
lurus.
IX.2
Syarat-syarat hubungan kayu :
- Diusahakan hubungan dibuat sesederhana mungkin tapi kokoh.
- Hindari menggunakan kayu yang betul-betul cacat.
- Perhatikan sifat-sifat kayu terutama terhadap penyusutan.
- Hindari menarik kayu terlalu dalam, karena dapat melemahkan hubungan kayu itu sendiri.
- Bentuk sambungan dari hubungan harus tahan terhadap gaya-gaya yang bekerja padanya.
- Perhatikan rencana penempatan sambungan.
- Ulas dahulu dengan lood menie sebelum hubungan disatukan.
XI.3 Macam-macam
hubungan kayu
XI.3.1 Sambungan
kayu memanjang
a. Sambungan bibir lurus tegak
Sambungan ini dapat digunakan bila disepanjang
balok-balok dipikul secara merata dan tidak menerima gaya tarik mupun momen
lentur. Pada sambungan ini baloknya sangat diperlemah karena kedua ujung balok
yang akan disambung masing-masing di takik ½ tebal kayu. Bidang takikan yang
mendatar dinamakan bibir, bidang yang tegak dinamakan dada, bagian yang dibawah
dinamakan pemikul dan bagian yang diatas dinamakan penutup.
b. Sambungan
bibir miring tanpa kait ( dada tegak)
Sambungan ini
digunakan apabila balok berada di atas dua tumpuan atau lebih seperti pada
balok gording yang ditumpu / ditahan oleh balok kaki kuda – kuda. Untuk dapat
menhan lenturan, bibir sambungan dibuat berangsur – angsur miring dengan posisi
balok berdiri. Pada kedua ujung balok yang akan disambung masing – masing
ditakik sedalam 1/8 – 1/6 t yang disebut dada. Panjang bibir dalam arah datar
2½ - 3 t an dibuat miring.
EmoticonEmoticon