Tuesday, September 26, 2017

karya ilmiah berbicara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
     Dalam kehidupan sehari-hari, menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita lakukan. Di mana pun kita berada, kedua jenis keterampilan berbahasa ini hampir selalu kita perlukan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Betapa sebagian besar waktu kita, sejak bangun pagi hari hingga akan tidur pada malam hari, baik di dalm maupun di luar rumah, kita gunakan untuk berkomunikasi secara lisan, (Edi Suegito, 2007).
     Berbahasa lisan merupakan keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatihkan kepada para siswa sekolah. Oleh sebab itu, dalam karya tulis ilmiah ini akan membahas mengenai Cara Meningkatkan Ketarampilan Barbahasa Lisan Dalam Kehidupan Sekolah dan Masyarakat. Cakupan bahasanya meliputi hubungan menyimak dan berbicara, strategi pembelajaran berbahasa lisan dan penerapannya melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif.
     Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, menyimak dan berbicara berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Hubungan keduanya ibarat sekeping logam yang memiliki dua sisi. Bila ada menyimak pasti ada berbicara. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasih dua arah secara langsung atau komunikasi tatap muka, (Hendri Guntur Tarigan, 1986).
1.2  Perumusan Masalah
     Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.   Bagaimana hubungan menyimak dengan berbicara?
2.   Apakah strategi pembelajaran berbahasa lisan dan penerapannya melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif?

1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1     Tujuan Penelitian Secara Teoritis
Untuk mengetahui sejauh mana keterampilan berbahasa lisan di lingkungan sekolah dan masyarakat.
1.3.2     Tujuan Penelitian Secara Praktis
     Untuk mengetahui pengembangan kreativitas berbahasa lisan di lingkungan sekolah dan masyarakat dengan menerapkan menyimak, menulis, dan berbicara sebagai objek utama.
1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1     Manfaat Penelitian Secara Umum
Hasil penelitian diharapkan agar ilmu pengetahuan dalam mengembangkan kreativitas berbahasa lisan berjalan dengan baik.
1.4.2     Manfaat Penelitian Secara Khusus
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat yang baik bagi sekolah dan masyarakat.










BAB II
KAJIAN PUSTAKA

     Menurut Hasan Alwi (2002: 1180) dalam kamus besar Bahasa Indonesia,keterampilan berasal dari kata dasar terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas setelah mendapatkan imbuhan menjadi kata keterampilan. Sehingga memiliki arti sebagai kecakapan dalam menyelesaikan tugas. Keterampilan dan kata bahasa membentuk fase keterampilan bahasa di arti kata sebagai kecakapan seseorang untuk memakai bahasa menulis, membaca,menyimak dan berbicara.
     Berbicara artinya melahirkan pendapat dengan perkataan Hasan Alwi (2002:148). Sedangkan menurut Suhartono (2005: 20) berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui siaran atau bunyi bahasa. Berbicara dianggapsebagai kebutuhan pokok bagi masyarakat karena dengan berbicara kita dapat menyampaikan dan mengkomunikasikan segala isi dan gagasan batin kita. Orang yang terampil berbicara akan menjadi pusat perhatian, pandai bergaul, dan mudah bekerjasama serta mampu mempengaruhi pendapat orang lain. Itulah sebabnya orang yang pandai berbicara cenderung akan maju ke depan dan menjadipemimpin.
     Pada pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menuntut agar setiap warga Negara terampil menggunakan bahasa Indonesia ragam baku, Djago Tarigan (1997/1998:148-149). Bagi guru hal itu merupakan tuntutan mendidik warga negara di mulai dari usia dini agar mereka terampil berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia yang baku, sadarkan anak jika menggunakan bahasa jawa (daerah) dan bila menggunakan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Tujuan pembelajaran kemampuan berbahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahasa anak, bukan pada pengetahuan tentang bahasa. Keterampilan berbicara bersifat mekanistis artinya keterampilan ini bisa dikuasai dengan latihan yang kontinu dan sistematis. Ini berarti siapa yang terampil harus sering latihan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Menyimak Dengan Berbicara
      Dalam percakapan sehari-hari, kata mendengar, mendengarkan, dan menyimak sering kita gunakan. Dalam pengajaran keterampilan berbahasa makna ketiga hal itu dengan jelas harus kita bedakan. Perhatikan contoh peristiwa-peristiwa berikut ini mana yang termasuk kegiatan mendengar, mendengarkan, dan menyimak?
1.   Pak Ishak berkata kepada tetangganya, Mas Karto, ketika mereka beristirahat di danau tengah sawah,” To, tadi malam saya mendengar bunyi ‘bum’ di belakang rumah saya. Kamu juga mendengar suara itu?” tidak,”jawab Mas Karto. “ Semalam saya tidur pulas sekali.”
2.   Basuki tampak sedang asyik membaca buku novel. Radio di meja sebelahnya sedang menyiarkan nama-nama pemesan lagu kesukaanya, Emen. Ketika lagu itu deperdengarkan, Basuki memperbesar volume suara radionya. Sambil mendengarkan lagu itu, ia melanjutkan membaca buku novelnya.
3.   Di layar televisi sedang ditayangkan acara “Pembinaan Bahasa Indonesia”. Dina menyimak uraian si pembicara dengan penuh minat. Sekali-sekali ia mencatat hal-hal yang amat menarik perhatianya dalam buku catatan.
     Dari contoh di atas dapat ditentukan bahwa  pada peristiwa satu, Pak Ishak mendengar bunyi “bum” di belakang rumahnya. Tanpa direncanakan, tanpa disengaja, Pak Ishak mendengar suara itu, bukan? Jadi, pada peristiwa mendengar belum terdapat faktor kesengajaan. Pada peristiwa dua , Basuki membaca novel sambil mendengarkan lagu “Emen”. Di situ faktor kesengajaan udah ada. Buktinya, Basuki sengaja memperbesar volume suara radionya. Tetapi, apakah ia berusaha memahami lagu yang didengarkanya itu? Tentu tidak, Sebab perhatianya terpusat pada membaca novel. Pada peristiwa ketiga, Dina menyimak uraian pembawa acara “Pembinaan Bahasa Indonesia”. Di situ jelas, tidak hanya faktor kesengajaan saja, melainkan juga faktor pemusatan perhatian dan pemahaman kita jumpai. Dalam peristiwa menyimak unsur  pemahaman merupakan faktor utama.
          Menyimak, sebagai salah satu keterampilan berbahasa, tidak kalah pentingnya denagan berbicara, membaca dan menulis. Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis harus disajikan secara terpadu dalam pembelajaran keterampilan berbahsa. Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon, atau televise. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga kita diidentifikasi jenis dan pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya, dinilai kebenaranya agar dapat diputuskan diterima tidaknya.
           Menyimak merupakan proses yang mencangkup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa menyimak pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi.
          Menyimak harus dikaitkan dengan berbicara. Kedua kegiatan ini merupakan proses interaksi antarwarga dalam masyarakat yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama. Komunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya disebut komunikasi verbal. Ada pula komunikasi lain dengan menggunakan gerak-gerik, isyarat atau bendera sebagai alatnya. Kegiatan komunikasi dengan menggunakan alat bukan bahasa seperti itu dinamakan komunikasi non verbal. Pada kenyataanya, komunikasi verbal itulah yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
            Dari uraian diatas kita tahu bahwa dalam komunikasi lisan pembicara dan penyimak berpadu dalam satu kegiatan yang resiprokal. Keduanya dapat berganti peran secara spontan, dari pembicara menjadi penyimak atau sebaliknya, dari penyimak menjadi pembicara. Dengan demikian kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi atau saling melengkapi. Tidak ad gunanya kita berbicara tanpa menyimak jika pada saat yang sama tidak ada yang berbicara. Dari situlah kita tahu bahwa berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang bersifat resiprokal.
3.2  Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapan Melalui Kegiatan Bercerita dan Dramatisasi Kreatif.
     Melatih dan meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa lisan merupakan salah satu tugas guru. Guru yang berpengalaman dan kreatif rasanya tidak akan mengalami kesulitan dalam memilih strategi yang tepat untuk melaksaakan tugas itu. Beberap prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan seperti berikut ini:
1.      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan siswa.
2.      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang sederhana ke yang lebih komplek, sesuia dengan tingkat perkembangan bahasa siswa.
3.      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.
4.      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus benar-benar mengajar, bukan menguji. Artinya, skor yang diperoleh siswa harus dipandang sebagai balikan bagi guru.
     Guru yang sudah mengenal, mengetahui, menghayati, dan dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran berbahasa lisan memiliki rasa percaya yang kuat sehingga kinerjanya di kelas jauh lebih mentap dan meyakinkan. Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.      Relevan dengan tujuan pembelajaran
2.      Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
3.      Mengembangakan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok
4.      Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5.      Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
6.      Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakanya peralatan yang rumit
7.      Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
     Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum terbaru untuk SD, dapat dikemukakan beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan sebagai berikut:
1.      Bermain tebak-tebakan
          Bermain tebak-tebakan dapat kita laksanakan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskripsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebutkan nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu.
2.      Menjawab Pertanyaan
            Latihan menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan bahan simakan sangat menunjang pengembangan keterampilan berbahasa lisan siswa. Ada lima pertanyaan yang perlu diajukan guru, yaitu (1) siapa yang berbicara, (2) apa yang dibicarakan, (3) mengapa hal itu dibicarakan, (4) dimana hal itu dibicarakan, dan  (5) bila hal itu dibicarakan. Dengan demikian, guru harus pandai memilih bahan simakan yang sesuai yang dapat berupa dengeng atau cerita anak, sehingga kelima pertanyaan itu dapat diajukan.
3.      Menyelesaikan cerita
             Guru atau seorang siswa mulai bercerita. Siswa atau siswa yang lain menyimak cerita yang dilisankan. Cerita yang belum selesai dilisankan guru atau seorang siswa itu dilanjutkan oleh siswa atau pencerita kedua, ketiga, dan seterusnya, sampai cerita itu tamat. Cara mengajarkan bercerita seperti ini memaksa siswa harus menyimak jalan cerita yang ditampilkan, sebab pada giliran berikutnya setiapa siswa mungkin ditunjuk guru untuk melanjutkan cerita itu.
4.      Bercerita
            Bercerita menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan bercerita siswa dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai pendengar, dan berprilaku menarik.
           Kegiatan bercerita harus dirancang dengan baik. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, jauh sebelumnya guru sudah meminta siswa untuk memilih cerita yang menarik. Setelah itu siswa diminta menghafalkan jalanya cerita agar nanti pada pelaksanaanya, ketika bercerita di depan pendengarnya tidak mengalami kesulitan.
5.      Memberi Petunjuk
            Memberi petunjuk seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak sesuatu tempat, memerlukan sejumlah persyaratan petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Siswa yang sering berlatih member petunjuk secara lisan akan lebih terampil berbicara. Karenanya, guru harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berlaih memberikan petunjuk.
6.      Bertelepon
            Berbicara antara dua pribadi yang berjauhan dapat dilakukan dengan bertelepon. Bertelepon merupakan komunikasi lisan jarak jauh. Ciri khas bertelepon adalah berbicara jelas, singkat, dan lugas. Harus diperhatikan bahwa terlalu lama bertelepon tidak baik karena di samping faktor biaya, juga dapat menghambat orang lain yang ingin menggunakan telepon itu.
     Biasanya telepon digunakan untuk hal-hal penting saja, misalnya peyampaian informasi penting, berita keluarga, dan sebagaimana. Strategi bertelepon dapat digunakan sebagai strategi pengajaran berbahasa lisan.
7.      Diskusi
            Berdiskusi pada dasarnya merupakan interaksi verbal secara tatap muka yang dilakukan oleh lebih dari dua individu. Diskusi merupakan percakapan dalam bentuk lanjut yang bobot pembicaraanya lebih kompleks daripada percakapan yang biasa dilakukan oleh dua orang. Berdiskusi merupakan strategi yang baik bagi pengembangan keterampilan berbahasa lisan, khususnya berbicara untuk bermusyawarah atau memecahakan masalah.
8.      Main Peran
            Main peran adalah simulasi (tiruan) tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuanya adalah melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, melatih paraktik berbahasa lisan secara intensif, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
     Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankanya. Dari segi bahasa belarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai/
9.      Dramatisasi
            Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dulu harus mempersiapakan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikiranya dalam bentuk bahasa lisan.    




BAB IV
 PENUTUP
4.1     Simpulan
                 Pengajaran keterampilan berbahasa lisan akan membawa hasil yang memuaskan apabila dilandasi dengan tujuan yang jelas, materi yang disusun secara sistematis, dan mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa serta kegiatan pembelajaran bukan pengujian.
                Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal.
    Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya.Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
                  Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan (berbicara) harus dimulai dari kita sebagai guru atau pengajar yang menjadi acuan para siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah khususnya dan di lingkungan keluarga, masyarakat pada umumnya.
4.2     Saran
                Antara menyimak, membaca, menulis, serta berbicara erat hubungan nya dan saling keterkaitan, oleh sebab itu kita harus rajin melatih keterampilan berbahasa, agar kita bisa menjadi sastrawan yang handal dan menjadi pembicara yang baik.






Artikel Terkait


EmoticonEmoticon