Monday, September 25, 2017

PSIKOLOGI SASTRA “TEORI MIMPI”

PSIKOLOGI SASTRA
“TEORI MIMPI”

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Hampir sepertiga bahkan lebih dari kehidupan manusia pada umumnya dihabiskan untuk tidur. Jika usia rata-rata manusia 60 tahun, maka selama 20 tahun diisi dengan tidur. Waktu yang tidak sedikit bukan? Namun dengan tidur, tidak berarti manusia melewati masa sia-sia karena tidur menjaga metabolisme tubuh agar tetap stabil. Menurut hasil penelitian, setelah 72 jam tidak tidur, akan menyebabkan gangguan psikotik.
Dengan tidur pula, kita dapat mengakses dunia yang memperantarai dua alam (fenomena dan abstrak) melalui mimpi. Mimpi juga memiliki manfaat, pertama; sebagai pemenuhan keinginan terlarang (Freud) misalnya: menonjok jidat pejabat negara yang kita benci tanpa dipidanakan, dan jika beruntung, kita dapat “berhubungan seksual” dengan artis idola dunia yang cantik atau ganteng. Kedua; sebagai sumber ilmu maupun risalah kenabian (Ibn Arabi).
Dalam karya pertama yang sangat monumental, Interpretation of Dream, Freud menjadikan mimpi sebagai obyek riset psikoanalisis untuk mengatasi gangguan-gangguan neurosis pada pasiennya. Dengan karyanya ini, Freud mulai diperhitungkan perannya dalam dunia psikologi. Tidak sedikit yang dipengaruhinya, diantaranya C.G. Jung, Alfred Adler yang kemudian bergabung dibawah naungan psikoanalisis Freud, meski tidak berlangsung lama. Bahkan, banyak ahli psikoterapi yang menekankan pentingnya analisa mimpi.
Freud percaya bahwa mimpi adalah manifestasi dari harapan yang muncul dari pikiran alam bawah sadar yang sulit diakses kedalam alam sadar karena didalamnya terdapat berbagai emosi, termasuk ketakutan terbesar dan keinginan-keinginan yang bahkan tidak disadari karena ditekan oleh individu tersebut. Hal ini bisa disebabkab karena norma-norma dalam komunitas yang melarangnya, ataupun karena situasi yang tidak memungkinkan impuls-impuls tersebut termanifestasi. Maka, impuls-impuls tersebut tersimpan dalam alam ketidaksadaran seseorang yang akhirnya suatu waktu muncul di alam mimpi. Sama juga dengan mimpi buruk, tapi kebalikannya. Dalam mimpi buruk yang muncul adalah hal-hal yang sama sekali tidak diharapkan terjadi dialam sadar.
Freud menggunakan mimpi sebagai salah satu metode untuk menangani gangguan psikologis kliennya, yang disebut Analisis mimpi. Metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Analisis mimpi ini dimaksudkan untuk memberi jalan untuk mempermudah analisis psikologis terhadap neurosis (baca: gangguan jiwa).
Freudian teori juga menyatakan bahwa mimpi membawa pesan. Alam bawah sadar tidak berkomunikasi dengan kata-kata melainkan dengan simbol dan emosi melalui mimpi. Beberapa mimpi memiliki pesan dan penafsiran yang jelas jika dilihat dari pengalaman pribadi individu yang bermimpi. Mengenai hubungan mimpi dengan alam sadar, Freud berpendapat bahwa apapun yang ditawarkan oleh mimpi, individu mendapat materinya dari alam nyata.
Interpretasi mimpi Freud tidak selalu empiris dan kontroversial, tapi terbukti teori ini masih sangat populer. Oleh karenanya tulisan ini tidak bermaksud untuk menonjolkan kelebihan satu tokoh diantarannya, namun lebih menekankan pada titik temu sekaligus perbedaannya untuk mencari sinergi bagi lahirnya sebuah teori tentang mimpi yang lebih utuh untuk pengembangan psikoterapi di masa mendatang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI MIMPI
Teori Sigmund Freud tentang mimpi merupakan sebuah pemahaman yang baru dalam hal pendekatan terhadap analisis psikologi melalui mimpi tersebut. Mimpi yang dikatakan oleh Freud adalah hal yang tidak berhubungan dengan hal mistis seperti ilham atau untuk meramalkan masa depan. Mimpi adalah suatu manifestasi kenginan alam bawah sadar yang direpresi dalam alam sadar. Mimpi, seperti yang menjadi kutipan terkenal Freud, adalah jalan bebas hambatan menuju alam bawah sadar.

B.     HAKIKAT MIMPI
Pada dasarnya hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal & Gardner Lindzaey, 1998) bahwa dengan mimpi, seseorang secara tak sadar berusaha memenuhi hasrat dan menghilangkan ketegangan dengan menciptakan gambaran tentang tujuan yang diinginkan, karena di alam nyata sulit bagi kita untuk mengungkapkan kekesalan, keresahan, kemarahan, dendam, dan yang sejenisnya kepada obyek-obyek yang menjadi sumber rasa marah, maka muncullah dalam keinginan itu dalam bentuk mimpi.
Analisis mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan, dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode analisis mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau pemasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil diungkap maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah diselesaikan.

C.    HUBUNGAN TEORI MIMPI DENGAN KARYA SASTRA
Freud menghubungkan karya sastra dengan mimpi. Sastra dan mimpi dianggap memberikan kepuasan secara tak langsung. Mimpi seperti tulisan merupakan sistem tanda yang menunjuk pada sesuatu yang berbeda, yaitu melalui tanda-tanda itu sendiri. Kebesaran penulis dan hasil karyanya pada dasarnya terletak pada kualitas ketaksadaran tersebut. Karya seni, seperti mimpi, bukan terjemahan langsung realitas. Oleh karenanya, pemahaman terhadap eksistensinya harus dilakukan melalui interpretasi. Perbedaan antara karya sastra dan mimpi adalah, karya sastra terdiri atas bahasa yang bersifat linier, sedangkat mimpi terdiri atas tanda-tanda figurative yang tumpang-tindih dan campur-aduk. Mimpi dalam sastra adalah angan-angan halus (Endraswara, 2008:4) (dalam Minderop 2013:16-17).
      Gagasan Freud yang banyak dianut oleh beberapa permerhati psikologi sastra adalah teori mimpi dan fantasi. Mimpi yang kerap dipandang sebagai kembang tidur, dalam konsep Freud dianggap lain. Mimpi memiliki peranan khusus dalam studi psikologi sastra. Inti pengamatan Freud terhadap sastra adalah bahwa sastra lahir dari mimpi dan fantasi (Endraswara, 2008:200) (dalam Minderop 2013:17).
      Menurut Freud, kreasi seni merupakan alternatif, sebagai sublimasi dan kompensasi kehidupan sehari-hari yang tak terpenuhi. Karya seni adalah rekaman keistimewaan personal bukan kesadaran kolektif.
      Freud telah memberikan posisi penting pada mimpi dalam teori psikoanalisis dengan cara mendengarkan ceritapara pasien tentang mimpi mereka. Dari metodi ini terdapat persamaan-persamaan tertentu antara mimpi dan keadaan tidak sehat, misalnya keadaan psikosis halusinasi yang parah.
      Mimpi mempunyai dua isi: isi manifest dan isi laten. Isi manifest adalah gambar-gambar yang kita ingat ketika kita terjaga, dan muncul ke dalam pikiran kita ketika kita mencoba mengingatnya. Isi laten yang oleh Freud disebut “pikiran-pikiran mimpi” ialah sesuatu yang tersembunyi (pikiran tersembunyi) bagaikan sebuah teks asli yang keadaannya primitifdan harus disusun kembali melalui gambar yang sudah diputarbalikkan sebagaimana disajikan oleh mimpi manifest (Milner, 1992:27) (dalam Minderop, 2013:18)
      Uraian tentang mimpi tercakup dalam suatu proses atau pekerjaan mimpi yang disebut: figurasi, kondensasi, pemindahan, dan simbolisasi. Pertama, ermimpi merupakan suatu cara terntentu agar hasrat kita terwujud dalam bentuk myata dan aktual. Proses mimpi semacam ini disebut figurasi, pikiran mimpi yang kerap kli difigurasikan dalam bentuk gambar atau kata-kata. Kedua, dengan cara kondensasi, menggabungkan beberapa pikiran tersembunyi atau menumpukkan beberapa pikiran dalam satu imaji tunggal. Proses ini menghasilkan suatu lukisan yang berbeda atau menciptakan suatu kontur umum. ketiga, mimpi tidak selalu selalu berhubungan dengan pikiran laten, bahkan kadang-kadang mimpi sekedar rincian yang tak berarti dan merupakan kebalikan pikiran tersembunyi. Dalam hal ini mimpi merupakan pengalihan/pemindahan. Maksudnya, mimpi seakan-akan hendak menghindar jejak dari usaha pelacakan dengan memindahkan tekanan mimpi dari suatu titik ke titik lain yang berlawanan. Keempat, gambaran mimpi kerap analogis, yang disebut Freud simbol. Misalnya, raja atau ratu sering melambangkan orang tua si pemimpi, sedangkan pangeran atau putrid adalah lambang diri pemimpi sendiri.

D.    JENIS MIMPI
Freud mengenalkan satu jenis mimpi yaitu mimpi kanak-kanak, dimana pada tahun-tahun berikutnya akan ditemukan mimpi yang bertipe sama, bahkan pada orang dewasa, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang valid serta dapat digeneralisasi pada tahapan berikutnya. Tekhnik tersebut lazim dilakukan oleh Freud, sebagaimana acuan tahapan-tahapan psikoseksual dalam teori kepribadiannya.
Sedangkan Ibnu Arabi membagi mimpi menjadi dua, yaitu:
Pertama: mimpi atau kesan-kesan yang berhubungan dengan kejadian sehari-hari dari orang itu dan mengirimkannya ke ”mata batin” dari hati yang merefleksikan dan membesarkan mereka seperti layaknya sebuah cermin. Dengan cara inilah, mimpi biasa muncul sebagai asosiasi-asosiasi dari pikiran-pikiran (ideas) dan kesan-kesan (images) yang menghubungkan diri mereka sendiri dengan beberapa obyek syahwat.
Jika kita cermati, melihat manfaat jenis mimpi Ibnu Arabi tersebut ada kemiripan dengan teori Freud, meski ia tidak mengkategorikannya sebagai bagian jenis mimpi. Freud menyebutnya sebagai pemenuhan atau refleksi keinginan seseorang, baik berupa kesenangan, maupun sesuatu yang mengerikan (mimpi buruk) sekalipun. Baginya, hal itu terjadi karena adanya mimpi yang terdistorsi yang tidak memperlihatkan adanya pemenuhan keinginan yang jelas sehingga harus dicari terlebih dahulu dan diinterpretasikan. Kita juga mengetahui bahwa keinginan yang mendasari mimpi yang terdistorsi adalah keinginan-keinginan yang dilarang dan ditolak oleh penyensoran, sehingga eksistensi mereka menjadi penyebab distorsi dan merupakan motif campur tangan penyensoran.
Kedua: semacam arus yang mengalir namun tetap bersih, dimana dipancarkan obyek-obyek segala gambaran (mimpi simbolis-pen). Ibnu Arabi menyatakan bahwa walaupun mimpi-mimpi semacam itu dapat dipercaya, namun itu harus ditafsirkan karena hanya berupa simbol-simbol saja. Imajinasilah yang mensuplai simbol-simbol itu. Dan kita tidak harus mengambil simbol-simbol itu secara realitas. Ketika Nabi melihat susu di dalam mimpinya, ia hanya melihat simbol saja, kualitas di balakang air susu itu adalah “pengetahuan”.
Freud mengatakan bahwa simbolisme merupakan bagian paling mengagumkan dalam teorinya. Karena dalam beberapa kondisi, simbol memungkinkan kita menginterpretasikan mimpi tanpa harus mengajukan pertanyaan pada orang yang mengalami mimpi yang kadang-kadang malah tidak bisa memberitahukan apa-apa tentang simbol-simbol itu. Disini Freud juga mencoba menyimpulkan beberapa hal mengenai simbolisme dalam mimpi.
Pertama: kita menentang pendapat bahwa orang yang bermimpi merasa tidak mengetahui bahwa simbol-simbol berhubungan dengan kehidupan dalam kondisi bangun.
Kedua: hubungan simbolik bukan sesuatu yang khas bagi orang yang bermimpi, tapi ruang lingkup simbolisme sangat luas. Simbolisme mimpi hanya bagian kecil saja. Ini berbeda dengan simbolisme pada mitos, dongeng dan sebagainya.
Ketiga: simbolisme yang muncul di bidang lain ternyata berhubungan dengan tema-tema seksual seperti dalam mimpi simbol-simbol yang sama juga melambangkan obyek dan hubungan seksual, misalnya: simbol phallic (alat kelamin) yang diinterpretasikan Jung sebagai unsur arketipe “mana” (spiritual). Tapi bagi Freud dianggap sebagai alat kelamin yang sebenarnya. Intinya, Freud seringkali mengkait-kaitkan simbolisme dalam mimpi sebagai organ atau aktivitas seksual seperti; sepatu, sandal, dataran, kebun serta bunga sebagai perlambang vagina, sementara dasi diartikan sebagai penis, dan bahan dasi (linen) adalah lambang milik wanita. Sedangkan baju dan seragam melambangkan ketelanjangan.
Keempat: simbolisme adalah faktor kedua dan faktor independen dalam distorsi mimpi yang hidup berdampingan dengan penyensoran.
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari jenis mimpi ini adalah berupa; pengetahuan. Pemenang nobel, Loevi, memimpikan sebuah eksperimen selama 3 malam. Pada malam pertama, ia membuat catatan tapi tidak bisa menguraikannya kembali dan pada malam ketiga ia terbangun melakukan eksperimen dan memecahkan penemuannya.
Ketiga: mimpi spiritual nonsimbolik, yaitu; mimpi-mimpi yang dapat dipercaya yang tidak ada simbolnya. Disini imajinasi tidak campur tangan. “Hati” langsung merefleksikan kesan-kesan spiritual (ma`ani ghaibiyah). Sebelum imajinasi dapat membaca makna simbolik apapun. Mimpi-mimpi jenis ini tidak memerlukan penafsiran, mereka adalah wahyu-wahyu dari yang riil itu sendiri. Dan mimpi-mimpi berhubungan dalam tiap rinci dengan segala sesuatu yang dilihat (kemudian) di dalam dunia luar. Dalam mimpi golongan ini terdapat wahyu (revelation) dan ilham, inspirasi yang keluar langsung dari jiwa individual.
 Karakteristik serta manfaat dari mimpi jenis ini hanya dapat diperoleh oleh jiwa-jiwa yang telah menjalani penyucian hati hingga mencapai tarafnya para wali atau para nabi. Kategori mimpi ketiga inilah yang sama sekali tidak disinggung oleh Sigmund Freud dalam teorinya, bahkan tidak mampu dijamah oleh C.G.Jung dalam klasifikasi teori mimpinya.

E.     INTERPRETASI MIMPI
Freud memberikan dua teori dalam interpretasi mimpi yaitu:
1.      Pemadatan (condensation)
2.      Pemindahan (displacemen)
Setiap mimpi selalu memiliki kedua karakteristik di atas. Kondensasi atau pemadatan terjadi karena banyaknya image atau memori alam bawah sadar yang harus diproyeksikan melalui mimpi, sehingga proyeksi image atau memori tumpang tindih satu dan lainnya. Hal tersebut menjadikan mimpi kita menjadi absurd dan tidak berplot. Artinya memori masa lalu kita mungkin bergabung dengan memori masa sekarang sehingga terjadinya absurditas yang mungkin perlu lebih dalam untuk mencari makna tersebut. Sedangkan  pemindahan adalah bahwa setiap mimpi memiliki esensi yang bukan esensi utamanya artinya mimpi terpusat pada proyeksi lain yang mungkin proyeksi tersebut adalah hal yang remeh, namun proyeksi tersebut adalah esensi atau tema utama mimpi tersebut.
Contohnya kita bermimpi dikejar hantu, namun tema utama mimpi tersebut bukanlah hantu tersebut namun hal yang berhubungan dengan proyeksi tersebut. Mengenai makna dalam mimpi itu sendiri Freud menguraikan bahwa makna utama dalam mimpi adalah pemenuhan keinginan (wish-fulfillmen) dari alam bawah sadar yang kita represi.
Interprestasi mimpi (Dreams interpretation) atau sering juga disebut dengan dream analisis adalah suatu bagian penting dalam menganalisa prilaku dan kpribadian seseorang, termasuk bagian dalam melakukan penanganan psikologis ususnya melalui pendekatan psikoanalisa.
Sigmund Freud, bapak psikoanalisa, adalah seorang ahli yang mencoba secara sistematis mengkaji permasalahan mimpi. Ia menggunakannya sebagai slah satu metode penting dalam menangani klien yang memiliki permasalahan psikologis. Menurut Freud ada hubungan yang kuat antara proses dan mimpi seseorang dengan kehidupannya, apakah kehidupan masa lalu, masa kini atau harapan-harapannya (kehidupan masa mendatang).
Materi yang membentuk sebuah mimpi bisa berasal dari suatu pengalaman obyektif (memang terjadi) maupun subyektif (hanya dirasakan individu tersebut) yang mungkin diredam sedemikian rupa olehnya dan masuk kedalam bawah sadar yang bersangkutan. Kemudian pengalaman tersebut direoroduksi kembali atau diingat kembali dalam proses mimpi. Ini mencakup juga harapan tentang sesuatu yang diinginkan atau didambakan untuk terjadi dimasa yang akan datang, diredam sedemikian rupa untuk kemudian direproduksi dalam mimpi.
Menurut Sigmund Freud stimulus dan sumber dari kemunculan sebuah mimpi ada 4, yaitu :
1.      External Sensory Stimuli.
2.      Internal (subjective) Sensory Excitation.
3.      Internal Organic Somatic Stimuli.
4.      Psychical Source of Stimulation.
Jika kita sederhanakan dari stimulus dan sumber tersebut bisa muncul dari dalam diri individu tersebut seperti dorongan tertentu, Harapan dan keinginan-keinginan atau yang bersifat eksternal yang biasanya berasal dari pengalaman obyektif atau bisa juga karena rangsangan organ badan maupun kondisi fisik.
Pembahasan freud tentang mimpi tidak terlepas dari pemahaman tentang consciousness dan  unconsciousness, yaitu suatu pergulatan antara kondisi sadar dan bawah sadar.  Menurut freud dalam pendekatan psikoanalis kpribadian manusia sangat dipengaruhi oleh consciousness-nya. secara sederhana dapat disebut bahwa segala kejadian dan perasaan yang tidak disukai atau tidak menyenangkan akan diredam kedalam bawah sadar, namun ini adalah energi yang memerlukan pelepasan yang salah satu way-out-nya adalah dalam bentuk mimpi. demikian pula harapan yang yang tidak mungkin diungkapkan akan diredam dalam bentuk mimpi.
Beberapa contoh interprestasi mimpi diantaranya adalah:
1.      Mimpi tentang topeng, berarti ada sesuatu yang hendak disembunyikn, Ia merasakan suatu kesalahan kemudian ingin menutupinya.
2.      Mimpi tentang obat-obatan, adanya penghayatan terhadap rasa kesulitan dan yang bersangkutan ingin keluar dari situasi sulit tersebut.
3.      Mimpi tentang rokok, memiliki makna tentang sesuatu kejayaan yang keliru, merasa memiliki kejayaan namun sebenarnya tidak.
Masih cukup banyak simbol mimpi yang tidak mungkin diuraikan dalam hal ini.namun, sebagai tambahan perlu ditambahakan mimpi yang berdimensi spiritual atau memiliki makna keagamaan tertentu. misalnya di agama tertentu dipercaya, untuk melakukan perjuangan untuk membela agamanya sehingga yang bersangkutan tewas kemudian disambut oleh bidadari dari surga.
Analisa dan interpretasi mimpi sangat penting untuk menangani kasus psikologi melalaui pendekatan psikoanalisis. Dalam pendekatan ini seseorang yang memeiliki permasalahan psikologi akan dikaji segala mimpi yang ia alami, kemudian ditelusuri dikaitkan dengan pengalamanya, kehidupan sehari-hari dan harapan-harapannya. Sering kali mimpi juga merupakan simbolisasi dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan kemudian menimbulkan gangguan psikologis tertentu. Melalui analisa dan interpretasi mimpi yang akurat akan ditemukan akar permasalhan psikologisnya dan kemudian dapat dirancang suatu bentuk penanganan psikologis yang komprehensif.

















PENUTUP

Freud percaya bahwa mimpi adalah manifestasi dari harapan yang muncul dari pikiran alam bawah sadar yang sulit diakses kedalam alam sadar karena didalamnya terdapat berbagai emosi, termasuk ketakutan terbesar dan keinginan-keinginan yang bahkan tidak disadari karena ditekan oleh individu tersebut. Hal ini bisa disebabkab karena norma-norma dalam komunitas yang melarangnya, ataupun karena situasi yang tidak memungkinkan impuls-impuls tersebut termanifestasi. Maka, impuls-impuls tersebut tersimpan dalam alam ketidaksadaran seseorang yang akhirnya suatu waktu muncul di alam mimpi. Sama juga dengan mimpi buruk, tapi kebalikannya. Dalam mimpi buruk yang muncul adalah hal-hal yang sama sekali tidak diharapkan terjadi dialam sadar.
Mimpi mempunyai dua isi: isi manifest dan isi laten. Interpretasi mimpi Freud tidak selalu empiris dan kontroversial, tapi terbukti teori ini masih sangat populer.
Analisis mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan, dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode analisis mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau pemasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil diungkap maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah diselesaikan.






DAFTAR PUSTAKA

Habahate.blogspot.com/2009/03/interpretasi-mimpi.html.
Intanpsikologi.wordpress.com/2009/12/10/analisis-mimpi-sigmund-freud.
Minderop, Albertine.2013. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Psikosufistik-online.blogspot.com/2015/04/analisis-mimpi.html.

Rizadinata.blogspot.com/2012/07/Sigmund-freud.teori-mimpi.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon