Monday, September 25, 2017

sintaksis "klausa"

KLAUSA
A.    PENGERTIAN KLAUSA
Klausa menjelaskan mengenai satuan gramatik yang terdiri dari S P bauk disertai O. PEL. Dan KET ataupun tidak dengan ringkas. Klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka yang artinya beleh ada dan boleh jugu tidak ada.
Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian S sering dihilangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat pengabungan klausa dan dalam kalimat jawaban.
Contoh:
1.   Tengah Karmila menangis menghadapi tembok, Bapak Daud masuk diantar suster   Meta.
2.   Sedang bermain-main. (sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang mengapa?)
                 Kalimat pada contoh pertama terdiri dari empat klausa, yaitu 1. Karmila menangis: 2. Menghadapi tembok: 3. Bapak Daud masuk: dan 4. Diantar suster Meta. Klausa 1 terdiri dari unsure S dan P; klausa 2 terdiri dari unsure P diikuti O; klausa 3 terdiri dari unsure S diikuti P; dan klausa 4 terdiri dari P diikuti KET. Akibat pengabungan klausa 1 dengan klausa 2, S pada klausa 2 dihilangkan; demikian pula akibat pengabungan klausa 3 dengan kalusa 4, S pada klausa 4 dihilangkan. Lengkapnya klausa-klausa tersebut sebagai berikut 1. Karmila menangis:
 2. Karmila menghadapi tembok: 3. Bapak Daud diantar suster Meta.
                 Kalimat pada contoh kedua sedang bermain-main terdiri dari satu klausa yaitu sedang bermain-main, terdiri dari P. S-nya dihilangkan karena merupakan jawaban dari suatu pertanyaan. Lengkapnya klausa tersebut berbunyi anak-anak itu sedang bermain.
                 Dengan uraian di atas jelaslah bahwa unsure yang cenderung selalu ada dalam klausa adalah P. Unsur-unsur lainya mungkin ada mungkin juga tidak ada.
B.     ANALISIS KLAUSA
Klausa dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar, yaitu
1.      Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya.
              Klausa terdiri dari unsure-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, PEL, dan KET. Kelima unsur itu memang tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri S dan P, kadang-kadang terdiri dari S, P, O, kadang-kadang terdiri dari S, P, dan PEL, kadang-kadang terdiri dari S, P, dan KET, kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa adalah P.
a. S dan P
              Berdasarkan srukturnya, S dan P dapat dipertukarkan tempatnya, maksudnya S mungkin terletak di muka P, atau sebaliknya P, mungkin terletak di muka S.
b. O dan PEL
              P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terletak dari golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdiri dari golongan –golongan kata yang lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu. Misalnya:
     (3)Pemerintah akan menyelenggarakan pesta seni.
              Kalimat di atas terdiri dari klausa pemerintah akan menyelenggarakan pesta seni, yang terdiri dari tiga unsur fungsional, yaitu pemerintah sebagai S, unsure akan menyelenggarakan sebagai P, dan unsure pesta sebagai O, yang di sini disebut O1. Disebut O1 karena ada kata verbal transitif yang menuntut hadirnya dua buah O sehingga di samping O1 terdapat O2.
              O1 selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verbal transitif. Karena P itu terdiri dari kata verbal transitif, maka klausa itu dapat diubah menjadi klausa pasif. Apabila dipasifkan , kata atau frase yang menduduki fungsi O1 menduduki fungsi S. Misalnya apabila klausa dalam kalimat contoh diatas di pastikan, akan menjadi:
              (4) Pesta seni akan diselenggarakan (oleh) pemerintah.Frase pesta seni yang dalam klausa kalimat(3) menduduki fungsi O1,dalam kalimat (4) menduduki fungsi S.
                   Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa O1 mempunyai cirri selalu terletak di belakang P ynag terdiri dari verbal transitif, dan kalu klausa itu diubah dari klausa aktif menjadi klausa pasif, kata atau frase yang menduduki fungsi O1 itu menduduki fungsi S. Misalnya:
     (5) Lembaga itu menerbitkan majalah sastra.
     (6) Tokohnya menjual obat-obatan.
     (7) Pasukan pengibar bendera mngibarkan bendera merah putih.
     (8) Ayah sedang menulis surat.
     (9) Para petani sedang mengerjakan sawahnya.
              O1 klausa kalimat-kalimat di atas adalah majalah sastra, obat-obatan, bendera merah putih, surat, dan sawahnya. Klausa kalimat tersebut, P-nya berupa kata verbal bentuk meN-, yaitu menerbitkan, menjual, mengibarkan, menulis, dan mengerjakan. Memang boleh dikatakan semua kata verbal transitif berbentuk meN-. Hanya ada beberapa kata verbnsital transitif yang tidak berbentuk meN-, yaitu kata makan, minum, minta, dan mohon.Misalnya:
                        (10) Ia sedang makan kue.
                        (11) Ia tadi pagi minum kopi ayahnya.
                        (12) Ia sering minta uang.
                        (13) Ia selalu mohon doa dan restu orang tua.
              Kata-kata itu juga sering muncul dalam bentuk meN-, misalnya apabila O1- nya berupa klitika nya sehingga menjadi memakanya, meminumnya, memintanya, dan memohonya,
c.       KET
              Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P,O, dan PEL dapat diperkirakan menduduki fungsi KET. Berbeda dengan O dan PEL yang selalu terletak di belakang P, dalam suatu klausa KET pada umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan SP, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di antara P dan O dan di antara P dan PEL karena ON dan PEL boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang P, setidak-tidaknya mempunyai kecenrungan demikian. Misalnya:
                        (14) “Akibat taufan desa-desa itu musnah.”
              Dalam kalimat (14) di atas unsure yang menduduki fungsi KET adalah unsure akibat taufan yang terletak di muka S P. Unsur KET itu dapat dipindahkan ke antara S dan P, dan dapat juga dipindahkan ke belakang SP, menjadi:
                        (15) “Desa-desa itu akibat taufan musnah.”
                        (16) “Desa-desa itu musnah akibat taufan.”
              Akan tetapi, apabila ada unsure O atau PEL, maka unsure KET itu tidak dapat dipindahkan ke tempat di antara P dan O atau PEL, kecuali apabila O itu teriri dari frase yang panjang.
2.      Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang Menjadi Unsurnya
              Analisis klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsure-unsur klausa disebut analisis kategorial. Analisis kategorial tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan sesungguhnya merupakan lanjutan dari analisis fungsional sebagai contoh
            (17) Aku sudah menghadap komandan tadi.
Klausa kalimat (17) di atas jika dianalisis secara fungsional hasilnya sebagai berikut:

aku
Sudah menghadap
komandan
tadi
S
P
O1
KET
              Unsur aku menduduki fungsi S, unsure sudah menghadap menduduki fungsi P, unsure komandan menduduki fungsi O1 dan unsure tadi menduduki fungsi KET. Selanjutnya, jika kata atau frase yang menduduki fungsi-fungsi itu diteliti, terya bahwa kata yang menduduki fungsi S termasuk kategori N, frase yang menduduki fungsi P termasuk kategori V, kata yang menduduki fngsi O1 termasuk kategori N, dan kata menduduki fungsi KET termasuk kategori Ket. Dengan kata lain, dalam kalusamkalimat di atas S terdiri dari N. P terdiri dari V, O1 terdiri dari N dan KET terdiri dari Ket.
              Dari pengamatan bahasa Indonesia, dapat disimpulkan bahwa S selaalu terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori N. Misalnya:
              (18) “Seorang laki-laki berdiri di dalam kereta.”
              (19) “Tukang pelat itu berhrnti sebentar.”
              (20) “Kami keluar ke bagian lain.”
              (21) “Anakku didudukkanya di meja.”
              Dalam pidato-pidato, baik di radio maupun di TV, dan juga dalam pertemuan-pertemuan kadang-kadang dijumpai kalimat sebagai berikut:
              (22) “Tentang berita itu belum disiarkan secara resmi oleh pemerintah.”
              (23) “Tentang masalah itu belum dibicarakan dalam rapat.”
              (24) “Mengenai rumahnya belum diketahui teman-temanya.”
              (25) “Mengenai harga bahan makanan dan pakaian tetap stabil.”
              Kata tentang dan mengenai termasuk golongan D sehingga frase tentang berita itu, tentang masalh itu, mengenai rumahnya, dan mengenai harga bahan makanan dan pakaian dapat diasukkan golongan FD. Jadi dari kalimat (22-25) di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada S yang terdiri dari FD karena frase-frase tentang berita itu, tentang masalah itu, mengenai rumahnya, dan mengenai harga bahan makanan da pakaian dala kalimat-kalimat di atas menduduki fungsi S.
              Kalau kalimat di atas merupakan kalimat yang terterima, mungkin dapat dibuat kesimpulan seperti di atas, tetapi mungkin pula dijelaskan bahwa ada pemakain kata tentang dan mengenai yang lain,selain sebagai kata depan. Sebagian dari informan kami ada yang dapat menerima kalimat-kalimat itu sebagai kalimat yang terterima, tetapi sebagian yang lain tidak atau mungkin belum dapat menerimanya sebagai kalimat yang terterima. Kalimat di atas belum merupakan “common core”, artinya belum secara bulat diterima oleh seluruh pemakai bahasa, dalam hal ini oleh informan-informannya. Jadi S selalu terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori N kirannya dapat diterima.
              Di antara informan-informan yang tidak atau belum dapat menerima kalimat-kalimat di atas sebagai kalimat yang terterima berpendapat bahwa kata tentang dan mengenai itu seharusnya dibuangkan menjadi:
              (26) “Berita itu belum disiarkan secara resmi oleh pemerintah.”
              (27) “Masalah itu belum dibicarakan dalam rapat.”
              (28) “Rumahnya belum diketahui teman-temanya.”
              (29) “Harga bahan makanan dan pakaian tetap stabil.”
3. Analisis Klausa Berdasarkan Makna Unsur-Unsurnya
            Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, PEL, dan KET. Dalam analisis kategori telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi PEL terdiri dari N, V, Bil, dan fungsi KET terdiri dari ket, FD, dan N.
1.   Makna Unsur Pengisi P
2.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘perbuatan’
Kata yang menyatakan makna ‘perbuatan’ dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan sedang mengapa bagi perbuatan yang aktif dan pertanyaan diapakan bagi perbuatan yang pasif.
Contoh:
Seorang perempuan tua membeli empat batang sabunDalam kalimat diatas unsur yang menyatakan makna ‘perbuatan’ ialah kata membeli. Pelaku perbuatannya terdapat pada fungsi S yaitu seorang perempuan tua. Apabila klausa kalimat diatas diubah menjadi klausa pasif menjadi:
            “Empat batang sabun dibeli oleh seorang perempuan tua”
Maka pelaku perbuatan tidak lagi terdapat pada fungsi S, melainkan pada KET, yaitu oleh seorang perempuan tua.
3.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘keadaan’
Dalam kalimat:

“Rambutnya hitam dan lebat”
Kata hitam dan lebat tidak dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan sedang mengapa dan diapakan, melainkan digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana.
Makna ‘keadaan’ dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
1)      Keadaan yang relative singkat. Keadaan ini mudah berubah.
Misalnya:
-          “Rumah itu sangat bersih”
-          “Kami sudah mengantuk”
2)      Keadaan yang relatif lama dan kecenderungannya tidak mudah berubah. Keadaan yang semacam ini di sini secara khusus disebut sifat. Misalnya:
-          “Pegawai itu amat rajin”
-          “Pohon kelapa sangat berguna.”
3)      Keadaan yang merupakan runtunan perubahan keadaan yan di sini secara khusus disebut proses. Misalnya:
-          “Makanan itu membusuk”
-          “Pengaruhnya semakain luas”
4)      Keadaan yang merupakan pengalaman kejiawaan. Misalnya:
-          “Orang itu dapat memahami keinginan anaknya.”
-          “Setiap orang mencintai perbuatan baik.”

4.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘keberadaan’
Dalam kalimat:
“Para tamu ada diruang depan”
Kata ada menjadi unsure pengisi fungsi P tidak menyatakan makna ‘perbuatan’ dan ‘keadaan’ karena tidak menjawab pertanyaan  sedang mengapa, diapakan, dan bagaimana, melainkan menyatakan makna ‘keberadaan’, menjawab pertanyaan di mana : di mana tamu ? jawabnya : para tamu ada di ruang tamu.
5.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘pengenal’
Dalam kalimat:
“Orang itu pegawai kedutaan”.
Unsur pengisi P yang terdiri dari frase golongan N, yaitu pegawai kedutaan, menyatakan makna ‘pengenal’ atau ‘identitas’, yakni ciri khas seseorang atau suatau benda yang menyebabkan orang atau benda itu mudah dikenal.
Selain menggunakan pertanyaan . . . siapa dan . . . . apa, makna ini dapat ditentukan dengan kemungkinan hadirnya kata adalah di antara S dan P hingga kalimat di atas dapat di ubah menjadi: orang itu adalah pegawai keduataan.
6.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘jumlah’
Dalam kalimat:
“Kaki meja itu empat”.
Kata empat yang termasuk golongan kata Bil, yang dalam kalimat di atas mengisi fungsi P, menyatakan makna ‘jumlah’, menjawab pertanyaan berapa.

7.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘pemerolehan’.
Kita perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini:
“Ahmad mendapat hadiah”.
Kata mendapat yang menjadi unsur pengisi P pada kalimat-kalimat di atas tidak menyatakan makna ‘perbuatan’, ‘keadaan’, ‘keberadaan’, ‘pengenal’, dan ‘jumlah’ karena kedua kata itu tidak dapat digunakan menjawab pertanyaan sedang mengapa, diapakan, bagaimana, … siapa, … apa, dan berapa, melainkan menyatakan maka ‘pemerolehan’ atau ‘benefaktif’, yaitu pemerolehan peruntukan, kegunaan, atau manfaat dari apa yang dinyatakan pada kata yang menjadi obyeknya. Oleh karena itu, kata-kata mendapatkan, memperoleh, memiliki, mempunyai, dan mengandung, misalnya dalam kalimat Obat ini mengandung racun biasa disebut kata kerja pemerolehan atau kata kerja benefaktif.
2. Makna Unsur Pengisi S.
1.      Unsur pengisi S menyatakan makna ‘pelaku’
Dalam kalimat:
“Rene sedang bejar”.
Klausa kalimat di atas terdiri dari kata Rene yang menyatakan makana ‘pelaku’, diikuti frase sedang belajar yang menyatakan makna ‘perbuatan’.  Yang dinyatakan oleh fungsi P sebagai jawaban dari pertanyaan siapa yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh fungsi P.
2.      Unsur pengisi S menyatakan makna ‘alat’.
Dalam kalimat:
“Truk-truk itu mengangkat beras”.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu truk-truk itu, bukan menyatakan makna ‘pelaku’, melainkan menyatakan makna ‘alat’, yaitu alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan karena kita tidak mungkin mengajukan pertanyaan siapa yang mengangkut beras, atau beras diangkut oleh siapa, melainkan pertanyaannya beras diangkut dengan apa. Di samping itu, terdapat kalimat yang berparafrase dengan kalimat di atas yang jelas menyatakan bahwa truk-truk itu bukan ‘pelaku’ melainkan ‘alat’ yang digunakan untuk melakukan perbuatan, yaitu kalimat.
-          “Orang mengangkut beras dengan truk-truk itu.”
-          “Beras diangkut dengan truk-truk itu.”

3.      Unsur pengisi S menyatakan makna ‘sebab’.
Dalam kalimat:
“Banjir besar itu menghancurkan kota”.
Unsure pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu banjir besar itu, bukan menyatakan makna ‘pelaku’, dan juga bukan menyatakan ‘alat’, melainkan menyatakan sebab yaitu sebab yang menyebabkan hancurnya kota karena kalimat itu berparafrase dengan kalimat.
“Kota hancur karena banjir besar itu”.
“Kata karena menandai makna ‘sebab’.”
Makna ‘sebab’ sanagat dekat dengan makna ‘alat’, bahkan mungkin dalam satu kalimat unsure pengisi fungsi S dapat dijelaskan sebagai mempunyai makna ‘sebab’ dan ‘alat’.
4.      Unsur pengisi S menyatakan makna ‘penderitaan’.
Dalam kalimat:

“Tubuh anakku diletakannya dengan hati-hati di peron.”
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu tubuh anakku, menyatakan makna ‘penderitaan’, yaitu yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan P, sebagai jawaban pertanyaan apa atau siapa yang menderita akibat  perbuatan yang dinyatakan pada P.

5.      Unsur pengisi S menyatakan makna ‘hasil’.
Dalam kalimat:

“Rumah-rumah murah banyak didirikan pemerintah”.
Unsure pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu rumah-rumah murah, bukannya menyatakan makna ‘penderitaan’, melainkan  makna hasil, yaitu hasil dari suatu perbuatan. Rumah-rumah murah dalam kalimat itu tidak menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada P , melainkan hasil dariperbuatan yang dinyatakan P, yaitu perbuatan ‘mendirikan’.
6.   Unsur pengisi  S menyatakan makna “tempat”
Dalam kalimat

“ Pantai Parangtritis banyak dikunjungi para turis”.
           Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu pantai Parangkritis, menyatakan makna “tempat” mengingat kalimat itu berfrase dengan kalimat.” Para turis banyak berkunjung ke pantai parangkritis”.Kata depan ke menandai makna tempat.
7.   Unsur pengisi S menyatakan makna “penerima”
Dalam kalimat
 “Anak itu dibelikan sepeda baru oleh ayahnya”.
           Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu anak itu, menyatakan makna penerima, yaitu yang menerima peruntukan , kegunaan, atau faedah dari perbuatan yang dinyatakan pada P, yaitu perbuatan membeli. Makna ini akan menjadi lebih jelas apabila diambil kalimat yang berfrase dengan kalimat diatas, yaitu
“ Seorang ayah membeli sepeda baru untuk anaknya”.
“ Seorang ayah membeli sepeda baru bagi anaknya”.
           Kada depan untuk dan bagi dipakai untuk menandai makna yang menerima peruntukan, kegunaan, atau faedah.
8.   Unsur pengisi S menyatakan makna “pengalam”.
           Unsur pengisi S dikatakan menyatakan makna “pengalam”, yakni yang mengalami keadaan yang dinyatakan pada P.
9.   Unsur pengisi S menyatakan makna “dikenal”.
           Unsur pengisi P yang terdiri dari golongan N, yaitu pegawai kedutaan dan gedung sekolah, menyatakan makna “pengenal”, yakni suatu tanda pengenal atau identitas, dalam hal ini bagi apa yang tersebut pada S. Demikianlah, maka unsure pengisi S dalam kalimat-kalimat di atas, yaitu orang itu dan gedung itunmenyatakan makna”dikenal” ialah yag dikenal melalui tanda pengenal yang tersebut pada P.
10.  Unsur pengisi S menyatakan makna “terjumlah”
3. Makna Unsur Pengisi O1
1. Unsur pengisi O1 menyatakan makna”penderita”.
2. Unsur pengisi O1 menyatakan makna”penerima”.
3. Unsur pengisi O1 menyatakan makna”tempat”.
4. Unsur pengisi O1 menyatakan makna”alat”.
5. Unsur pengisi O1 menyatakan makna”hasil”.










               


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon