KLAUSA
A.
PENGERTIAN
KLAUSA
Klausa
menjelaskan mengenai satuan gramatik yang terdiri dari S P bauk disertai O.
PEL. Dan KET ataupun tidak dengan ringkas. Klausa ialah S P (O) (PEL) (KET).
Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat
manasuka yang artinya beleh ada dan boleh jugu tidak ada.
Unsur
inti klausa adalah S dan P. Namun demikian S sering dihilangkan, misalnya dalam
kalimat luas sebagai akibat pengabungan klausa dan dalam kalimat jawaban.
Contoh:
1.
Tengah Karmila menangis menghadapi
tembok, Bapak Daud masuk diantar suster
Meta.
2.
Sedang bermain-main. (sebagai jawaban
pertanyaan Anak-anak itu sedang mengapa?)
Kalimat pada contoh pertama
terdiri dari empat klausa, yaitu 1. Karmila menangis: 2. Menghadapi tembok: 3.
Bapak Daud masuk: dan 4. Diantar suster Meta. Klausa 1 terdiri dari unsure S
dan P; klausa 2 terdiri dari unsure P diikuti O; klausa 3 terdiri dari unsure S
diikuti P; dan klausa 4 terdiri dari P diikuti KET. Akibat pengabungan klausa 1
dengan klausa 2, S pada klausa 2 dihilangkan; demikian pula akibat pengabungan
klausa 3 dengan kalusa 4, S pada klausa 4 dihilangkan. Lengkapnya klausa-klausa
tersebut sebagai berikut 1. Karmila menangis:
2. Karmila menghadapi tembok: 3. Bapak Daud
diantar suster Meta.
Kalimat pada contoh kedua sedang bermain-main terdiri dari satu
klausa yaitu sedang bermain-main, terdiri dari P. S-nya dihilangkan karena
merupakan jawaban dari suatu pertanyaan. Lengkapnya klausa tersebut berbunyi
anak-anak itu sedang bermain.
Dengan uraian di atas jelaslah
bahwa unsure yang cenderung selalu ada dalam klausa adalah P. Unsur-unsur
lainya mungkin ada mungkin juga tidak ada.
B. ANALISIS
KLAUSA
Klausa
dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar, yaitu
1. Analisis
Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya.
Klausa terdiri dari unsure-unsur
fungsional yang di sini disebut S, P, O, PEL, dan KET. Kelima unsur itu memang
tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya
terdiri S dan P, kadang-kadang terdiri dari S, P, O, kadang-kadang terdiri dari
S, P, dan PEL, kadang-kadang terdiri dari S, P, dan KET, kadang-kadang terdiri
dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa adalah P.
a.
S dan P
Berdasarkan srukturnya, S dan P
dapat dipertukarkan tempatnya, maksudnya S mungkin terletak di muka P, atau
sebaliknya P, mungkin terletak di muka S.
b.
O dan PEL
P mungkin terdiri dari golongan
kata verbal transitif, mungkin terletak dari golongan kata verbal intransitif,
dan mungkin pula terdiri dari golongan –golongan kata yang lain. Apabila
terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti
P itu. Misalnya:
(3)Pemerintah akan menyelenggarakan pesta
seni.
Kalimat di atas terdiri dari
klausa pemerintah akan menyelenggarakan
pesta seni, yang terdiri dari tiga unsur fungsional, yaitu pemerintah
sebagai S, unsure akan menyelenggarakan sebagai P, dan unsure pesta sebagai O,
yang di sini disebut O1. Disebut O1 karena ada kata
verbal transitif yang menuntut hadirnya dua buah O sehingga di samping O1 terdapat
O2.
O1 selalu terletak di
belakang P yang terdiri dari kata verbal transitif. Karena P itu terdiri dari
kata verbal transitif, maka klausa itu dapat diubah menjadi klausa pasif.
Apabila dipasifkan , kata atau frase yang menduduki fungsi O1 menduduki
fungsi S. Misalnya apabila klausa dalam kalimat contoh diatas di pastikan, akan
menjadi:
(4) Pesta seni akan
diselenggarakan (oleh) pemerintah.Frase pesta seni yang dalam klausa kalimat(3)
menduduki fungsi O1,dalam kalimat (4) menduduki fungsi S.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa O1 mempunyai cirri selalu terletak di belakang P
ynag terdiri dari verbal transitif, dan kalu klausa itu diubah dari klausa
aktif menjadi klausa pasif, kata atau frase yang menduduki fungsi O1
itu menduduki fungsi S. Misalnya:
(5) Lembaga itu menerbitkan majalah sastra.
(6) Tokohnya menjual obat-obatan.
(7) Pasukan pengibar bendera mngibarkan bendera merah putih.
(8) Ayah sedang menulis surat.
(9)
Para petani sedang mengerjakan sawahnya.
O1 klausa
kalimat-kalimat di atas adalah majalah
sastra, obat-obatan, bendera merah putih, surat, dan sawahnya. Klausa kalimat tersebut,
P-nya berupa kata verbal bentuk meN-, yaitu menerbitkan,
menjual, mengibarkan, menulis, dan
mengerjakan. Memang boleh dikatakan semua kata verbal transitif berbentuk
meN-. Hanya ada beberapa kata verbnsital transitif yang tidak berbentuk meN-,
yaitu kata makan, minum, minta, dan
mohon.Misalnya:
(10)
Ia sedang makan kue.
(11) Ia tadi pagi minum kopi ayahnya.
(12) Ia sering minta uang.
(13) Ia selalu mohon doa dan restu orang tua.
Kata-kata itu juga sering muncul
dalam bentuk meN-, misalnya apabila O1- nya berupa klitika nya sehingga menjadi memakanya, meminumnya, memintanya, dan memohonya,
c.
KET
Unsur klausa yang tidak menduduki
fungsi S, P,O, dan PEL dapat diperkirakan menduduki fungsi KET. Berbeda dengan
O dan PEL yang selalu terletak di belakang P, dalam suatu klausa KET pada
umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan SP, dapat
terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di antara P dan O dan di
antara P dan PEL karena ON dan PEL boleh dikatakan selalu menduduki tempat
langsung di belakang P, setidak-tidaknya mempunyai kecenrungan demikian.
Misalnya:
(14) “Akibat taufan desa-desa itu musnah.”
Dalam kalimat (14) di atas unsure
yang menduduki fungsi KET adalah unsure akibat taufan yang terletak di muka S
P. Unsur KET itu dapat dipindahkan ke antara S dan P, dan dapat juga dipindahkan
ke belakang SP, menjadi:
(15) “Desa-desa itu akibat taufan musnah.”
(16) “Desa-desa itu
musnah akibat taufan.”
Akan tetapi, apabila ada unsure O
atau PEL, maka unsure KET itu tidak dapat dipindahkan ke tempat di antara P dan
O atau PEL, kecuali apabila O itu teriri dari frase yang panjang.
2.
Analisis
Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang Menjadi Unsurnya
Analisis klausa berdasarkan
kategori kata atau frase yang menjadi unsure-unsur klausa disebut analisis
kategorial. Analisis kategorial tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan
sesungguhnya merupakan lanjutan dari analisis fungsional sebagai contoh
(17)
Aku sudah menghadap komandan tadi.
Klausa kalimat (17) di atas jika
dianalisis secara fungsional hasilnya sebagai berikut:
aku
|
Sudah
menghadap
|
komandan
|
tadi
|
S
|
P
|
O1
|
KET
|
Unsur aku menduduki fungsi S, unsure
sudah menghadap menduduki fungsi P, unsure komandan menduduki fungsi O1 dan
unsure tadi menduduki fungsi KET. Selanjutnya, jika kata atau frase yang
menduduki fungsi-fungsi itu diteliti, terya bahwa kata yang menduduki fungsi S
termasuk kategori N, frase yang menduduki fungsi P termasuk kategori V, kata
yang menduduki fngsi O1 termasuk kategori N, dan kata menduduki fungsi
KET termasuk kategori Ket. Dengan kata lain, dalam kalusamkalimat di atas S
terdiri dari N. P terdiri dari V, O1 terdiri dari N dan KET terdiri
dari Ket.
Dari pengamatan bahasa Indonesia,
dapat disimpulkan bahwa S selaalu terdiri dari kata atau frase yang termasuk
kategori N. Misalnya:
(18) “Seorang laki-laki berdiri di dalam kereta.”
(19) “Tukang pelat itu berhrnti
sebentar.”
(20) “Kami keluar ke bagian lain.”
(21) “Anakku didudukkanya di meja.”
Dalam pidato-pidato, baik di radio
maupun di TV, dan juga dalam pertemuan-pertemuan kadang-kadang dijumpai kalimat
sebagai berikut:
(22) “Tentang berita itu belum
disiarkan secara resmi oleh pemerintah.”
(23) “Tentang masalah itu belum
dibicarakan dalam rapat.”
(24) “Mengenai rumahnya belum
diketahui teman-temanya.”
(25) “Mengenai harga bahan makanan
dan pakaian tetap stabil.”
Kata tentang dan mengenai termasuk
golongan D sehingga frase tentang berita itu, tentang masalh itu, mengenai
rumahnya, dan mengenai harga bahan makanan dan pakaian dapat diasukkan golongan
FD. Jadi dari kalimat (22-25) di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada S yang
terdiri dari FD karena frase-frase tentang berita itu, tentang masalah itu,
mengenai rumahnya, dan mengenai harga bahan makanan da pakaian dala kalimat-kalimat
di atas menduduki fungsi S.
Kalau kalimat di atas merupakan
kalimat yang terterima, mungkin dapat dibuat kesimpulan seperti di atas, tetapi
mungkin pula dijelaskan bahwa ada pemakain kata tentang dan mengenai yang
lain,selain sebagai kata depan. Sebagian dari informan kami ada yang dapat
menerima kalimat-kalimat itu sebagai kalimat yang terterima, tetapi sebagian
yang lain tidak atau mungkin belum dapat menerimanya sebagai kalimat yang
terterima. Kalimat di atas belum merupakan “common
core”, artinya belum secara bulat
diterima oleh seluruh pemakai bahasa, dalam hal ini oleh informan-informannya.
Jadi S selalu terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori N kirannya
dapat diterima.
Di antara informan-informan yang
tidak atau belum dapat menerima kalimat-kalimat di atas sebagai kalimat yang
terterima berpendapat bahwa kata tentang
dan mengenai itu seharusnya
dibuangkan menjadi:
(26) “Berita itu belum disiarkan
secara resmi oleh pemerintah.”
(27) “Masalah itu belum
dibicarakan dalam rapat.”
(28) “Rumahnya belum diketahui
teman-temanya.”
(29) “Harga bahan makanan dan
pakaian tetap stabil.”
3. Analisis Klausa Berdasarkan
Makna Unsur-Unsurnya
Dalam analisis fungsional klausa
dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, PEL, dan KET.
Dalam analisis kategori telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi
P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi PEL terdiri dari
N, V, Bil, dan fungsi KET terdiri dari ket, FD, dan N.
1.
Makna
Unsur Pengisi P
2. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘perbuatan’
Kata yang menyatakan makna ‘perbuatan’ dapat
digunakan untuk menjawab pertanyaan sedang
mengapa bagi perbuatan yang aktif dan pertanyaan diapakan bagi perbuatan yang pasif.
Contoh:
Seorang
perempuan tua membeli empat batang
sabunDalam kalimat diatas unsur yang menyatakan makna ‘perbuatan’ ialah kata membeli. Pelaku perbuatannya terdapat
pada fungsi S yaitu seorang perempuan tua.
Apabila klausa kalimat diatas diubah menjadi klausa pasif menjadi:
“Empat batang sabun dibeli oleh
seorang perempuan tua”
Maka pelaku perbuatan tidak lagi terdapat pada
fungsi S, melainkan pada KET, yaitu oleh seorang perempuan tua.
3. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘keadaan’
Dalam
kalimat:
“Rambutnya
hitam dan lebat”
Kata
hitam dan lebat tidak dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan sedang mengapa dan diapakan, melainkan digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana.
Makna
‘keadaan’ dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
1) Keadaan
yang relative singkat. Keadaan ini mudah berubah.
Misalnya:
-
“Rumah itu sangat bersih”
-
“Kami sudah mengantuk”
2) Keadaan
yang relatif lama dan kecenderungannya tidak mudah berubah. Keadaan yang
semacam ini di sini secara khusus disebut sifat. Misalnya:
-
“Pegawai itu amat rajin”
-
“Pohon kelapa sangat berguna.”
3) Keadaan
yang merupakan runtunan perubahan keadaan yan di sini secara khusus disebut
proses. Misalnya:
-
“Makanan itu membusuk”
-
“Pengaruhnya semakain luas”
4) Keadaan
yang merupakan pengalaman kejiawaan. Misalnya:
-
“Orang itu dapat memahami keinginan
anaknya.”
-
“Setiap orang mencintai perbuatan baik.”
4. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘keberadaan’
Dalam
kalimat:
“Para
tamu ada diruang depan”
Kata
ada menjadi unsure pengisi fungsi P tidak menyatakan makna ‘perbuatan’ dan
‘keadaan’ karena tidak menjawab pertanyaan
sedang mengapa, diapakan, dan bagaimana, melainkan menyatakan makna ‘keberadaan’, menjawab
pertanyaan di mana : di mana tamu ?
jawabnya : para tamu ada di ruang tamu.
5. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘pengenal’
Dalam
kalimat:
“Orang
itu pegawai kedutaan”.
Unsur
pengisi P yang terdiri dari frase golongan N, yaitu pegawai kedutaan, menyatakan makna ‘pengenal’ atau ‘identitas’,
yakni ciri khas seseorang atau suatau benda yang menyebabkan orang atau benda
itu mudah dikenal.
Selain
menggunakan pertanyaan . . . siapa
dan . . . . apa, makna ini dapat
ditentukan dengan kemungkinan hadirnya kata adalah
di antara S dan P hingga kalimat di atas dapat di ubah menjadi: orang itu
adalah pegawai keduataan.
6. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘jumlah’
Dalam
kalimat:
“Kaki
meja itu empat”.
Kata
empat yang termasuk golongan kata
Bil, yang dalam kalimat di atas mengisi fungsi P, menyatakan makna ‘jumlah’,
menjawab pertanyaan berapa.
7. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘pemerolehan’.
Kita
perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini:
“Ahmad
mendapat hadiah”.
Kata
mendapat yang menjadi unsur pengisi P pada kalimat-kalimat di atas tidak
menyatakan makna ‘perbuatan’, ‘keadaan’, ‘keberadaan’, ‘pengenal’, dan ‘jumlah’
karena kedua kata itu tidak dapat digunakan menjawab pertanyaan sedang mengapa, diapakan, bagaimana, …
siapa, … apa, dan berapa, melainkan menyatakan maka ‘pemerolehan’ atau
‘benefaktif’, yaitu pemerolehan peruntukan, kegunaan, atau manfaat dari apa
yang dinyatakan pada kata yang menjadi obyeknya. Oleh karena itu, kata-kata
mendapatkan, memperoleh, memiliki, mempunyai, dan mengandung, misalnya dalam
kalimat Obat ini mengandung racun
biasa disebut kata kerja pemerolehan atau kata kerja benefaktif.
2. Makna Unsur Pengisi S.
1. Unsur
pengisi S menyatakan makna ‘pelaku’
Dalam kalimat:
“Rene sedang bejar”.
Klausa
kalimat di atas terdiri dari kata Rene yang menyatakan makana ‘pelaku’, diikuti
frase sedang belajar yang menyatakan makna ‘perbuatan’. Yang dinyatakan oleh fungsi P sebagai jawaban
dari pertanyaan siapa yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh fungsi P.
2. Unsur
pengisi S menyatakan makna ‘alat’.
Dalam kalimat:
“Truk-truk itu mengangkat beras”.
Unsur
pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu truk-truk itu, bukan
menyatakan makna ‘pelaku’, melainkan menyatakan makna ‘alat’, yaitu alat yang
digunakan untuk melakukan perbuatan karena kita tidak mungkin mengajukan
pertanyaan siapa yang mengangkut beras, atau beras diangkut oleh siapa,
melainkan pertanyaannya beras diangkut dengan apa. Di samping itu, terdapat
kalimat yang berparafrase dengan kalimat di atas yang jelas menyatakan bahwa
truk-truk itu bukan ‘pelaku’ melainkan ‘alat’ yang digunakan untuk melakukan
perbuatan, yaitu kalimat.
-
“Orang mengangkut beras dengan truk-truk
itu.”
-
“Beras diangkut dengan truk-truk itu.”
3. Unsur
pengisi S menyatakan makna ‘sebab’.
Dalam kalimat:
“Banjir besar itu menghancurkan
kota”.
Unsure
pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu banjir besar itu,
bukan menyatakan makna ‘pelaku’, dan juga bukan menyatakan ‘alat’, melainkan
menyatakan sebab yaitu sebab yang menyebabkan hancurnya kota karena kalimat itu
berparafrase dengan kalimat.
“Kota hancur karena
banjir besar itu”.
“Kata karena menandai makna
‘sebab’.”
Makna
‘sebab’ sanagat dekat dengan makna ‘alat’, bahkan mungkin dalam satu kalimat
unsure pengisi fungsi S dapat dijelaskan sebagai mempunyai makna ‘sebab’ dan
‘alat’.
4. Unsur
pengisi S menyatakan makna ‘penderitaan’.
Dalam kalimat:
“Tubuh anakku diletakannya dengan
hati-hati di peron.”
Unsur
pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu tubuh anakku,
menyatakan makna ‘penderitaan’, yaitu yang menderita akibat perbuatan yang
dinyatakan P, sebagai jawaban pertanyaan apa atau siapa yang menderita
akibat perbuatan yang dinyatakan pada P.
5. Unsur
pengisi S menyatakan makna ‘hasil’.
Dalam kalimat:
“Rumah-rumah murah banyak didirikan
pemerintah”.
Unsure
pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu rumah-rumah murah,
bukannya menyatakan makna ‘penderitaan’, melainkan makna hasil, yaitu hasil dari suatu
perbuatan. Rumah-rumah murah dalam kalimat itu tidak menderita akibat perbuatan
yang dinyatakan pada P , melainkan hasil dariperbuatan yang dinyatakan P, yaitu
perbuatan ‘mendirikan’.
6. Unsur
pengisi S menyatakan makna “tempat”
Dalam kalimat
“ Pantai Parangtritis banyak dikunjungi para turis”.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri
dari frase golongan N, yaitu pantai Parangkritis, menyatakan makna “tempat”
mengingat kalimat itu berfrase dengan kalimat.” Para turis banyak berkunjung ke
pantai parangkritis”.Kata depan ke menandai makna tempat.
7. Unsur
pengisi S menyatakan makna “penerima”
Dalam kalimat
“Anak itu
dibelikan sepeda baru oleh ayahnya”.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri
dari frase golongan N, yaitu anak itu, menyatakan makna penerima, yaitu
yang menerima peruntukan , kegunaan, atau faedah dari perbuatan yang dinyatakan
pada P, yaitu perbuatan membeli. Makna ini akan menjadi lebih jelas apabila
diambil kalimat yang berfrase dengan kalimat diatas, yaitu
“ Seorang ayah membeli sepeda baru untuk anaknya”.
“ Seorang ayah membeli sepeda baru bagi anaknya”.
Kada depan untuk dan bagi dipakai
untuk menandai makna yang menerima peruntukan, kegunaan, atau faedah.
8. Unsur
pengisi S menyatakan makna “pengalam”.
Unsur pengisi S dikatakan menyatakan
makna “pengalam”, yakni yang mengalami keadaan yang dinyatakan pada P.
9. Unsur
pengisi S menyatakan makna “dikenal”.
Unsur pengisi P yang terdiri dari
golongan N, yaitu pegawai kedutaan dan gedung sekolah, menyatakan makna
“pengenal”, yakni suatu tanda pengenal atau identitas, dalam hal ini bagi apa
yang tersebut pada S. Demikianlah, maka unsure pengisi S dalam kalimat-kalimat
di atas, yaitu orang itu dan gedung itunmenyatakan makna”dikenal” ialah yag
dikenal melalui tanda pengenal yang tersebut pada P.
10. Unsur
pengisi S menyatakan makna “terjumlah”
3. Makna Unsur Pengisi O1
1. Unsur pengisi O1 menyatakan
makna”penderita”.
2. Unsur pengisi O1 menyatakan
makna”penerima”.
3. Unsur pengisi O1 menyatakan
makna”tempat”.
4. Unsur pengisi O1 menyatakan
makna”alat”.
5. Unsur pengisi O1 menyatakan
makna”hasil”.
EmoticonEmoticon