RANGKUMAN PRAGMATIK
“PRAAGGAPAN DAN ENTAILMEN”
OLEH
RINA
KARLINA E1C114094
KELAS V D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN
SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
BAB IV
PRANGGAPAN DAN ENTAILMEN
A.
PENGERTIAN
Pranggapan atau presupposisi adalah
sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan
suatu tuturan. Yang memiliki preposisi adalah penutur, bukan kalimat. Pranggapan
berada dalam pikiran kita.
Entaimen adalah sesuatu yang secara
logis ada atau mengikuti apa yang ditegaskan di dalam tuturan. Yang memiliki
entailmen adalah kalimat, bukan penutur. Jadi dapat disimpukan bahwa entailmen
itu berada di dalam kalimat.
Kita dapat mengidentifikasikan sebagian
informasi yang diasumsikan secara tepat yang akan diasosiasikan dengan tuturan
dari (1)
(1) Saudara
laki-laki Ali membeli 3 ekor kuda
Ketika menghasilkan tuturan diatas,
penutur tentunya diharapkan memiliki pranggapan bahwa seseorang yang bernama
Ali ada dan dia memiliki seorang saudara laki-laki. Penutur juga mungkin
menyimpan presuposisi yang lebih khusus bahwa Ali hanya memiliki seorang
saudara laki-laki dan dia memiliki banyak uang. Sebenarnya semua presuposisi
ini menjadi miliki penutur dan semua praanggapan itu boleh jadi salah.
Kalimat di atas juga akan dianggap
memiliki entailmen jika saudara laki-laki Ali membeli sesuatu, membeli 3 ekor
binatang, membeli 2 ekor kuda, dan akibat-akibat logis lain yang sama.
Sebenarnya entailmen itu ada dalam kalimat, tanpa menghiraukan apakah keyakinan
penutur benar atau salah. Entailmen-entailmen itu dikomunikasikan tanpa
dikatakan. Akan tetapi, karena sifat dasarnya yang logis, entailmen biasanya
tidak dibahas sebanyak dalam pragmatik temporer karena perhatian penutur lebih
banyak bergantung pada presupposisi.
B.
JENIS-JENIS
PRESUPPOSISI
1. Presupposisi
potensial
Adalah suatu asumsi yang secara khusus dikaitkan
dengan penggunaan bentuk-bentuk kebahasaan, misalny penggunaan kata ‘menyesal’
dalam kalimat ‘dia menyesal telah melakukan itu’ yang mengandung asumsi bahwa
dia sebenrnya ‘melakukan itu’.
2. Presupposisi
leksikal
Adalah asumsi bahwa, dalam pemakaian kata, penutur
dapat bertindak seolah-olah makna lain dari kata itu dapat dipahami. Di dalam
kasus presuposisi leksikal, pemakaian ungkapan khusus oleh penutur diambil
untuk mempraanggapkan sebuah konsep lain ( tidak dinyatakan), sedangkan pada kasus
presuposisi faktif, pemakaian ungkapan khusus diambil untuk mempra-anggapkan
kebenaran yang dinyatakan setelah itu.
3. Presupposisi
struktural
Adalah asumsi bahwa bagian dari struktur mengandung
informasi yang dianggap sudah diketahui. Sejauh ini kita hanya memikirkan
konteks-konteks dimana presupposisinya diasumsiskan benar. Akan tetapi terdapat
contoh-contoh presupposisi non-faktif yang diasosiasikan dengan sejumlah
kata-kata kerja dalam bahasa inggris. Presupposisi non-faktif adalah suatu
presupposisi yang diasumsikan tidak
benar. Kata-kata kerja seperti ‘bermimpi’, ‘membayangkan’, dan ‘berpura-pura’.
Keberadaan presupposisi non-faktif merupakan bagian
masalah yang menarik dalam analisis tuturan yang memiliki struktur kompleks
untuk ditalaah pada bagian mendatang, biasanya ditunjukkan sebagai masalah
proyeksi.
C.
MASALAH
PROYEKSI
Masalah proyeksi adalah masalah
presupposisi dari sebuah struktur sederhana yang tidak bertahan lama ketika
menjadi bagian dari suatu struktur yang lebih kompleks.
Ada suatu harapan dasar bahwa
presupposisi kalimat sederhana akan berlangsung benar apabila kalimat sederhana
itu menjadi bagian dari kalimat yang lebih kompleks. Inilah salah satu versi
gagasan umum bahwa arti dari bagian-bagian kalimat itu, akan tetapi arti dari
sebagian presupposisi tidak mampu menjadi arti dari beberapa kalimat kompleks (
sebagai keseluruhan). Hal ini di kenal sebagai masalah proyeksi.
D.
ENTAILMEN
TERSUSUN
Entailmen sebenarnya bukan konsep
pragmatik karena berhubungan dengan maksud penutur), tetapi malah dianggap
sebagai suatu konsep logis yang murni, yang disimbolkan engan | | -. Beberapa
contoh entailmen untuk kalimat-kalimat dalam ( 17) disajikan dalam (18).
(17) Rover mengajar 3 ekor tupai (=p)
(18)a. sesuatu mengejar
3 ekor tupai (=q)
b. Rover melakukan sesuatu terhadap 3
ekor tupai (=r)
c. Rover mengejar 3 benda (=s)
d. sesuatu terjadi
(=t)
Dalam menyajikan hubungan antara entailmen (17) dan
(18) sebagai p | | -q, secara sederhana kita sudah menandakan suatu akibat yang
logis. Marilah kita mengatakan bahwa dalam tuturan kalimat (17), penutur
seharusnya mengakui terhadap kebenaran sejumlah besar entailmen bagian belakang
( hanya sebagian saja yang disajikan dalam [18 a-d]. akan tetapi dalam
kesepatan apa saja dari tuturan (17), penutur akan menunjukkan bagaimana
entailmen-entailmen ini harus disusun. Karena penutur akan berkomunikasi secara
khusus dengan cara penekanan, di mana entailmen disumsikan sebagai bagian
terdepan, atau lebih penting untuk menginterpretasikan makna yang dimaksudkan
dari pada makna lainya.
Kata-kata
mutiara
Janji
Allah Itu Pasti
Biar rebah jangan berubah
Biar terbuang terus berjuang
Ujian adalah tarbiyah dari Allah Ta’ala
Sehingga kita semakin dekat padaNya
Pasti kebahagian bakal dimiliki
Karna janji Allah itu pasti….
Ketika menghasilkan tuturan seperti kata-kata
mutiara diatas belarti kita sudah memiliki praanggapan tentang hal yang di
sampaikan oleh penutur. Bahwa walaupun banyak ujian yang kita hadapi kita harus
tetap berjuang dan jangan mudah putus asa karna pada waktunya pasti Allah akan
memberikan kebahagian terbaik untuk kita. Dari tuturan tersebut kita bisa
percaya ataupun tidak, tergantung praanggapan kita, tetapi kalau orang islam jika mendengar tuturan kata-kata
mutiara diatas yang disampaikan dianggap benar dan kalau non islam praangapan
yang di sampaikan bisa jadi tidak benar.
EmoticonEmoticon