MAKALAH PSIKOLOGI
SASTRA
PSIKOLOGI BEHAVIORISME
MENURUT B.F SKINNER
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur atas
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah”Psikologi Sastra ”. Makalah ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karana itu pada kesempatan ini
disampaikan terimah kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dorongan sehingga makalah ini
terselesaikan.
kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk memperbaikan dan penyempurnaan tugas selanjutnya.
Akhir kata semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang memerlukan.
penyusun,
Mataram, 10 Mei 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1Konsep Teori
Behaviorisme dala pembelajaran........................................ 3
2.2 Teori Belajar menurut
Skinner................................................................ 5
2.3 Sejarah munculnya teori
kondisioning operan B.F Skinner......................... 5
2.4 Kajian umum teori B.F Skinner............................................................... 5
2.5 Kelebihan dan kekurangan teori
B.F Skinner............................................ 9
2.6
Kekeliruan dalam teori B.F
Skinner......................................................... 10
2.7 Aplikasi
Skinner Terhadap Pembelajaran................................................. 10
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Bell
Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV.
Rajawali.
Moll, L. C.
(Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and
Application of Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press
Degeng, I
Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta:
Depdikbud
1.1
Latar Belakang Masalah
Teori tentang belajar yang telah
berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori
belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli
psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal
mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an)
dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical
conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh
beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan
Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Di awal abad
20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan
banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif
dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif
menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah
laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan
teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk
menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada
dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk
menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.
1.2 Tujuan
Penyusunan
makalah bertujuan agar penulis mampu memahami :
1. Konsep Teori
Behaviorisme dala pembelajaran
2. Tokoh-tokoh teori behaviorisme
3. Sejarah munculnya teori
kondisioning operan B.F Skinner.
4. Kajian umum teori B.F Skinner.
5. Aplikasi teori skinner terhadap
pembelajaran.
7. Kelebihan
dan kekurangan teori skinner
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Teori Behaviorisme dalam
Pembelajaran
Definisi
Teori behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman danpemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Teori behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman danpemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Ciri dari
teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis,menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon,menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkanperanan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yangdiinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah lakumanusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement darilingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antarareaksi-reaksi behavioural
dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan iniberpandapat
bahwatingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dantingkahl laku
adalah hasil belajar.
Teori kaum
behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku
manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise
sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia
baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui
bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti
teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Prinsip-prinsip
teori behaviorisme adalah :
1.
Obyek psikologi adalah tingkah laku
2.
Semua bentuk tingkah laku
dikembalikan pada reflek
3.
Mementingkan pembentukan kebiasaan
Aristoteles
berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti
sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut John
Locke(1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak
mempunyai "warna mental". Warna ini didapat dari pengalaman.
Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea dan
pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku
manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi
(sensory experience). Pikiran dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu.
Kesulitan
empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan
apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang manusia
sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari
kesenangan, dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianismem perilaku anusia
tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan
hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah yang disebut dengan behaviorisme.
Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran behavioristik yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7). Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki beberapa teori, antara lain: teori Connectionism, Classical Conditioning, Contiguous Conditioning, serta Descriptive Behaviorisme atau yang lebih dikenal dengan nama OperantConditioning.
Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran behavioristik yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7). Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki beberapa teori, antara lain: teori Connectionism, Classical Conditioning, Contiguous Conditioning, serta Descriptive Behaviorisme atau yang lebih dikenal dengan nama OperantConditioning.
2.2 Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep
yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut
Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.
2.3. Sejarah Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skinner.
2.3. Sejarah Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skinner.
Asas
pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model
kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuata pada
pelaksanaan penelitian. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan
penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan
yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya
perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme
berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku
menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh
terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu
merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
2.4
Kajian Umum Teori Kondisioning
Operan Menurut B.F.Skinner
Kondisian
operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Inti dari
teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan).
Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E.
Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan
tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan
dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat diterima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat diterima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Penguatan
positifadalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk
penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku
(senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan
negatif,adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak
senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu cara untuk
mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam
penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan
negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Adalah mudah mengacaukan
penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa
penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan
hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Contoh dari
konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).
a.Penguatan positif
a.Penguatan positif
Perilaku
Murid
mengajukan pertanyaan yang bagus
Konsekuensi
Guru menguji
murid
Prilaku kedepan
Murid
mengajukan lebih banyak pertanyaan
b.Penguatan negatif
·
Perilaku
Murid
menyerahkan PR tepat waktu
·
Konsekuensi
Guru
berhenti menegur murid
·
Prilaku
kedepan
Murid makin
sering menyerahkan PR tepat waktu
c.Hukuman
·
Perilaku
Murid
menyela guru
·
Konsekuensi
Guru
mengajar murid langsung
·
Prilaku
kedepan
Murid
berhenti menyela guru
Ingat bahwa
penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu,
konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
Skinner
menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan
tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang
digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi
urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas
menempatkan binatang percobaan dalam "kontigensi terminal".
Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam
mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur
yang mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan
Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.
Skinner
menggambarkan praktek "tugas dan ujian" sebagai suatu contoh
menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner
menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti
menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap
tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang
bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang
diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran
penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguat.
b. Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi
pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam
proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e. Dalam
proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
f. Tingkah
laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforce
g. Dalam
pembelajaran, digunakan shaping.
Disamping
itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
- Law of operant conditioning yaitu
jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan meningkat.
- Law of operant extinction yaitu
jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
2.5
Kelebihan dan kekurangan Menurut
B.F. Skinner
a.
Kelebihan
Pada teori
ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
b.
Kekurangan
Beberapa
kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G.
1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa
lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii)
keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran
peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan
dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah
kedisiplinan. hal tersebut akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar.
Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin
berat.
2.6
Beberapa
Kekeliruan dalam Penerapan Teori Skinner
Adapun beberapa kekeliruan
dalam teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan
sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri
kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun
fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk
pada siswa.
2.7 Aplikasi Skinner terhadap Pembelajaran
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai
pada unit-unit secara organis.
b. Hasil berlajar harus segera
diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti
irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
d. Tes lebih ditekankan untuk
kepentingan diagnostic.
e. Dalam proses pembelajaran lebih
dipentingkan aktivitas sendiri.
f. Dalam proses pembelajaran tidak
dikenakan hukuman.
g. Dalam pendidikan mengutamakan
mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
h. Tingkah laku yang diinginkan
pendidik diberi hadiah.
i. Hadiah diberikan kadang-kadang
(jika perlu)
j. Tingkah laku yang diinginkan,
dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan. k. Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
l. Mementingkan kebutuhan yang akan
menimbulkan tingkah laku operan.
m. Dalam belajar mengajar
menggunakan teaching machine.
n. Melaksanakan mastery learning
yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena
tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu
yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan setelah mengkaji teori belajar B.F Skinner adalah sebagai berikut:
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan setelah mengkaji teori belajar B.F Skinner adalah sebagai berikut:
1.
Beberapa unsur dasar dalam teori
operan kondisioning Skinner dijelaskan pada tabel berikut:
Unsur Dasar
Definisi
Asumsi
Perubahan
tingkah laku ialah fungsi dari kondisi dari lingkungan dan peristiwa
Belajar
Perubahan
tingkah laku ditunjukkan oleh meningkatnya keseringan respon.
Hasil
belajar
Respons yang
baru (tingkah laku)
Komponen
Belajar
(SD)-(R)-(R
Reinsf)
Perancangan
pembelajaran untuk belajar yang kompleks
Merancang
urutan stimulus - respon - penguatan untuk mengembangkan himpunan respons
kompleks.
Isi pokok
dalam merancang pembelajaran
Pemindahan
kendali stimulus, waktu penguatan; menghindarkan hukuman.
- Teori belajar operan kondisioning  Skinner
memberi banyak kontribusi untuk praktik pengajaran. Konsekuensi penguatan
dan hukuman adalah bagian dari kehidupan dan murid. Jika dipakai secara
efektif, pandangan teori ini akan mendapat membantu para guru dalam
pengelolaan kelas. Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar
yang tertuang dalam teori ini akan membantu guru dalam menggunakan
pendekatan pengajaran yang cocok untuk mencapai hasil belajar dan
perubahan tingkah laku yang positif bagi anak didik.
- Kritik terhadap teori pengkondisian operan
Skinner adalah seluruh pendekatan itu terlalu banyak menekankan pada
control eksternal atas perilaku murid. Teori ini berpandangan bahwa
strategi yang lebih baik adalah membantu murid belajar mengontrol perilaku
mereka sendiri dan menjadi termotivasi secara internal. Beberapa kritikus
mengatakan bahwa bukan ganjaran dan hukuman yang akan mengubah perilaku,
namun keyakinan atau ekspektasi bahwa perbuatan tertentu akan diberi
ganjaran atau hukuman. atau dengan kata lain teori behaviorisme tidak
memberi cukup perhatian pada proses kognitif dalam proses belajar.
EmoticonEmoticon