Monday, September 25, 2017

PSIKOLOGI EGO " ANNA FRUID"

MAKALAH
PSIKOLOGI EGO
“ANNA FRUID”



PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
psikologi Ego adalah psikoanalisis yang telah menghasut dari ego Sigmund Freud's model superego id. Setelah Feud, ada teori psikoanalisis banyak yang mulai merinci pada versi teknis ego, seperti yang dijelaskan oleh Freud. Psikoanalis ini telah lama mencoba berhipotesis pada fungsi ego dan bagaimana hal itu menyebabkan kerusakan pada psikopatologi. Sebagian besar upaya psikoanalis ini berkisar mengenai bagaimana untuk mengintensifkan ego sehingga dapat membantu seseorang untuk mengatasi dengan masyarakat, tekanan dan super ego dengan cara yang lebih baik.
Dasar psikologi ego berputar di sekitar titik bahwa ego yang sehat adalah independen terdapat perbedaan mental dan sudah termasuk fungsi-fungsi ego otonom seperti realitas-pengujian dan memori, itu harus berfungsi tanpa gangguan dari benturan emosional. psikologi Ego juga bertujuan untuk meningkatkan lingkaran konflik-bebas dari fungsi ego. Ini akan membawa sebuah adaptasi yang lebih baik dan juga merupakan peraturan yang efektif lingkungan dan ego.
Namun, penulis ego segar psikologis memiliki pendekatan yang berbeda, beberapa pihak berpendapat bahwa model struktural analisis ego harus dibuang, dan psikoanalis harus berfokus pada konflik mental memperlakukan dengan cara yang lebih baik.
Jika menganggap sistem klinis, maka psikoanalisis ego dikaitkan dengan analisis pertahanan. Dengan interpretasi, klarifikasi dan menghadapi mekanisme pertahanan, pasien memanfaatkan psikoanalisis ego untuk mendapatkan kontrol atas masalah.
Menurut Freud, ego mengambil bentuk sebagai akibat dari pertentangan antara dunia luar dan batin identitas diri dan persona. Oleh karena itu, ego secara intrinsik bentuk konflik yang terjadi di pikiran. Konsep Freud tidak sesuai dengan yang diusulkan oleh Hartmann. Ada banyak penulis yang juga pergi ke depan dan mengatakan bahwa Hartmann telah memberikan pandangan tradisional pada psikologi ego. Namun, Hartmann selalu mengklaim bahwa tujuannya adalah untuk memahami kesepakatan bersama dari lingkungan dan ego daripada memberi gambaran tentang penyesuaian ego dengan lingkungan.
Penafsiran psikologi ego tergantung pada analisis individu. Namun, semua teori tujuan di sini adalah salahnya memiliki ego yang kecil yang dapat membantu mengatasi tekanan sehari-hari yang dihadapi.
Dalam makalah ini kami akan membahas psikologi Ego menurut teori Anna Freud, Heinz Hartmann, dan Robert W. White.

























PEMBAHASAN

A.  ANNA FREUD
Dalam http://akbarkebba.blogspot.com/2013_05_01_archive.htmlAnna Freud (3 Desember 1895 - 9 Oktober 1982) adalah anak keenam dan terakhir dari Sigmund Freud dan Martha. Lahir di Wina, ia mengikuti jalan ayahnya dan memberikan kontribusi untuk bidang yang baru lahir dari psikoanalisis. Di samping Melayani Klein, dia mungkin dianggap sebagai pendiri psikologi anak psikoanalitik. Dibandingkan dengan ayahnya, pekerjaannya menekankan pentingnya ego dan kemampuannya untuk dilatih sosial.
Karyanyamemberikanjembatan antarateoristrukturalFreuddan psikologiego.Pendekatannya pada pemahaman perkembangan anak, Ego -focus ego, mekanisme pertahanan diri.Anna freud Lebih tertarik dalam dinamika jiwa daripada di struktur, dan terutama terpesona oleh tempat ego. Sehingga ia memusatkanperhatiannya padasadar, operasi defensifegodan memperkenalkanbanyak pertimbanganteoritis danklinis yang penting.

1.    Psikoterapi Anak
a.    Terapi Gabungan
Teknik psikoanalisis seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi dan analisis transferensi tidak dapat dikenakan begitu saja kepada anak-anak. Prosedurnya harus dimodifikasi atau digabung dengan teknik yang lebih langsung, agar dapat langsung membantu anak berjuang untuk tumbuh, masak, berbuah, dan menguasai realitas didalam dan diluar dirinya. Disini, Anna Freud belajar pentingnya persiapan panjang yang dirancang untuk menempatkan analisis sebagai orang yang penting, dapat dipercaya, sungguh-sungguh, sangat dibutuhkan dalam kehidupan anak saat ini. Dengan menggabungkan kekaguman dan kepercayaan, anak dapat menerima analisis sebagai guru yang khususs, seorang akhli dalam pengetahuan mengenai diri dana sebagai teman melawan serangan luar yang tidak terfahami.

b.      Melampaui Konflik Struktural: Bahaya Perkembangan
Kelenturan anak dan perkembangan menuju kemasakan yang berkelanjutan, memaksa analis anak memfokuskan diri bukan pada simtom neorotik yang tampak sekarang, tetapi lebih pada tujuan agar berfungsi sehat pada masa yang akan datang. Menurutnya, kristalisasi sindrom  neorotik hanya bagian kecil dari masalah anak-anak. Gangguan perkembangan, ncaman kemasakan berkelanjutan- fisik maupun psikis- harus lebih banyak diperhatikan. Bahkan kalau simtom neorotik jelas-jelas muncul pada tingkah laku anak, indikator patologi yang serius itu mempunyai dinamika dan makna yang berbeda dengan gejala yang sama pada orang dewasa.
Anna Freud mengembangkan sistem diagnosis yang mementingkan pembentukan kepribadian dalam tahap-tahap perkembangannya dan ancaman- ancaman serius terhadap penyelesaian perkembangan kepribadian, serta memperkecil peluang hal-hal yang mengganggu integritas anak. Dampaknya, Anna keluar dari konsep klasik neorosis dan salah suai sebagai perang yang tidak disadari id, ego, dan super ego. Anak mengalami gangguan yang berkenaan dengan kerentanan alami dalam usaha mengembangkan diri.

c.       Asesmen Metapsikologi
Persiapan untuk psikoterapi anak cukup panjang, begitupula pengumpulan data dan assesment juga membutuhkan waktu yang panjang. Agar semua dapat ternagkum dengan baik, Anna Freud memakai profil metapsikologi. Dengan memakai profil asssesment metapsikologi  dapat diperoleh keuntungan:
1.      Profil metapsikologi memberi arahan yang konkrit dan seragam, data apa saja yang harus diungkap dari klien.
2.      Profil itu mengharuskan terapis untk mengintegrasikan hasil observasi dengan data sejarah kehidupan klien menjadi gambaran yang utuh bagaimana kepribadian anak berfungsi dan berkembang.
3.      Profil metapsikologi membutuhkan kecanggihan penerapan teori perkembangan psikoanalitik, teori dorongan, dan teori ego. Untuk memperoleh makna “metapsikologi” dari ata hasil observasi. Dengan kata lain, profil memakai konsep-konsep psikoanalisis, mengintegrasikan teori-teori yang ada untuk memperoleh peta psikologi.

d.      Pentingnya Realitas Sosial
            Tidak seperti orang dewasa, anak lebih tergantung dan lebih mudah dipengaruhi oleh realitas eksternal saat itu. Psikoanalis anak harus siap menerima proposisi bahwa ketergantungan kliennya kepada orang tuanya, konflik klien dengan saudara, hubungan nya dengan guru dan otoritas lain nya-yang terjadi saat itu-tercermin dalam gangguan yang mereka alami. Gangguan neorotik pada orang dewasa, umumnya bersifat internal dan sumbernya ada pada masa lalu atau konflik yang belum terselesaikan. Pada anak, suatu simtom bisa disebabkan oleh peristiwa yang baru saja terjadi.
Tabel Garis Besar Profil Metapsikologi untuk anak pentingnya Realitas sosial
1.    ALASAN REFERAL – Perkembangan tertahan, masalah tingkah laku, simtom-simtom
2.    GAMBARAN DIRI ANAK –Tampang, suasana hati, sopan-santun.
3.    LATAR BELAKANG KELUARGA -  Sejarah pribadi, sejarah hidup, keadaan keluarga
4.    KEMUNGKINAN PENGARUH LINGKUNGAN YANG PENTING
5.    PENGUKURAN PERKEMBANGAN
a.      Perkembangan Drive: Libido dan agresi terhadap diri sendiri dan orang lain.
b.      Perkembangan ego dan super ego: Fungsi Ego, usia tingkah laku, keseimbangan pertahanan dan emosi.
6.    PENGUKURAN GENETIK – (Regresi dan fiksasi) tingkah laku, fantasi, syimtom yang bisa membantu kesimpulan perkembangan psikoseksual, regresi dan fiksasi.
7.    ASESMEN DINAMIK DAN SRUKTURAL – mengklasifikasikan konflik internal dan eksternal berdasarkan konflik ego- id, ego-super ego, atau ego- lingkungan.
8.    ASESMEN CIRI-CIRI UMUM – Toleransi frustasi, potensi sublimasi, kecemasan, kekuatan progresif vs regresif.
9.    DIAGNONIS –mengintegrasikan semua temuan kedalam tingkat kesehatan ego, konflik, frustasi, tingkat perkembangan, kekuatan superego, gangguan organik, dan peran lingkungan.


2.    GARIS PERKEMBANGAN (Developmental Lines)
            Interaksi anatara id dan ego, dimulai dari dominasi id untuk memperoleh kepuasan, secra bertahap akan bergeser ke ego, untuk pada akhirnya ego dapat menguasai realitas internal maupun eksternal. Interksi itu oleh Anna Freud disebut garis perkembngan, suatu urutan tahap-tahap kematangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri, dari irasional menjadi rasional, dari hubungan yang pasif dengan realita menjadi aktif. Garis-garis perkembngan menunjukkan usaha ego untuk mampu menghadapi situasi hidup, tanpa harus menarik diri dan tanpa memakai mekanisme pertahanan secara berlebihan. Anna Freud mengemukakan enam garis perkembngan, masing-masing bergerak dari dominasi id menuju realitas ego;
a.    Dari Ketergantungan  menjadi percaya diri
1.      Ketergantungan biologis kepada ibu, tidak mengenal bahwa dirinya terpisah dengan orang lain.
2.      Membutuhkan hubungan yang memuaskan, ibu dianggap sebagai pemuas dari luar.
3.      Tahap objek-tetap, gambaran ibu tetap ada, walaupun dia tidak hadir.
4.      Pre- odipus, tahap memeluk, ditandai dengan mendominasi obyek yang dicintai.
5.      Fase odipus-falis, ditandai dorongan memiliki orang tua lain jenis dan bersaing dengan orang tua sejenis.
6.      Fase laten dengan menurunnya dorongan, transfer libido ke teman, kelompok dan figur otoritas.
7.      Fase pra adolesen, kembalinya kebutuhan hubungan yang memuaskan dengan obyek yang dicintai.
8.      Fase adolesen, berjuang untuk mandiri, memutus cinta dengan orang tua, kebutuhan kepuasan seksual.

b.    Dari Mengisap Menjadi Makan Makanan Keras
1.      Disusui teratur sesuai jadwal atau kalau membutuhkan.
2.      Disapih dari botol/susu ibu, mengalami kesulitan makan makanan baru.
3.      Peralihan dari disuapi menjadi makan sendiri, makan masih identik dengan ibu.
4.      Makan sendiri, berbeda pendapat dengan ibu mengenai banyaknya makanan.
5.      Seksual infantil membentuk sikap terhadap makanann: fantasi takut gemuk/ hamil melalui mulut.
6.      Senang makan, memiliki kebiasaan makan yang ditentukan senddiri.

c.    Dari ngompol dan ngobrok menjadi dapat mengontrol urinasi/defakasi
1.      Bebas membuang kotoran tubuh
2.      Fase anal, menolak kontrol orang lain dalam hal pembuangan kotoran, perang kemauan latihan kebersihan.
3.      Identifikasi dengan aturan orang tua, mengontrol sendiri pembuangan kotoran. Minat kebersihan dan keteraturan didasarkan pada keteraturan anal.
4.      Kepedulian dengan kebersihan tanpa tekanan orang tua, ego dan super ego mengontrol dorongan anal secara otonom.

d.   Dari tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab mengatur tubuh.
1.      Agresi diubah dari diri sendiri menjadi kepada duni luar.
2.      Meredakan keinginan yang berbahaya, mengenali bahaya eksternal seperti api, ketinggian, air.
3.      Sukarela menerima aturan kesehatan, menolak makanan yang tidak sehat, kebersihan tubuh, melatih kebugaran tubuh.

e.    Dari egosentrik menjadi kerjasama
1.      Mementingkan diri sendiri, narkistik, anak kecil lain tidak ada atau dipandang sebagai pengganggu dan saingan memperoleh cinta orang tua.
2.      Anak kecil didekatnya dipandang sebagai benda mati, atau mainan yang dapat diperlakukan kasar tanpa tanggung jawab.
3.      Anak kecil didekatnya dianggap sebagai teman untuk mengerjakan sesuatu, lamanya kerjasama tergantung pada tuntutan tugas.
4.      Teman dipandang partner sederajat, memiliki kemauan sendiri,mereka dapat dihormati, ditakuti, dijadikan saingan, dicintai, dibenci, atau ditiru,  membutuhkan sahabat sejati.

f.     Dari tubuh menjadi mainan, dan dari bermain menjadi bekerja
1.      Permainan bayi adalah perasaan tubuh, kepekaan jari, kulit, dan mulut. Tidak dibedakan antara tubuh sendiri dengan tubuh ibu.
2.      Sensasi tubuh ibu dipindah keobyek yang lembut seperti beruang mainan atau sarung bantal.
3.      Memeluk obyek yang lembut, menyenangi barang yang lembut, obyek benda mati.
4.      Puas menyelesaikan suatu kegiatan, dan puas mencapai prestasi sesuatu.

3.    Mekanisme Pertahanan
Menurut Siti Sundari(2005:54), mekanisme pertahanan diri lazim disebut pula mekanisme penyesuaian diri. Bila kita mengalami kekecewaan sering ketentraman batin terganggu atau dengan kata lain keseimbangan mental terganggu. Maka dengan segera kita berusaha mencari jalan agar keseimbangan itu tetap terjadi. Usaha itu terjadi secara mekanis. Maka mekanisme pertahanan terjadi secara wajar dan normal. Mekanisme pertahanan ada yang bersifat positif dan ada pula yang negatif.
            Anna Freud memperluas defence mechanism. Sigmund Freud mengajukan 7 defence ( identifikasi, displasemen, represi, projeksi, reaksi formasi, fiksasi dan regresi) yang ditambah Anna Freud dengan Repression, isolation, ascetism, denial, sublimation, undoing, introjection, reversal, turning againt the self, sublimation/displacement. Anna juga meneliti hubungan antara tingkat perkembangan dengan pilihan defense, dan dialah pakar pertama yang memandang, berbagai defense sebagai fungsi penyesuaian diri yang normal dipakai anak untuk menyesuaikan diri dengan dunia luar.
Anna Freud menganggap itu tugas analis, "dalam kaitannya dengan ego, untuk menjelajahi isinya, batas-batasnya, dan fungsinya, dan untuk melacak sejarah ketergantungan pada dunia luar, id, dan superego, dan, dalam Sehubungan dengan id, untuk memberikan penjelasan tentang naluri, yaitu isi id, dan untuk mengikuti mereka melalui transformasi yang mereka menjalani ". Faktanya adalah bahwa ketika turunan id membuat penyerangan ke dalam kesadaran, ego rentan terhadap serangan balasandengan menerapkan mekanisme pertahanan .
Pendeknya, mekanisme pertahanan (defense mechanism) adalah reaksi seseorang untuk menghadapi dan merespons pada sebuah situasi yang tidak disukai, supaya tidak jatuh pada reaksi insting (dan, dengan demikian, lebih “manusiawi.”).  Mekanisme pertahanan ini juga melindungi seseorang dari kegelisahan dalam menghadapi kelemahan diri.Bentuk- Bentuk Mekanisme Pertahanan Diri dalam https://yumizone.wordpress.com/2009/08/06/the-mechanisms-of-defense-mekanisme-pertahanan.
a.       Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai.7 Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran.2 Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa “lupa” terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam tak sadar kealam sadar.
Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.
b.      Penyangkalan (denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya.
c.       Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal,  biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi persaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima.Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.

d.      Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi.2 Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.

e.       Reaksi Formasi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.

f.       Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.

g.      Pengelakan atau salah pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya  dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan

h.      Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.

i.        Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.

j.        Pelepasan (Undoing)
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social.


k.      Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi)
Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang yang kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang sudah tidak menderita lagi”  dan sambil tersenyum.

B.  HEINZ HARTMANN
               Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Heinz_HartmannHeinz Hartmann (November 4, 1894 di Wina, Austria-Hongaria - 17 Mei 1970 di Stony Point, New York), adalah seorang psikiater dan psikoanalis. Dia dianggap sebagai salah satu pendiri dan wakil utama ego psikologi. Hartmann lahir dari keluarga yang dikenal untuk memproduksi penulis dan akademisi. Ayahnya sendiri adalah seorang profesor sejarah, dan ibunya adalah seorang pianis dan pematung. Setelah menyelesaikan sekolah menengah ia masuk ke Universitas Wina di mana ia menerima gelar medisnya pada tahun 1920. Minatnya dalam teori Freudian.
Sigmund Freud menawarinya analisis gratis jika ia tinggal di Wina seperti ia ditawari posisi di Johns Hopkins Institute. Dia memilih untuk masuk ke dalam analisis dengan Freud dan tercatat sebagai bintang bersinar di antara analis dari generasinya, dan murid favorit Freud.
Pada tahun 1937, di Wina Psychological Society, dia menunjukkan sebuah studi tentang psikologi ego, topik yang ia kemudian akan memperluas dan yang menjadi dasar bagi gerakan teoritis dikenal sebagai ego-psikologi.
Pada tahun 1938 ia meninggalkan Austria dengan keluarganya untuk melarikan diri dari Nazi. Melewati Paris dan kemudian Swiss, ia tiba di New York pada tahun 1941 di mana ia dengan cepat menjadi salah satu pemikir terkemuka New York psikoanalitik Masyarakat.
Pada tahun 1945 ia mendirikan sebuah publikasi tahunan psikoanalitik Studi Anak dengan Kris dan Anna Freud; sedangkan pada tahun 1950 ia menjadi Presiden Asosiasi Psikoanalisis Internasional (IPA) dan setelah beberapa tahun kepresidenannya, ia menerima gelar kehormatan presiden seumur hidup.

1922 melihat publikasi dari artikel pertama Hartmann, pada depersonalisasi, yang diikuti oleh sejumlah penelitian tentang psikosis, neurosis, kembar, dll
Perkembangan selanjutnya ego-psikologi dalam psikoanalisis, dengan pergeseran yang dari teori naluri untuk fungsi adaptif ego telah dilihat sebagai memungkinkan psikoanalisis dan psikologi untuk bergerak lebih dekat satu sama lain. Ego-psikologi menjadi sebenarnya dominan psikoanalitik kekuatan di Amerika untuk setengah abad berikutnya atau lebih, sebelum teori hubungan objek mulai datang ke kedepan Ia terbentuk. Namun jelas semua sama bahwa ego psikologi memiliki keturunan Freudian asli, bahkan jika itu tidak dapat dilihat sebagai ahli waris sendiri.
               
1.    Fungsi Ego di Ranah Bebas Konflik (Conflict Free Sphere)
Menurut Hartmann, istilah ranah bebas konflik diadaptasi dari psikoanalisis untuk merancang kegiatan ego yang terjadi diluar ranah konflik mental. Menurutnya, fungsi ego tergantung kepada tujuan yang akandiselesaikan, ada tujuan yang akan menyelesaikan konflik ada tujuan yang tidak berlatar belakang konflik. Misalnya ingatan dan belajar, mengkin terperangkap dalam usaha ego mengatasi konflik itu dilakukan. Ingatan, fikiran, asosiasi dan fungsi ego lainnya, merupakan bagian dari ego sehingga ego bisa berkomunikasi dengan id, bukan hasil dari interaksi ego dengan id. Ego bukan berasal dari id, yang memunculkan id agar dapat melayani insting tak sadar, tetapi ego dan id muncul bersamaan, berfungsi independen dan sinkron dengan insting. Masing-masing sistem berasal dari disposisi, dan berkembang secara independen. Ego bukan hanya didorong oleh insting seks dan agresi, tetapi jug aditentukan oleh faktor luar. Ego bersifat otonom dean aktif mencari penyesuaian dengan dunia luar.

2.    Otonomi Primer dan Otonomi Sekunder Ego: Adaptasi
            Ada dua jenis otonomi ego: otonomi primer memancu ke sumber biologikal, kemasakan fungsi persepsi, belajar, ingatan, dan gerakan membuat ego mampu berfungsi otonom. Fungsi-fungsi ini berasal dari keturunan dan berperan sebagai adaptasi dengan lingkungan. Otonomi sekunder merupakan kemampuan ego untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam konflik dengan id menjadi sarana yang juga membantu adaptasi yang sehat dengan kehidupan. Berarti otonomi sekunder itu produk dari interaksi kemasakan fisik dengan belajar.
            Otonomi sekunder mirip dengan otonomi fungsional dari Allport. Antara lain tampak dari konsep Hortmann bahwa ego dapat menetralisir dorongan seks dan agresi untuk berfungsi yang bukan mendapatkan kenikmatan dan merusak, untuk mengejar selain peredaan dorongan. Netralisasi itu mengubah enerji libido dan agresi menjauh dari insting, ini terjadi ketika fungsi ego menjadi semakin independen dari id dan melakukan aktivitas untuk dirinya sendiri.
            Adaptasi merupakan hasil dari otonomi ego primer dan sekunder, yakni hasil dari usaha ego untuk mempertahankan keseimbangan di dalam kepribadiannya, dan keseimbngan anatar dirinya dengan lingkungan. Kemampuan adaptif menjadi sangat penting, karena setiap orang berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunia, semacam “kerelaan soaial.”

3.    Fungsi Ego dan Prinsip Realita
Ego relatif independen dari id,sejak awal dan perkembangannya beroperasi untuk membantu dari bertahan, bahkan ketika hal itu menyakitkan dan menunda kepuasaan. Ego memakai prinsip realita dalam arti yang luas: yakni, kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang akan datang, yang tujuan utamanya terus-menerus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diharapkan, disamping mungkin member kepuasaan id. Untuk mencapai tujuan itu, ada empat harmoni di dalamdan diluar diri yang harus dipertahankan ego, yakni:
1.      Mempertahankan keseimbangan yang indah antara keseluruhan indivindu dengan realitas eksternal sosial dan fisik.
2.      Karena id mempunyai beberapa drive instingtif yang semuanya menuntut kepuasaan, ego harus memantapakan harmoni keseimbangan di dalam ranah id.
3.      Ego harus menyeimbangkan tiga unsure mental yang saling bersaing, id-ego-superego.
4.      Ego harus menjaga harmoni diantara berbagai tujuannya sendiri yang saling berbada yakni: keseimbangan antara peran membantu id dengan peran sebagai ego indepeden yang tujuannnya tidak untuk memuaskan drive id.
Untuk mencapai harmoni ini, ego beroperasi secara sintetis: mengintegrasikan dan mendamaikan tujuan yang berbeda dan informasi yang bertentangan dengan satu koordinasi. Kemampuan sintetik dapat membuat ego mendamaikan konflik intersistemik (konflik antara id-ego-superego-realitas), dan konflik intrasistemik (konflik di dalam ego sendiri).
Hartmann mengemukakan 12 fungsi ego yang harus diperhatikan, agar fungsi sosial dan kognitif dapat berjalan baik, namun itu belum semuanya dan tidak dimaksudkan untuk membatasi fungsi ego, sebagai berikut:
1.      Mengatur gerakan (spontan).
2.      Mengorganisasi persepsi di dalam dan di luar realita.
3.      Membuat batas yang melindungi diri dari stimulasi internal dan eksternal yang berlebihan.
4.      Uji realitas.
5.      Berfikir dan inteligensi.
6.      Menterjemahkan fikiran menjadi perbuatan.
7.      Menghambat dan menunda pengurangan tegangan.
8.      Mengenali bahaya, member tanda kecemasan dan pertahanan.
9.      Antisipasi aksi, tujuan, dampak, dan konsekuensi pada masa yang akan datang.
10.  Persepsi waktu.
11.  Pembentukan karakter (gaya pribadi).
12.  Kemampuan sintetik (kemampuan mengintegrasikan semua fungsi di atas, mengharmonisasi konflik intrasistemik dan intersistemik).




C.      ROBERT W.WHITE
Dalam http://akbarkebba.blogspot.com/2013_05_01_archive.html Robert W. white, psikolog kepribadian, meninggal pada 6 Februari di Weston, 96.Awalnya seorang sejarawan (ia menerima gelar master dalam sejarah Amerika di Harvard pada tahun 1926), Pada tahun 1937, juga di Harvard, ia menerima gelar Ph.D. dalam psikologi.
White adalah direktur Klinik Psikologi di Harvard 1946-1950, dan ketua Departemen Hubungan Sosial 1957-1962.
Setelah menerima gelar sejarah dari Harvard, White mengajarkan sejarah dan pemerintahan di University of Maine selama beberapa tahun sebelum memutuskan untuk belajar psikologi. Kembali di Harvard ia belajar di bawah Henry A. Murray, dengan menerbitkan "Explorations in Personality" pada tahun 1938.
menolak gagasan bahwa satu-satunya motivasi berperilaku adalah dorongan untuk menurunkan dan pencapaian kepuasan biologis. Menurut White (1959) otot dan otak, mata, dan organ sensori lainnya haruslah diaktifkan untuk dapat tumbuh dan sehat, dengan demikian kehidupan manusia mencari stimulus; mereka tidak pasif bahkan berjuang keras untuk bisa mengurangi dorongan-dorongan.
Ketika ada usaha-usaha berhasil, individu akan merasa kompeten. Kompetensi merupakan salah satu konsep yang penting dalam teori White (1959) adalah suatu kecakapan (ability) dari individu untuk melakukan perjanjian dengan lingkungan, baik yang hidup maupun yang tidak, dengan cara yang sukses, membantu individu untuk tumbuh, matang dan survive dalam hidup.
1.    Tema Kompetensi dalam Tahap Psikoseksual
            Teori White merupakan rekonseptualisasi dari tahap-tahap perkembangan psikoseksual, memakai tema belajar tuntas. Pada setipa fase perkembangan psikoseksual Freud, ada elemen penting yang ikut berkembang. Elemen itu harus dipelajari namun terkait dengan kepuasaan instingtif. Ego dimotivasi bukan hanya oleh kebutuhan memuaskan dorongan biologik tetapi juga oleh kebutuhan eksplorasi,belajar, dan menguasai lingkungan. Kecenderungan untuk memperoleh rangsangan, aktif berusaha untuk mempengaruhi lingkungan ini disebut effectance motivation. Apabila usaha itu berhasil, orang merasa kompeten yang membuat orang itu tumbuh, masak, dan siap menghadapi tantangan hidup. Perasaan bisa menguasai realitas lingkungan semacam itu disebut efikasi dari (self effication). Kompetensi apa saja yang dipelajari sepanjang tahap perkembangan psikoseksual dalam perbandingan dengan teori Frued.

2.    Effectance Motivation
            Konsep pokok dari White adalah effectance motivation. Manusia mempunyai dorongan instintif untuk belajar, memahami lingkungan, kompeten mempengaruhi lingkungan untuk kepentingan kesejahteraan dirinya. Insting ini melengkapi insting insting hidup dan insting mati dari Freud. Fenomena motif belajar dapat dilihat pada aktivitas uji realitas, pemisahan diri dan non diri serta penyimpangan perkembangan ego.

3.    Uji Realita: Kompetensi melalui kegiatan
            Teori klasik reality testing menempatkan ego dalam posisi sentral yang menghubungkan kebutuhan kepuasaan obyektif dengan realita. Bayi semakin banyak berpaling ke realita untuk memuaskan kebutuhannya, tetapi cara untuk memperoleh kebutuhan itu hanya dengan menangis, mengharapakan bantuan pengasuhnya. Kepuasan tidak dapat selalu diperoleh, sehingga bayi kemudian mengembangkan kemampuan untuk menunda kepuasan, dan penundaan bisa dilakukan kalau dia mampu mengantisipasi realita yang akan datang.
            Menurut White, kemampuan mengantisipasi dan menunda kepuasaan itu merupakan hasil dari aktivitas bayi di lingkungannya. Ego mempunyai kemampuan menunda dan mengantisipasi karena bayi belajar dari “aktivitas yang dilakukannya,” mereka menjadi kompeten untuk memperpanjang penundaan karena melihat kedepan bahwa penundaan itu bersifat sementara. Pada mulanya bayi hanya marah, menggeliat, menangis, dan memukul ketika lapar; semuanya itu adalah aksi yang membuat ibunya berlari mendekat. Jika meenangis dapat selalu dan segera memperoleh peredaan dan makanan, bayi belajar untuk mempercayai lingkungan sekaligus mempercayai kemampuannya membuat sesuatu terjadi. Bayi belajar mengembangkan efikasi diri.

Tabel Perkembangan Insting dan Kompetensi Yang Dipelajari
NO
Aktivitas insting (Freud)
Kompetensi Yang dipelajari (White)
1.       
   (Oral)
a.     Insting lapar berusaha mereduksi tegangan.
b.     Ketergantungan pasif pada obyek yang dicintai untuk bertahan hidup.
c.     Memesukkan makanan dan obyek cinta sebagai bagian dari self
a.   Makan sebagai tempat berlatih  menguasai diri sendiri dan belajar menguasai lingkungan manusia.
b.  Belajar menguasai orang lain melalui memaksimalkan cinta dan meminimalkan pengabaian.
c.   Sensori motor berperan sebagai latihan ketrampilan motorik dan kognitif masa yang akan datang.
2.       
   (Anal)
a.    Kepuasan libido dari memakan dan mengeluarkan kotoran
b.    Belajar patuh pada tuntutan kultural  orang tua.
c.    Mungkin reaksi defensif terhadap kepribadian anal     menjadi sifat kikir, keras kepala dan      sangat teratur
a.   Perkembangan intrinsik negtivisme anak usia 2 tahun.
b.  Memakai gerakan dan negativisme untuk mengembangkan anatomi.
c.   Tiga sifat (kikir, keras kepala, sangat teratur), dipandang sebagai cara penyesuaian terhadap lingkungan, kalau membangun pada tingkat cukupan.
3.       
   (Falis)
a.    Odipus kompleks dengan sensivitas genetikal.
b.    Perkembangan superego melalui identifikasi dengan ayah dan takut dengan kemarahan ayah.
c.    Intereseksual diarahkan ke anggota keluarga.
a.    Gerakan, bahasa dan imajenasi dikembangkan untuk menguasai kata-kata dan mengembangkan perasaan berkemampuan.
b.    Dramatisasi diri dan meniru peran dewasa dengan tekanan pada produktifitas pribadi.
4.       
  (Laten)
a.    Menghilangnya motif seksual
b.    Periode yang relatif tenang.
a.    Memantapkan kompetensi sosial dalam kelompok sebayadan aktivitas sekolah dan hubungan heteroseksual.
b.    Kerjanyata disekolah, tempat kerja, permainan
c.    Belajar kompromi diri dan bagaimana melindungi diri.
5.       
(Genital)
a.    Pilihan obyek heteroseksual.
b.    Ekspresi libido dalm wujud genital
a.    Perasaan identitas, perasaan kompetensi masa lalu yang kini disatukan.
b.    Pilihan pekerjaan yang aktif dipelajari atau disiapkan.
c.    Pacaran sebagai kepuasan sosial dan seksual.


4.    Memisahkan Diri dengan Non Diri
            Salah satu kemampuan yang dikembangakan ego sejak awal perkembangan adalah memisahkan mana yang berjalan dari diri dan mana yang bukan dari diri. Pada mulanya, putting susu dan putting botol sebagai sumber kepuasaan dipahami sebagai bagian dari diri bayi, sama halnya dengan jempolnya sendiri yang member kepuasaan ketika disap seperti mengisap putting. Secara bertahap, dari pengalaman tingkah lakunya sendiri dan dampakdari tingkah laku itu, bayi belajar membedakan mana bagian dari self dan mana ynag bukan self.
            Menurut White, hubungan bayi dengan realita tidak pasif, yang timbul sebagai akibat ada dorongan yang harus dipuaskan dengan realita. Gambaran tentang realita itu dibangun oleh bayi itu sendiri, melalui belajar betahap apa yang mungkin mereka kerjakan dan yang tidak mungkin dipenuhi. Bayi belajr memahami apa yang biasanya diperoleh ketika mereka melihat dunia luar, yang ternyata tidak sesuai dengan kemauannya.

5.    Perkembangan Ego menjadi Patologis
            Konsep asli dari Teori Freud menyatakan bahwa patologi adalah kegagalan ego berkembang normal. Mengikuti konsep ini banyak ahli psikoanalisis yang meneliti apa yang dimaksud dengan kegagalan ego, apa yang menyebabkan ego gagal mengembangkan tenggung jawab sosial secara normal, dan apa yang menyebabkan kapasitas uji realitanya tidak berkembang. Umumnya mereka menyalahkan ibu, pengasuhnya tidak tepat, dingin, penanganaan yang mekanis, atau terlalu melindungi yang dimotivasi oleh perasaan berdosa , semua menjadi menyebab kegagalan ego dan psikosis.
            White dengan kompetensi dan motivasi efektanya, mengubah fokus perhatian, dan apa yang menyebabkan kapasitas ego gagal menganai enerji id, menjadi apa yang salah dari perkembangan perasaan efikasinya.  Menurutnya, sebagian dari kesalahan perkembangan ego, ada pada bayi itu sendiri. Bila terjadi ibu yang siap dengan cinta dan pengabdian, ternate menghadapi bayinya yang dari lahir hiperaktif atau tak terkontrol, atau yang temperamennya pasif dan tidak responsif, akhirnya ibu itu justru akan memandang dirinya tidak mampu merawat anaknya. Interaksi ibu dan anak semancam itu mungkin dapat menggangu perkembangan perasaan efikasi diri atau menyia-yiakan energi motivasi efektan bayi, yang semuanya itu menjadisumber patologi ego. White mengemukakan tiga penyebab kerusakan motivasi efektan, yaitu:
1.      Insting lapar dan insting bebas dari rasa sakit terus menerus muncul karena pengasuhnya yang kurang baik. Bayi menghabiskan seluruh waktunya untuk menangani insting lapar dan rasa sakit itu sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan efikasi diri.
2.      Bayi tidak memperoleh reinforsemen dari usaha penegmbangan efikasi dirinya. Ibu tidak mau terpengaruh oleh aktivitas bayinya, tidak mampu menterjemahkan bahasa tubuh dan tangis bayinya, akan membuat bayi berhenti berusaha memanipulasi dunianya. Motivasi efektan menjadi tidak berkembang.
3.      Gangguan atau hambatan langsung terhadap aktivitas bermain. Anak yang dilarang melakukan aktivitas, kehilangan kemampuan menstimulasi lingkungan dan memperoleh stimulasi diri yang cukup. Enegi dari independen dari ego terlambat, dan ego tidak dapat berkembang melalui ekspresi kegiatan bebas. Dampaknya dalah kecemasan. Malu, ragu, dan hilangnya minat eksporasi, semuanya mengarah ke kerusakan efikasi diri.

D.  APLIKASI
Pengikut-pengikut Freud ketika mengaplikasikan psikoanalisis merasakan ada yang kurang dari teori Freud, dan mereka kemudian berusaha melengkapinya, lahirlah psikologo ego. Psikologi ego bukan konsep yang radikal, tetapi konsep yang mengsisi bagian-bagian yang terlewat dari elaborasi Freud.
Anna Freud menjadi pelopor psikoanalisis kepada anak-anak, yang dengan cermat menyiapkan metodelogi dan sistematikdari psikoanalisis anak. Sistem itu tampaknya dipakai juga pada psikoanalisis orang dewasa, karena lebih menjamin pemahaman yang komprehensif. Anna Freud juga memberikan peringatan kemungkinan analisis terhadap anak yang keterlaluan, yang justru membahaya perkembangan nak itu sendiri. Hartmann dan White bnayak memberikan masukan tentang kerja ego. Banyak gangguan kejiwaan yang dapat diatasi dengan memperkuat ego, dan konsep-konsep psikologi ego sangat membantu usaha mengembangkan kopentensi ego menguasai intersystem dan intrasistemnya.



E.  Evaluasi
            Psikologi ego menjadi wacana yang menarik dalam kaitannya dengan psikoanalisis. Ketika banyak pakar mengkritik teori Freud sambil tetap mengakui kebenaran dan daya guna teori itu, psikologi ego mengambil posisi memperbaiki, melengkapi, dan menyempurnakan apa yang menjadi kelemahan asumsi Freud. Apa yang dilakukan oleh Anna Freud, Hartmann dan white kemudian akan menjadi model yang ditiru banyak pakar psikoanalisis. Psikologi ego menghargai kemampuan orang untuk menentukan nasibnya sendiri melalui berfikir dan belajar, ini menjadi jembatan rekonsiliasi antara paradigm psikoanalisis dengan paradigm kognitif.
Walaupun teori ini dikembangkan ketika metodologi penelitian telah berkembang pesat, kelemahan dari psikoanalissi tetap menonjol. Banyak konsep-konsep yang tidak didukung oleh data obyektif, dan analisi subyektif menjadi alat utama untuk mengelaborasi konsep-konsep psikologi ego. Metodologi baru mendapatkan perhatian yang besar ketika teori itu diaplikasikan. Teknik inventarisasi, catatan organnisasi data, dan sitem diagnosis dan analisisnya distandardisir sehingga kemungkinan adanya replikasi. Psikologi bukan lagi keajaiban yang dilakukan di ruangan terapi yang menjadi milik pribadi terapis, tetapi psikoterapi adalah tehnik standar yang sistemnya harus diikuti terapis agar tidak terjadi malpraktek.









PENUTUP

A.  Kesimpulan
Psikologi Ego adalah psikoanalisis yang telah menghasut dari ego Sigmund Freud's model superego id.Psikoanalis ini berkisar mengenai bagaimana untuk mengintensifkan ego sehingga dapat membantu seseorang untuk mengatasi dengan masyarakat, tekanan dan super ego dengan cara yang lebih baik. Psikoanalis ini telah lama mencoba berhipotesis pada fungsi ego dan bagaimana hal itu menyebabkan kerusakan pada psikopatologi.
Anna Freud Lebih mengkhususkan pada hal- hal sebagai berikut:
A.  Psikoterapi Anak
1.    Terapi Gabungan
Dengan menggabungkan kekaguman dan kepercayaan, anak dapat menerima analisis sebagai guru yang khususs, seorang akhli dalam pengetahuan mengenai diri dana sebagai teman melawan serangan luar yang tidak terfahami.
2.    Melampaui Konflik Struktural: Bahaya Perkembangan
Anna Freud mengembangkan sistem diagnosis yang mementingkan pembentukan kepribadian dalam tahap-tahap perkembangannya dan ancaman- ancaman serius terhadap penyelesaian perkembangan kepribadian, serta memperkecil peluang hal-hal yang mengganggu integritas anak
3.    Asesmen Metapsikologi
Dengan memakai profil asssesment metapsikologi  dapat diperoleh keuntungan:
1.      Profil metapsikologi memberi arahan yang konkrit dan seragam, data apa saja yang harus diungkap dari klien.
2.      Profil itu mengharuskan terapis untk mengintegrasikan hasil observasi dengan data sejarah kehidupan klien menjadi gambaran yang utuh bagaimana kepribadian anak berfungsi dan berkembang.
3.      Profil metapsikologi membutuhkan kecanggihan penerapan teori perkembangan psikoanalitik, teori dorongan, dan teori ego
4.    Pentingnya Realitas Sosial
Psikoanalis anak harus siap menerima proposisi bahwa ketergantungan kliennya kepada orang tuanya, konflik klien dengan saudara, hubungan nya dengan guru dan otoritas lain nya-yang terjadi saat itu-tercermin dalam gangguan yang mereka alami
B.  GARIS PERKEMBANGAN (Developmental Lines)
Anna Freud mengemukakan enam garis perkembngan, masing-masing bergerak dari dominasi id menuju realitas ego; Dari Ketergantungan  menjadi percaya diri, Dari Mengisap Menjadi Makan Makanan Keras, Dari Ngompol dan Ngobrok Menjadi dapat mengontrol urinasi/defakasi, Dari tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab mengatur tubuh., Dari egosentrik menjadi kerjasama. Dari tubuh menjadi mainan, dan dari bermain menjadi bekerja
C.  MEKANISME PERTAHANAN
Anna Freud memperluas defence mechanism. Sigmund Freud mengajukan 7 defence ( identifikasi, displasemen, represi, projeksi, reaksi formasi, fiksasi dan regresi) yang ditambah Anna Freud dengan Repression, isolation, ascetism, denial, sublimation, undoing, introjection, reversal, turning againt the self, sublimation/displacement.
Heinz Hartmann menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan:
1.    Fungsi Ego di Ranah Bebas Konflik (Conflict Free Sphere)
Ranah bebas konflik diadaptasi dari psikoanalisis untuk merancang kegiatan ego yang terjadi diluar ranah konflik mental. Menurutnya, fungsi ego tergantung kepada tujuan yang akandiselesaikan, ada tujuan yang akan menyelesaikan konflik ada tujuan yang tidak berlatar belakang konflik.
2.    Otonomi Primer dan Otonomi Sekunder Ego: Adaptasi
Ada dua jenis otonomi ego: otonomi primer memancu ke sumber biologikal, kemasakan fungsi persepsi, belajar, ingatan, dan gerakan membuat ego mampu berfungsi otonom.
Otonomi sekunder merupakan kemampuan ego untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam konflik dengan id menjadi sarana yang juga membantu adaptasi yang sehat dengan kehidupan.
3.    Fungsi Ego dan Prinsip Realita
Ego memakai prinsip realita dalam arti yang luas: yakni, kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang akan datang, yang tujuan utamanya terus-menerus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diharapkan, disamping mungkin member kepuasaan id.
Fungsi ego yang harus diperhatikan, agar fungsi sosial dan kognitif dapat berjalan baik, namun itu belum semuanya dan tidak dimaksudkan untuk membatasi fungsi ego, sebagai berikut:
1.      Mengatur gerakan (spontan).
2.      Mengorganisasi persepsi di dalam dan di luar realita.
3.      Membuat batas yang melindungi diri dari stimulasi internal dan eksternal yang berlebihan.
4.      Uji realitas.
5.      Berfikir dan inteligensi.
6.      Menterjemahkan fikiran menjadi perbuatan.
7.      Menghambat dan menunda pengurangan tegangan.
8.      Mengenali bahaya, member tanda kecemasan dan pertahanan.
9.      Antisipasi aksi, tujuan, dampak, dan konsekuensi pada masa yang akan datang.
10.  Persepsi waktu.
11.  Pembentukan karakter (gaya pribadi).
12.  Kemampuan sintetik (kemampuan mengintegrasikan semua fungsi di atas, mengharmonisasi konflik intrasistemik dan intersistemik).
Robert W.White membahas tentang hal-hal sebagai berikut:
1.    Tema Kompetensi dalam Tahap Psikoseksual
Apabila usaha itu berhasil, orang merasa kompeten yang membuat orang itu tumbuh, masak, dan siap menghadapi tantangan hidup.

2.    Effectance Motivation
Kecenderungan untuk memperoleh rangsangan, aktif berusaha untuk mempengaruhi lingkungan ini disebut effectance motivation.
patologi adalah kegagalan ego berkembang normal.
3.    Uji Realita: Kompetensi melalui kegiatan
Teori klasik reality testing menempatkan ego dalam posisi sentral yang menghubungkan kebutuhan kepuasaan obyektif dengan realita.
4.    Memisahkan Diri dengan Non Diri
Salah satu kemampuan yang dikembangakan ego sejak awal perkembangan adalah memisahkan mana yang berjalan dari diri dan mana yang bukan dari diri.
















DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Anonim. Heinz Hartmann. http://en.wikipedia.org. Diunduh pada tanggal 7 Februari 2015.
Anonim.2009. The Mechanism Of Defence Mekanism.https://yumizone.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 7 Februari 2015.
Anonim.2013. Biografi Anna Freud. http://akbarkebba.blogspot.com. Diunduh pada tanggal 6 Februari 2015.
Siti Sundari. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.




Artikel Terkait


EmoticonEmoticon