PSIKOANALISIS (SIGMUND FREUD)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
NAMA ANGGOTA:
MUHAMMAD
ACHWAN E1C114061
NURHAYATI E1C114080
MUTMAINNAH E1C114068
PATAYATUL
ADAWIAH E1C1140
YUNI
LESTARI E1C114117
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat
serta salam senantiasa tercurahkan untuk Nabi Muhammad saw, yang telah telah
berjuang untuk mengenalkan islam pada kita semua. Sehingga kita bisa menikmati
indahnya islam seperti sekarang ini.
Proses pembuatan makalah ini tidaklah singkat melainkan melalui beberapa
tahap yang harus dilakukan. kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak
Murahim, S.Pd., M.Pd., yang telah memberikan ilmu dan bimbingan sebelum
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, Oleh
karena itu kritik dan saran yang relevan bagi penyempurnaan makalah ini sangat
saya harapkan.Semoga makalah ini dapat memberi nilai tambah bagi para
pembacanya.
Mataram, 04 April 2016
Kelompok I
DAFTAR ISI
COVER
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I:
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A.
Latar
Belakang................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................ 1
C.
Tujuan.............................................................................................. 1
BAB II: PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Deskripsi Singkat Tentang Sigmund Freud..................................... 2
B.
Tingkat Kehidupan Mental.............................................................. 2
C. Struktur Kepribadian....................................................................... 4
D.
Dinamika
Kepribadian..................................................................... 6
E.
Mekanisme
Pertahanan dan Konflik................................................ 8
F.
Klasifikasi
Emosi............................................................................. 9
G.
Tahap-Tahap
perkembangan Psikoseksual....................................... 10
H.
Kekurangan
dan Kelebihan Teori Sigmund Freud.......................... 11
BAB III:
PENUTUP.................................................................................... 13
A.
Kesimpulan...................................................................................... 13
B.
Kritik
dan Saran............................................................................... 13
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ditengah-tengah
psikologi yang memprioritaskan penelitian atas kesadaran dan memandang
kesadaran sebagai aspek utama dari kehidupan mental itu munculah seorang dokter
muda dari Wina dengan gagasannya yang radikal. Dokter muda yang dimaksud adalah
Sigmund Freud, yang mengemukakan gagasan bahwa kesadaran itu hanyalah bagian
kecil saja dari kehidupan mental, sedangkan bagian yang terbesarnya adalah
justru ketaksadaran atau alam tak sadar. Freud mengibaratkan alam sadar dan tak
sadar itu dengan sebuah gunung es yang terapung di mana bagian yang muncul ke
permukaan air (alam sadar) jauh lebih kecil daripada bagian yang tenggelam
(alam tak sadar).
Di
samping gagasan tersebut di atas, masih banyak gagasan besar dan penting Freud
lainnya yang menjadikan ia dipandang sebagai seorang yang revolusioner dan
sangat berpengaruh bukan saja untuk bidang psikologi atau psikiatri, melainkan
juga untuk bidang-bidang lain yang mencakup sosiologi, antropologi, ilmu
polilik, filsafat, dan kesusastraan atau kesenian. Untuk bidang psikologi,
khususnya psikologi kepribadian dan lebih khusus lagi teori kepribadian,
pengaruh Freud dengan psikoanalisis yang dikembangkannya dapat dilihat dari
fakta, bahwa sebagian besar teori kepribadian modern teorinya tentang tingkah
laku (kepribadian) mengambil sebagian, atau setidaknya mempersoalkan,
gagasan-gagasan Freud. Dan psikoanalisis itu sendiri, sebagai aliran yang utama
dalam psikologi memiliki teori kepribadian yang gampangnya kita sebut teori
kepribadian psikoanalisis (psychoanalitic theory of personality).
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
sajakah tingkat kehidupan mental yang dikemukakan Sigmund Freud?
2.
Apa
saja dinamika kepribadian yang ada dalam diri manusia menurut Sigmund Freud?
3.
Bagaimana
tahap-tahap perkembangan psikoseksual?
C.
Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1.
Tingkat
kehidupan mental yang dijelaskan oleh Sigmund Freud
2.
Dinamika
kepribadian yang ada dalam diri manusia
3.
Tahap-tahap
perkembangan psikoseksual.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Singkat Tentang Sigmund Freud
Sigmund
freud lahir di Moravia, 6 mei 1856 dan meninggal di London 23 Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri
aliran psikoanalisis dalam psikologi. lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di
Freiberg, Moravia, yang sekarang dikenal sebagai bagian dari Republik Ceko.
Psikoanalisis merupakan
cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai
studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Sigmund Freud, pendiri
psikoanalisis, adalah orang yang pertama berusaha merumuskan psikologi manusia.
Ia memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia.
Berdirinya Aliran
Psikoanalisis semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter
berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan
metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang
pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis,
serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental,
dan gangguan psikis lainnya.
B.Tingkat Kehidupan Mental
Freud mengemukakan bahwa kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam sadar dan alam tidak sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat,
alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
1.
Alam Sadar
Alam sadar (conscious)
didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat
kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat
dilalui oleh pikiran agar bias masuk kea lam sadar.
a. Melalui system kesadaran perceptual(perceptual conscious), yaitu terbuka
pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang
stimulus dari luar.
b. Melalui struktur mental dan mencakup
gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar maupun
gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang
berasal dari alam tidak sadar. Ketika gagasan itu tiba di alam sadar, maka
gagasan itu sudah berubah wujud dan terselubung dalam bentuk perilaku-perilaku
yang defensif atau dalam bentuk mimpi.
2. Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar(preconscious) ini memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak
sukar.
Isi alam bawah sadar ini
datang dari dua sumber yaitu:
a. Persepsi sadar (conscious perception)
Persepsi dari seseorang, secara sadar dalam waktu singkat akan segera
masuk ke dalam alam bawah sadar selagi focus perhatian beralih ke pemikiran
lain. Pikiran yang dapat keluar masuk antara alam sadar dan alam bawah sadar,
umumnya adalah pikiran-pikiran yang bebas dari kecemasan. Antara gambaran sadar
dan dorongan tidak sadar nyaris sama satu dengan lainnya.
b. Gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam tidak
sadar.
Freud meyakini bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk
kealam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi. Beberapa gambaran itu tidak
kita sadari, karena ketika kita menyadari bahwa gambaran itu datang dari alam tidak sadar maka kitaakan merasa
cemas, sehingga sensor akhir akan menekan gambaran itu dan mengembalikannya
kealam tidak sadar. Sedangkan ada beberapa gambaran yang masuk kealam sadar
karena dapat bersembunyi dengan baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun
dalam bentuk pertahanan diri yang kuat.
3. Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala
dorongan, desakan, maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata ,mendorong
perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita
yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik
perilaku tersebut. Misalnya, seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang
wanita tapi tidak benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja bersifat tidak rasional.
Freud meyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar
ini hanya bisa dibuktikan secara tidak langsung. Baginya alam
tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada dibalik mimpi, kesalahan
ucap (slip tongue), dan berbagai
jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression).
Mimpi adalah sumberyang kaya akan materi alam bawah sadar. Contohnya, Freud
meyakini bahwa pengalaman masa kanak-kanak bisa muncul dalam mimpi orang dewasa sekalipun yang
bermimpi boleh jadi tidak ingat secara sadar akan pengalaman-pengalaman
tersebut.
C. Struktur Kepribadian
Menurut Freud,
kepribadian manusia memiliki suatu struktur yang diri dari id (das es), ego (das ich), dan super ego (das
uber ich). Sruktur kepribadian tersebut akan saling berinteraksi dan akan
menetukan perilaku seseorang.
1. Id
Id (dalam bahasa Jerman
Jerman disebut das es) merupakan
komponen kepribadian yang primitif dan instingtif. Id berorientasi pada prinsip
kesenangan (pleasure principle). Prinsip
ini pada dasarnya merupakan cara untuk mereduksi (menurunkan) ketegangan. Prinsip
kesenangan merujuk kepada pencapaian kepuasan segera dari dorongan biologis.
Dalam penjelasan Freud, id merupakan sumber energi psikis yang menggerakan
kegiatan psikis manusia, karena berisi insting-insting, baik insting hidup (eros) yang menggerakan untuk mencapai
pemenuhan kebutuhan biologis (seperti makan, minum, tidur, hubungan seks dan
lain-lain) dan juga insting kematian (tanatos)
yang menggerakan tingkah laku agresif. Ide bersifat primitif dan tidak logis
atau tidak rasional
Dalam mereduksi
ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk
memperoleh kesenangan, id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui refleks dan
proses primer (”the primary process”) .
Refleks merupakan reaksi-reaksi psikologis yang lebih rumit. Proses primer
berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk khayalan (berfantasi)
tentang objek atau aktivitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut.
Misalnya : pada saat lapar menghayalkan makanan; pada saat dendam menghayalkan
kegiatan balas dendam. Kehadiran objek yang diinginkan dalam bentuk maya
(hayalan), sebagai pengalaman halusinasi dinamakan “Wishfullfillment”. Contoh yang terbaik tentang proses primer ini
adalah mimpi (dream).
2. Ego
Ego dalam bahasa Jerman
disebut das ich merupakan aspek
psikologi kepribadian. Ia menjadi eksekutif dari kepribadian. Selain itu, ia
juga yang membuat keputusan mengenai insting-insting mana yang akan dipuaskan
dan bagaimana cara memuaskannya. Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional
dan berorientasi pada prinsip realitas (reality
principle). Ego berperan sebagai mediator antara id (keinginan untuk
mencapai kepuasan) dan kondisi lingkungan atau dunia nyata. Ego dibimbing oleh
prinsip realitas yang bertujuan untuk mencegah ketegangan sampai mendapatkan
objek yang dapat memenuhi kepuasan atau dorongan dari id.
Ego menurut
Freud seperti joki penunggang kuda yang harus menghindar dari masalah, ego
harus berusaha menjinakan dorongan id yang tak terkendali. Seperti halnya id,
ego pun mempunyai keinginan untuk memaksimalkan pencapaian kepuasan, hanya
dalam prosesnya, ego berdasarkan pada “secondary
process thinking”. Hal yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa
(1) ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan
kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya, (2) seluruh energi (daya) ego
berasal dari id,sehingga ego tidak terpisah dari id, (3) peran utamanya
menengahi kebutuhan id dan kebutuah lingkungan sekitar, 4) ego bertujan untuk
mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakannya.
3. Super ego
Super ego (dalam bahasa
Jerman disebut das ueber ich)
merupakan aspek sosial dari kepribadian. Berisi komponen moral dari
kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian yang terkait dengan standar
atau norma masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Super ego mulai
berkembang pada usia 3 sampai dengan 5 tahun. Pada usia ini, anak-anak
memperoleh (rewards) atas
kepatuhannya dan medapatkan hukuman atas pembangkangannya. Keduanya akan
mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan keinginan atau ketentuan (dalam hal
ini adalah orang tuanya). Tingkah laku yang
yang salah (artinya tidak sesuai ketentuan norma) akan mendapatkan
hukuman. Proses ini akan menumbuhkan kata hati (conscience) anak, sedangkan perintah untuk berbuat baik (tingkah
laku yang sesuai dengan aturan) akan mendapatkan hadiah (reward), mungkin berupa pujian. Peristiwa ini akan membentuk ego
ideal anak. Mekanisme terbentuknya kata hati dan ego ideal ini disebut dengan introjeksi. Introjeksi dapat diartikan
sebagai proses penerimaan anak terhadap norma-norma dan kode moral dari orang
tua
Super ego
berfungsi untuk (1) merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual
dan agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk masyarakat, (2)
mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan
moralistik, dan (3) mengejar kesempurnaan (perfection).
Id merupakan sumber
energi psikis yang menggerakan kegiatan psikis manusia, untuk menggerakan insting-insting
yang terdapat dalam manusia, baik berupa insting hidup seperti makan, minum,
seks dan lain-lain. Dan juga insting mati, baik berupa marah,membalas dendam
dll. Untuk mengurangi rasa tegangnya dengan berusaha untuk menghayalkan tentang
apa yang diinginkannya.
Semua manusia mempunyai
ego masing-masing, ego adalah sebagai mediator antara id dan dunia nyata (realitas) . Dengan ego manusia dibimbing untuk
memenuhi kepuasan atau dorongan yang terdapat dalam id.
Sedangkan Super Ego
yang di dalamnya terdapat aspek moral atau standar baik-buruk yang terdapat
pada sosial masyarakat. Super ego berfungsi untuk meredam keinginan yang
terdapat pada id yang berorientasi pada tujuan realistik
di ganti oleh tujuan moralistik,
sehingga untuk memenuhi ego di sesuaikan dengan moralitas atau norma-norma yang terdapat di dalam
masyarakat.
D. Dinamika Kepribadian
Freud mengusulkan sebuah dinamika atau
prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong
tindakan manusia. Dorongan-dorongan itu antara lain:
1.
Seks
Libido (hasrat seksual) adalah istilah yang
biasa digunakan oleh pendiri psikoanalis, Sigmund Freud, untuk menamakan hasrat
atau dorongan seksual. Ia mengatakan bahwa dorongan ini dikarakteristikkan
dengan bertumbuhnya secara bertahap sampai puncak intensitas, diikuti dengan
penurunan tiba-tiba dari rangsangan.Waktu dia mempelajari proses ini pada
pasien-pasiennya, Freud menyimpulkan bahwa berbagai kegiatan seperti makan dan
minum, dan juga kencing serta buang hajat juga memiliki pola yang sama.
Konsekuensinya, ia menyimpulkan bahwa tindakan ini juga memiliki hasrat seksual
juga.Freud juga tertarik pada perkembangan libido, yang ia lihat sebagai
dorongan manusia yang paling dasar dan paling kuat. Ia percaya bahwa
perkembangan libido dapat dibagi dalam beberapa tahap yang berbeda dan bisa
dikenali.
Selama bayi, ia melihat bahwa hasrat seksual
terfokus di mulut, dan biasanya terwujud dalam kegiatan menyedot. Ia menyebut
ini sebagai tahap oral dalam perkembangan hasrat seksual.Dalam tahap tahun
kedua dan ketiga dalam kehidupan anak, waktu si anak belajar menggunakan kamar
kecil, fokus dari kenikmatan erotis berpindah ke fungsi rektal. Freud menamakan
ini tahap anal.Kemudian, pada saat puber, fokus berpindah pada organ seks,
suatu periode perkembangan yang ia namakan tahap phallic dalam kedewasaan
hasrat seks.Dalam tahap berikut dari perkembangan, dorongan libido berfokus
pada orang tua yang berlawanan jenis dan menambahkan warna erotis bagi
pengalaman anak itu ke orang tuanya.
Ketidak-setujuan orangtua pada dorongan seks yang tidak terkendali
dipercaya oleh Freud akan berlanjut pada perkembangan jiwa manusia yang terdiri
dari tiga komponen: id, ego dan superego. Id, insting-insting dan dorongan dasar (termasuk libido tapi juga dorongan
lain seperti agresif) memberikan energi fisik yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan.Ego, yang memiliki fungsi eksekutif, mengatur pemenuhan hasrat seks
dan hasrat lainnya setiap hari dalam cara yang diterima dan bisa dilakukan di
masyarakat. Superego adalah standar sosial dari perilaku yang telah dipahami
dan dipelajari, termasuk kesadaran akan perilaku yang dilarang atau melanggar
hukum.
Dalam keadaan sadar, ada batas yang kuat memisahkan ketiga daerah ini, tapi
waktu tidur atau berfantasi, batas ini melemah, memungkinkan kebangkitan
ekspresi dari hasrat libido yang biasanya terkendali. Kesadaran akan dorongan dan fantasi yang tidak
terkendali bisa membuat seseorang merasa malu atau rasa bersalah secara
seksual. Freud percaya bahwa kepribadian seseorang terbentuk di awal kehidupan
dan ditentukan bagaimana dorongan dasarnya seperti libido dipuaskan.
2.
Insting/naluri
Insting adalah perwujudan psikologi dari
kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan misalnya insting lapar berasal dari
kebutuhan tubuh secara fisiologis sebagai kekurangan nutrisi, dan secara
psikologis dalam bentuk keinginan makan.
a.
Sumber
insting : kondisi jasmaniah atau kebutuhan tubuh menuntut keadaan yang seimbang
serta terus menerus dan kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu
keseimbangan sehingga memunculkan insting lapar.
b.
Tujuan
insting : segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan terpenuhinya
keinginan itu. Misalnya, tujuan isnting lapar ialah menghilangkan keadaan
kekurangan makan dengan cara makan.
c.
Obyek
insting : misalnya obyek insting makan, bukan hanya makanan, tetapi meliputi
kegiatan mencari uang, membeli makanan dan meyajikan makanan itu.
d.
Pendorong
atau penggerak insting : misalnya makin lapar orang (sampai batas
tertentu) penggerak instingnya semakin besar.
e.
Jenis-jenis
insting
1.
Insting
hidup (Life Instinct)
Disebut
juga EROS adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi , seperti
lapar, haus, dan seks
2.
Insting
mati (Death Instinct)
Disebut
juga insting-insting merusak (destruktif). Ini fungsinya kurang jelas jika
dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal.
3.
Kecemasan
Adalah
variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan akan timbul
manakala orang tidak siap menghadapi ancaman.
a.
Kecemasan
realistis (Realistic Anxiety)
Adalah takut
kepada bahaya yang nyata ada didunia luar.
b. kecemasan neureotis (neurotic anxiety)
Ketakutan
terhadap hukuman yang bakal diterima dari orangtua atau figur penguasa lainnya
kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya
bakal menuai hukuman. Hukuman belum diterimanya, karena orang tua belum tentu
mengetahui pelanggaran yang dilakukannya , dan misalnya orang tua mengetahui
juga belum tentu menjatuhkan hukuman.
c. Kecemasan moral (Moral Anxiety)
Kecemasan
kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar nilai orang tua.
E. Mekanisme pertahanan dan Konflik
Menurut
Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak
macamnya, adapun mekanisme yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari ada
tujug macam, yaitu :
a.
Fantasi
dan Stereotype
Ketika
kita menghadapi masalah yang bertumpuk-tumpuk, kadangkala kita mencari ‘solusi’
dengan masuk ke dunia khayal, solusi yang berdasarkan fantasi ketimbang
realitas.
b.
Reaksi
formasi
Reaksi
akibat impuls anxitas kerap kali diikuti oleh kecenderungan yang berlawanan
yang bertolak belakang dengan tendensi yang ditekan disebut reaksi formasi.
Misalnya, manifestasi kepedulian yang berlebihan seorang ibu kepada anaknya
dapat merupakan upaya menutupi perasaanya yang tidak nyaman terhadap anaknya; sikap
yang sangat sopan kepada seseorang dapat merupakan upaya menyembunyikan
ketakutan.
c.
Represi
Adalah
proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu
(ide,insting,ingatan,fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari
kesadaran.
Tugas
represi ialah mendorong keluar implus-implus id yang tak diterima, dari alam
sadar dan kembali ke alam bawah sadar.
d.
Regresi
Terdapat
dua dua interpretasi mengenai regresi. Pertama, regresi yang disebut
retrogressive behavior yaitu, perilaku seseorang yang mirip anak kecil,
menangis dan sangat manja agar memperoleh rasa aman dan perhatian orang lain.
Kedua, regresi yang disebut primitivation ketika seorang dewasa bersikap
sebagai orang yang tidak berbudaya dan kehilangan kontrol sehingga tidak sungkan-sungkan
berkelahi.
e.
Proyeksi
Adalah
mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi kecemasan realistis,
dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke
obyek diluar, sehingga seolah-olah ancaman itu teproyeksi dari obyek eksternal
kepada diri orang itu sendiri.
f.
Introyeksi
Adalah
mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain
kedalam egonya sendiri. Misalnya, seseorang anak yang meniru gaya tingkah laku
bintang film menjadi introyeksim kalau peniruan itu dapat meningkatkan harga
diri dan menekankan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga
dengan dirinya sendiri.
g.
Agresi
dan Apatis
Perasaan
marah terkait erat dengan ketegangan dan kegelisahan yang dapat menjurus pada
pengrusakan dan penyerangan. Agresi dapat berbentuk langsung dan pengalihan.
Agresi langsung adalah agresi yang langsung diungkapkan secara langsung kepada
seseorang atau objek yang merupakan sumber frustasi. Agresi yang dialihkan
adalah bila seseorang mengalami frustasi namun tidak dapat mengungkapkan secara
puas kepada sumber frustasi tersebut karena tidak jelas atau tak tersentuh. Si
pelaku tidak tahu kemana ia harus menyerang; sedangkan ia sangat marah dan
membutuhkan sesuatu untuk pelampiasan. Penyerangan kadang-kadang tertuju pada
orang yang tidak bersalah atau mencari ‘kambing hitam’.
Apatis
adalah bentuk lain dari reaksi terhadap frustasi, yaitu sikap apatis (apathy)
dengan cara menarik diri dan bersikap seakan-akan pasrah.
F.
Klasifikasi
Emosi
1.
Konsep
rasa bersalah
Rasa
bersalah bisa disebabkan oleh adanya konflik antara ekspresi impuls dan standa
moral. Rasa bersalah dapat pula disebabkan oleh perilaku neurotik, yaitu ketika
individu tidak mampu mengatasi problem hidup seraya menghindarinya dengan
manuver-manuver defensif yang mengakibatkan rasa bersalah dan tidak bahagia. Ia
gagal berhubungan langsung dengan suatu kondisi tertentu, sementara orang lain
dapatbmengatasinya dengan mudah.
2.
Menghukum
diri sendiri
Perasaan
bersalah yang paling mengganggu ialah sebagaimana terdapat dalam sikap
menghukum diri sendiri. Si individu terlihat sebgai sumber dari sikap bersalah.
Rasa bersalah seperti ini memiliki implikasi terhadap berkembangnya
gangguan-gangguan kepribadian yang terkait dengan kepribadian, penyakit mental
dan psikoterapi.
3.
Rasa
malu
Rasa
malu berbeda dengan rasa bersalah. Timbulnya rasa malu tanpa terkait dengan
rasa bersalah. Seseorang mungkin merasa malu ketika salah menggunakan garpu
ketika hadir dalam pesta makan malam yang terhormat, tapi ia tidak merasa
bersalah. Ia merasa malu karena merasa bodoh dang kurang bergengsi di hadapan
orang lain. Orang itu tidak merasa bersalah karena ia tidak melanggar
nilai-nilai moralitas. Perasaan ini tidak terdapat pada anak kecil; ia merasa
malu dan bahkan takut nila tertangkap basah sedang mencuri kue.
4.
Kesedihan
Kesedihan
atau dukacita berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang oenting atau bernilai.
Intensitas kesedihan tergantung pada pada nilai, biasanya kesedihan yang
teramat sangat bila kehilangan orang yang dicintai. Parkes menemukan bukti
bahwa kesedihan yang berlarut-larut dapat mengakibatkan frustasi dan putus asa
yang menjurus pada kecemasan; akibatnya bisa menimbulkan insomnia, tidak
memiliki nafsu makan, timbul perasaan jengkel dan menjadi pemarah serta menarik
diri dari pergaulan.
5.
Kebencian
kebencian
atau perasaan benci berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu dan iri
hati.ciri khas yang menandai perasaan benci adalah timbulnya nafsu atau
keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian.
6.
Cinta
Psikolog
merasa perlu mendefinisikan cinta dengan cara memahami mengapa timbul cinta dan
apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda. Gairah cinta romantis tergantung
pada si individu dan objek cinta. Adanya nafsu dan keinginan untuk bersama-sama.
Gairah seksual yang kuat kerap timbul dari perasaan cinta. Menurut kajian cinta
romantis, cinta dan suka pada dasarnya sama. Mengenai cinta seorang anak kepada
ibunya didasari kebutuhan perlindungan, demikian pula cinta ibu kepada anak
adanya keinginan melindungi.
G.
Tahap-Tahap Perkembangan Psikoseksual
Dalam teori Freud menyinggung hasrat
seksual, bahwa hasrat seksual merupakan motivasi paling penting. Menurut freud
hasrat seksual adalah motivasi paling dasar bukan saja bagi orang dewasa, tapi
juga bagi anak-anak dan bayi. Saat dia mempernalkan gagasan tentang seksualitas
bayi ke public Wina, public menanggapi lebih sebagai seksualitas orang dewasa.
Freud mencatat bahwa usia-usia tertentu, bagian-bagian kulit kita dapat
menimbulkan kenikmatan yang lebih besar disbanding bagian kulit yang lain.
misal: seorang bayi mendapat kenikmatan tertinggi ketika menghisap, khususnya
ketika menyusu pada ibunya. Di usia 3 atau 4 tahun, dia akan menemukan
kenikmatan ketika menyentuh alat kelaminnya. Barulah kemudian di saat
perkembangan seksual sudah mencapai kematangan, kita menemukan kenikmatan
paling tinggi di dalam hubungan seksual. Berdasarkan pengamatan inilah Freud
membuat teori perkembangan psikoseksual. Tahap perkembangan Psikoseksual itu
adalah:
1.
Fase Oral (usia 0 – 18
bulan)
Fase oral adalah fase
pertama yang berlangsung pada perkembangan individu. Pada fase ini, daerah
erogen yang paling penting dan paling peka adalah mulut, yakni berkaitan dengan
pemuasan kebutuhan dasar akan makanan dan minuman. Stimulasi atau perangsangan
atas mulut merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
2.
Fase Anal
(kira-kira usia 18 bulan – 3 tahun)
Pada fase ini energy libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur, serta
kesenangan dan kepuasan diperolah dengan tindakan mempermainkan atau menahan
BAB. Pada fase ini pula, seorang anak diperkenalkan kepada aturan-aturan
kebersihan yang disebut dengan toilet training.
3.
Fase Phallic (kira-kira
usia 3 – 6 tahun)
Fase ini terjadi ketika energy libido sasarannya dialihkan dari daerah
dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik pada alat
kelaminnya sendiri dan mempermainkannya dengan maksud untuk memperoleh
kepuasaan.
4. Tahap laten
Berlangsung dari usia 5,6 atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar usia 12 tahun. Dalam
tahap ini, freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan sedemikian
rupa demi proses belajar.
5. Tahap Genital
Dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan
seksual sangat jelas terlihat pada diri remaja, khususnya yang tertuju pada
kenikmatan hubungan seksual.
H.
Kekurangan
Dan Kelebihan Teori Sigmund Freud
1.
Kekurangan:
a.
Pandangannya yang
terlalu deterministik di nilai terlalu merendahkan martabat manusia
b.
Terlalu banyak
menekankan kepada pengalaman kanak-kanak, dan menganggap kehidupan seolah-olah
sepenuhnya ditentukan masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah
sepenuhnya tanggung jawab individu sekarang.
c.
Terlalu menekankan
pada libido, padahal tidak semua hal dapat dijelaskan dengan libido
2.
Kelebihan:
Teori-teori
Freud telah menyadarkan kita tentang dua dorongan dan bagaimana kuatnya
pengaruh itu pada kita. Freud juga menunjukan betapa besar pengaruh keluarga
dalam dalam pembentukan jati diri seseorang sebagai pria atau wanita. Freud
juga menjelskan kenangan akan trauma yang menjadi penyebab ketidakstabilan jiwa
seseorang dan itu harus diperbaiki. Lalu Freud juga mengeluarkan ide tentang
mekanisme pertahanan diri yang harus kita terima karena manusia memang pada
kenyataannya punya cara tersendiri dalam memanipulasi kenyataan dan ingatannya
tentang kenyataan tersebut agar bisa sesuai dan menyenangkan keinginannya.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Sigmund
Freud adalah seorang tokoh psikologi ternama, yang pertama kali mengembangkan
teori psikoanalisis. Teori psikoanalis adalah adalah salah satu teori
kepribadian yang paling berpengaruh, tetapi juga pada ilmu-ilmu lain, termasuk
antropologi dan sosiologi.
Berdirinya Aliran
Psikoanalisis semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter
berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan
metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang
pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis,
serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental,
dan gangguan psikis lainnya.
Menurut Sigmund freud
kehidupan mental terdiri dari alam sadar, alam tidak sadar, dan alam bawah sadar.
Sigmund juga menerangkan bahwa struktur kepribadian terdiri dari 3 hal, yaitu
id, ego, dan superego.
Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip
motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong
tindakan manusia. Dorongan-dorongan itu antara lain:Seks, Insting, Kecemasan, Mekanisme
pertahanan Ego.
Selain
itu, Sigmund Freud juga menjelskan ada beberapa tahap dalam perkembangan
psikoseksual, yaitu Fase Oral, Fase
Anal, Fase Phallic, Tahap laten, Tahap Genital. Kelima tahap tersebut memiliki ciri
masing-masing dan dilalui oleh manusia mulai saat dia dilahirkan sampai ia
dewasa.
2.
Kritik
dan Saran.
Kesempurnaan
selalu diawali dengan ketidaksempurnaan, begitu pula dengan makalah ini yang
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar penulis bisa memperbaiki makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://diarad08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/teori-psikoanalisis-freud/feed/
http://lusisrisholihah.blogspot.com/2012/11/paradigmapsikologi-kepribadian.html
https://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-perkembangan-psikoanalisis-sigmund-freud/feed/
http://nurdin1983.blogspot.com/2014/09/teori-kepribadian-psikoanalisis-sigmund.html
EmoticonEmoticon