Monday, September 25, 2017

Makalah psikologi sastra ( SIGMUND FREUD)

MAKALAH PSIKOLOGI SASTRA
PSIKOANALISIS (SIGMUND FREUD)


images_024.jpg

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
NAMA ANGGOTA:
MUHAMMAD ACHWAN        E1C114061
NURHAYATI                             E1C114080
MUTMAINNAH                         E1C114068
PATAYATUL ADAWIAH             E1C1140
YUNI LESTARI                         E1C114117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam senantiasa tercurahkan untuk Nabi Muhammad saw, yang telah telah berjuang untuk mengenalkan islam pada kita semua. Sehingga kita bisa menikmati indahnya islam seperti sekarang ini.
Proses pembuatan makalah ini tidaklah singkat melainkan melalui beberapa tahap yang harus dilakukan. kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Murahim, S.Pd., M.Pd., yang telah memberikan ilmu dan bimbingan sebelum pembuatan makalah ini.
Kami  menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan saran yang relevan bagi penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan.Semoga makalah ini dapat memberi nilai tambah bagi para pembacanya.

Mataram, 04 April 2016

   Kelompok I      











DAFTAR ISI

COVER
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A.      Latar Belakang................................................................................. 1
B.       Rumusan Masalah............................................................................ 1
C.       Tujuan.............................................................................................. 1
BAB II: PEMBAHASAN............................................................................ 2
A.      Deskripsi Singkat Tentang Sigmund Freud..................................... 2
B.       Tingkat Kehidupan Mental.............................................................. 2
C.       Struktur Kepribadian....................................................................... 4
D.      Dinamika Kepribadian..................................................................... 6
E.       Mekanisme Pertahanan dan Konflik................................................ 8
F.        Klasifikasi Emosi............................................................................. 9
G.      Tahap-Tahap perkembangan Psikoseksual....................................... 10
H.      Kekurangan dan Kelebihan Teori Sigmund Freud.......................... 11
BAB III: PENUTUP.................................................................................... 13
A.      Kesimpulan...................................................................................... 13
B.       Kritik dan Saran............................................................................... 13
Daftar Pustaka












BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ditengah-tengah psikologi yang memprioritaskan penelitian atas kesadaran dan memandang kesadaran sebagai aspek utama dari kehidupan mental itu munculah seorang dokter muda dari Wina dengan gagasannya yang radikal. Dokter muda yang dimaksud adalah Sigmund Freud, yang mengemukakan gagasan bahwa kesadaran itu hanyalah bagian kecil saja dari kehidupan mental, sedangkan bagian yang terbesarnya adalah justru ketaksadaran atau alam tak sadar. Freud mengibaratkan alam sadar dan tak sadar itu dengan sebuah gunung es yang terapung di mana bagian yang muncul ke permukaan air (alam sadar) jauh lebih kecil daripada bagian yang tenggelam (alam tak sadar).
Di samping gagasan tersebut di atas, masih banyak gagasan besar dan penting Freud lainnya yang menjadikan ia dipandang sebagai seorang yang revolusioner dan sangat berpengaruh bukan saja untuk bidang psikologi atau psikiatri, melainkan juga untuk bidang-bidang lain yang mencakup sosiologi, antropologi, ilmu polilik, filsafat, dan kesusastraan atau kesenian. Untuk bidang psikologi, khususnya psikologi kepribadian dan lebih khusus lagi teori kepribadian, pengaruh Freud dengan psikoanalisis yang dikembangkannya dapat dilihat dari fakta, bahwa sebagian besar teori kepribadian modern teorinya tentang tingkah laku (kepribadian) mengambil sebagian, atau setidaknya mempersoalkan, gagasan-gagasan Freud. Dan psikoanalisis itu sendiri, sebagai aliran yang utama dalam psikologi memiliki teori kepribadian yang gampangnya kita sebut teori kepribadian psikoanalisis (psychoanalitic theory of personality).
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah tingkat kehidupan mental yang dikemukakan Sigmund Freud?
2.      Apa saja dinamika kepribadian yang ada dalam diri manusia menurut Sigmund Freud?
3.      Bagaimana tahap-tahap perkembangan psikoseksual?
C.     Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1.      Tingkat kehidupan mental yang dijelaskan oleh Sigmund Freud
2.      Dinamika kepribadian yang ada dalam diri manusia
3.      Tahap-tahap perkembangan psikoseksual.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Singkat Tentang Sigmund Freud
Sigmund freud lahir di Moravia, 6 mei 1856 dan meninggal di London 23 Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan  pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi. lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia, yang sekarang dikenal sebagai bagian dari Republik Ceko.
Psikoanalisis merupakan cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis, adalah orang yang pertama berusaha merumuskan psikologi manusia. Ia memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia.
Berdirinya Aliran Psikoanalisis semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya.

B.Tingkat Kehidupan Mental
     Freud mengemukakan bahwa kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam sadar dan alam tidak sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
1.      Alam Sadar
           Alam sadar (conscious) didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bias masuk kea lam sadar.
a.       Melalui system kesadaran perceptual(perceptual conscious), yaitu terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar.
b.      Melalui struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar. Ketika gagasan itu tiba di alam sadar, maka gagasan itu sudah berubah wujud dan terselubung dalam bentuk perilaku-perilaku yang defensif atau dalam bentuk mimpi.

2.      Alam Bawah Sadar
            Alam bawah sadar(preconscious) ini memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar.
            Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber yaitu:
a.       Persepsi sadar (conscious perception)
Persepsi dari seseorang, secara sadar dalam waktu singkat akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar selagi focus perhatian beralih ke pemikiran lain. Pikiran yang dapat keluar masuk antara alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya adalah pikiran-pikiran yang bebas dari kecemasan. Antara gambaran sadar dan dorongan tidak sadar nyaris sama satu dengan lainnya.
b.      Gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam tidak sadar.
Freud meyakini bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk kealam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi. Beberapa gambaran itu tidak kita sadari, karena ketika kita menyadari bahwa gambaran itu datang dari alam tidak sadar maka kitaakan merasa cemas, sehingga sensor akhir akan menekan gambaran itu dan mengembalikannya kealam tidak sadar. Sedangkan ada beberapa gambaran yang masuk kealam sadar karena dapat bersembunyi dengan baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang kuat.
3.      Alam Tidak Sadar
            Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata ,mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya, seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita tapi tidak benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja bersifat tidak rasional.
            Freud meyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan secara tidak langsung. Baginya alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada dibalik mimpi, kesalahan ucap (slip tongue), dan berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression).
            Mimpi adalah sumberyang kaya akan materi alam bawah sadar. Contohnya, Freud meyakini bahwa pengalaman masa kanak-kanak bisa muncul dalam mimpi orang dewasa sekalipun yang bermimpi boleh jadi tidak ingat secara sadar akan pengalaman-pengalaman tersebut.



C.    Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian manusia memiliki suatu struktur yang diri dari id (das es), ego (das ich), dan super ego (das uber ich). Sruktur kepribadian tersebut akan saling berinteraksi dan akan menetukan perilaku seseorang.
1.      Id
Id (dalam bahasa Jerman Jerman disebut das es) merupakan komponen kepribadian yang primitif dan instingtif. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle). Prinsip ini pada dasarnya merupakan cara untuk mereduksi (menurunkan) ketegangan. Prinsip kesenangan merujuk kepada pencapaian kepuasan segera dari dorongan biologis. Dalam penjelasan Freud, id merupakan sumber energi psikis yang menggerakan kegiatan psikis manusia, karena berisi insting-insting, baik insting hidup (eros) yang menggerakan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan biologis (seperti makan, minum, tidur, hubungan seks dan lain-lain) dan juga insting kematian (tanatos) yang menggerakan tingkah laku agresif. Ide bersifat primitif dan tidak logis atau tidak rasional
Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui refleks dan proses primer (”the primary process”) . Refleks merupakan reaksi-reaksi psikologis yang lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk khayalan (berfantasi) tentang objek atau aktivitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut. Misalnya : pada saat lapar menghayalkan makanan; pada saat dendam menghayalkan kegiatan balas dendam. Kehadiran objek yang diinginkan dalam bentuk maya (hayalan), sebagai pengalaman halusinasi dinamakan “Wishfullfillment”. Contoh yang terbaik tentang proses primer ini adalah mimpi (dream).
2.      Ego
Ego dalam bahasa Jerman disebut das ich merupakan aspek psikologi kepribadian. Ia menjadi eksekutif dari kepribadian. Selain itu, ia juga yang membuat keputusan mengenai insting-insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana cara memuaskannya. Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan berorientasi pada prinsip realitas (reality principle). Ego berperan sebagai mediator antara id (keinginan untuk mencapai kepuasan) dan kondisi lingkungan atau dunia nyata. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertujuan untuk mencegah ketegangan sampai mendapatkan objek yang dapat memenuhi kepuasan atau dorongan dari id.
Ego menurut Freud seperti joki penunggang kuda yang harus menghindar dari masalah, ego harus berusaha menjinakan dorongan id yang tak terkendali. Seperti halnya id, ego pun mempunyai keinginan untuk memaksimalkan pencapaian kepuasan, hanya dalam prosesnya, ego berdasarkan pada “secondary process thinking”. Hal yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa (1) ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya, (2) seluruh energi (daya) ego berasal dari id,sehingga ego tidak terpisah dari id, (3) peran utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuah lingkungan sekitar, 4) ego bertujan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakannya.
3.      Super ego
Super ego (dalam bahasa Jerman disebut das ueber ich) merupakan aspek sosial dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Super ego mulai berkembang pada usia 3 sampai dengan 5 tahun. Pada usia ini, anak-anak memperoleh (rewards) atas kepatuhannya dan medapatkan hukuman atas pembangkangannya. Keduanya akan mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan keinginan atau ketentuan (dalam hal ini adalah orang tuanya). Tingkah laku yang  yang salah (artinya tidak sesuai ketentuan norma) akan mendapatkan hukuman. Proses ini akan menumbuhkan kata hati (conscience) anak, sedangkan perintah untuk berbuat baik (tingkah laku yang sesuai dengan aturan) akan mendapatkan hadiah (reward), mungkin berupa pujian. Peristiwa ini akan membentuk ego ideal anak. Mekanisme terbentuknya kata hati dan ego ideal ini disebut dengan introjeksi. Introjeksi dapat diartikan sebagai proses penerimaan anak terhadap norma-norma dan kode moral dari orang tua
Super ego berfungsi untuk (1) merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, dan (3) mengejar kesempurnaan (perfection).
Id merupakan sumber energi psikis yang menggerakan kegiatan psikis manusia, untuk menggerakan insting-insting yang terdapat dalam manusia, baik berupa insting hidup seperti makan, minum, seks dan lain-lain. Dan juga insting mati, baik berupa marah,membalas dendam dll. Untuk mengurangi rasa tegangnya dengan berusaha untuk menghayalkan tentang apa yang diinginkannya.
Semua manusia mempunyai ego masing-masing, ego adalah sebagai mediator antara id dan dunia nyata (realitas) . Dengan ego manusia dibimbing untuk memenuhi kepuasan atau dorongan yang terdapat dalam  id.
Sedangkan Super Ego yang di dalamnya terdapat aspek moral atau standar baik-buruk yang terdapat pada sosial masyarakat. Super ego berfungsi untuk meredam keinginan yang terdapat pada id  yang berorientasi pada tujuan realistik di ganti oleh tujuan moralistik,  sehingga untuk memenuhi ego di sesuaikan dengan moralitas atau  norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat.

D.    Dinamika Kepribadian
Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Dorongan-dorongan itu antara lain:
1.      Seks
Libido (hasrat seksual) adalah istilah yang biasa digunakan oleh pendiri psikoanalis, Sigmund Freud, untuk menamakan hasrat atau dorongan seksual. Ia mengatakan bahwa dorongan ini dikarakteristikkan dengan bertumbuhnya secara bertahap sampai puncak intensitas, diikuti dengan penurunan tiba-tiba dari rangsangan.Waktu dia mempelajari proses ini pada pasien-pasiennya, Freud menyimpulkan bahwa berbagai kegiatan seperti makan dan minum, dan juga kencing serta buang hajat juga memiliki pola yang sama. Konsekuensinya, ia menyimpulkan bahwa tindakan ini juga memiliki hasrat seksual juga.Freud juga tertarik pada perkembangan libido, yang ia lihat sebagai dorongan manusia yang paling dasar dan paling kuat. Ia percaya bahwa perkembangan libido dapat dibagi dalam beberapa tahap yang berbeda dan bisa dikenali.
Selama bayi, ia melihat bahwa hasrat seksual terfokus di mulut, dan biasanya terwujud dalam kegiatan menyedot. Ia menyebut ini sebagai tahap oral dalam perkembangan hasrat seksual.Dalam tahap tahun kedua dan ketiga dalam kehidupan anak, waktu si anak belajar menggunakan kamar kecil, fokus dari kenikmatan erotis berpindah ke fungsi rektal. Freud menamakan ini tahap anal.Kemudian, pada saat puber, fokus berpindah pada organ seks, suatu periode perkembangan yang ia namakan tahap phallic dalam kedewasaan hasrat seks.Dalam tahap berikut dari perkembangan, dorongan libido berfokus pada orang tua yang berlawanan jenis dan menambahkan warna erotis bagi pengalaman anak itu ke orang tuanya.
Ketidak-setujuan orangtua pada dorongan seks yang tidak terkendali dipercaya oleh Freud akan berlanjut pada perkembangan jiwa manusia yang terdiri dari tiga komponen: id, ego dan superego. Id, insting-insting dan dorongan dasar (termasuk libido tapi juga dorongan lain seperti agresif) memberikan energi fisik yang diperlukan untuk melakukan kegiatan.Ego, yang memiliki fungsi eksekutif, mengatur pemenuhan hasrat seks dan hasrat lainnya setiap hari dalam cara yang diterima dan bisa dilakukan di masyarakat. Superego adalah standar sosial dari perilaku yang telah dipahami dan dipelajari, termasuk kesadaran akan perilaku yang dilarang atau melanggar hukum.
Dalam keadaan sadar, ada batas yang kuat memisahkan ketiga daerah ini, tapi waktu tidur atau berfantasi, batas ini melemah, memungkinkan kebangkitan ekspresi dari hasrat libido yang biasanya terkendali. Kesadaran akan dorongan dan fantasi yang tidak terkendali bisa membuat seseorang merasa malu atau rasa bersalah secara seksual. Freud percaya bahwa kepribadian seseorang terbentuk di awal kehidupan dan ditentukan bagaimana dorongan dasarnya seperti libido dipuaskan.
2.        Insting/naluri
        Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh secara fisiologis sebagai kekurangan nutrisi, dan secara psikologis dalam bentuk keinginan makan. 
a.         Sumber insting : kondisi jasmaniah atau kebutuhan tubuh menuntut keadaan yang seimbang serta terus menerus dan kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu keseimbangan sehingga memunculkan insting lapar.
b.         Tujuan insting : segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan terpenuhinya keinginan itu. Misalnya, tujuan isnting lapar ialah menghilangkan keadaan kekurangan makan dengan cara makan.
c.         Obyek insting : misalnya obyek insting makan, bukan hanya makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli makanan dan meyajikan makanan itu.
d.        Pendorong atau penggerak insting : misalnya makin lapar orang  (sampai batas tertentu) penggerak instingnya semakin besar.
e.         Jenis-jenis insting
1.        Insting hidup (Life Instinct)
Disebut juga EROS adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi , seperti lapar, haus, dan seks
2.        Insting mati (Death Instinct)
Disebut juga insting-insting merusak (destruktif). Ini fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal.
3.        Kecemasan
Adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman.
a.          Kecemasan realistis (Realistic Anxiety)
Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada didunia luar.

b.      kecemasan neureotis (neurotic anxiety)
Ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orangtua atau figur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum diterimanya, karena orang tua belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya , dan misalnya orang tua mengetahui juga belum tentu menjatuhkan hukuman.
c.       Kecemasan moral (Moral Anxiety)
Kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar nilai orang tua.

E.     Mekanisme pertahanan dan Konflik
Menurut Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya, adapun mekanisme yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari ada tujug macam, yaitu :
a.         Fantasi dan Stereotype
Ketika kita menghadapi masalah yang bertumpuk-tumpuk, kadangkala kita mencari ‘solusi’ dengan masuk ke dunia khayal, solusi yang berdasarkan fantasi ketimbang realitas.
b.         Reaksi formasi
Reaksi akibat impuls anxitas kerap kali diikuti oleh kecenderungan yang berlawanan yang bertolak belakang dengan tendensi yang ditekan disebut reaksi formasi. Misalnya, manifestasi kepedulian yang berlebihan seorang ibu kepada anaknya dapat merupakan upaya menutupi perasaanya yang tidak nyaman terhadap anaknya; sikap yang sangat sopan kepada seseorang dapat merupakan upaya menyembunyikan ketakutan.
c.          Represi
Adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu (ide,insting,ingatan,fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
Tugas represi ialah mendorong keluar implus-implus id yang tak diterima, dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar.
d.         Regresi
Terdapat dua dua interpretasi mengenai regresi. Pertama, regresi yang disebut retrogressive behavior yaitu, perilaku seseorang yang mirip anak kecil, menangis dan sangat manja agar memperoleh rasa aman dan perhatian orang lain. Kedua, regresi yang disebut primitivation ketika seorang dewasa bersikap sebagai orang yang tidak berbudaya dan kehilangan kontrol sehingga tidak sungkan-sungkan berkelahi.

e.          Proyeksi
Adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi kecemasan realistis, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke obyek diluar, sehingga seolah-olah ancaman itu teproyeksi dari obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri.
f.       Introyeksi
Adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain kedalam egonya sendiri. Misalnya, seseorang anak yang meniru gaya tingkah laku bintang film menjadi introyeksim kalau peniruan itu dapat meningkatkan harga diri dan menekankan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga dengan dirinya sendiri.
g.      Agresi dan Apatis
Perasaan marah terkait erat dengan ketegangan dan kegelisahan yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan. Agresi dapat berbentuk langsung dan pengalihan. Agresi langsung adalah agresi yang langsung diungkapkan secara langsung kepada seseorang atau objek yang merupakan sumber frustasi. Agresi yang dialihkan adalah bila seseorang mengalami frustasi namun tidak dapat mengungkapkan secara puas kepada sumber frustasi tersebut karena tidak jelas atau tak tersentuh. Si pelaku tidak tahu kemana ia harus menyerang; sedangkan ia sangat marah dan membutuhkan sesuatu untuk pelampiasan. Penyerangan kadang-kadang tertuju pada orang yang tidak bersalah atau mencari ‘kambing hitam’.
Apatis adalah bentuk lain dari reaksi terhadap frustasi, yaitu sikap apatis (apathy) dengan cara menarik diri dan bersikap seakan-akan pasrah.
F.     Klasifikasi Emosi
1.      Konsep rasa bersalah
Rasa bersalah bisa disebabkan oleh adanya konflik antara ekspresi impuls dan standa moral. Rasa bersalah dapat pula disebabkan oleh perilaku neurotik, yaitu ketika individu tidak mampu mengatasi problem hidup seraya menghindarinya dengan manuver-manuver defensif yang mengakibatkan rasa bersalah dan tidak bahagia. Ia gagal berhubungan langsung dengan suatu kondisi tertentu, sementara orang lain dapatbmengatasinya dengan mudah.
2.      Menghukum diri sendiri
Perasaan bersalah yang paling mengganggu ialah sebagaimana terdapat dalam sikap menghukum diri sendiri. Si individu terlihat sebgai sumber dari sikap bersalah. Rasa bersalah seperti ini memiliki implikasi terhadap berkembangnya gangguan-gangguan kepribadian yang terkait dengan kepribadian, penyakit mental dan psikoterapi.
3.      Rasa malu
Rasa malu berbeda dengan rasa bersalah. Timbulnya rasa malu tanpa terkait dengan rasa bersalah. Seseorang mungkin merasa malu ketika salah menggunakan garpu ketika hadir dalam pesta makan malam yang terhormat, tapi ia tidak merasa bersalah. Ia merasa malu karena merasa bodoh dang kurang bergengsi di hadapan orang lain. Orang itu tidak merasa bersalah karena ia tidak melanggar nilai-nilai moralitas. Perasaan ini tidak terdapat pada anak kecil; ia merasa malu dan bahkan takut nila tertangkap basah sedang mencuri kue.
4.      Kesedihan
Kesedihan atau dukacita berhubungan dengan kehilangan sesuatu yang oenting atau bernilai. Intensitas kesedihan tergantung pada pada nilai, biasanya kesedihan yang teramat sangat bila kehilangan orang yang dicintai. Parkes menemukan bukti bahwa kesedihan yang berlarut-larut dapat mengakibatkan frustasi dan putus asa yang menjurus pada kecemasan; akibatnya bisa menimbulkan insomnia, tidak memiliki nafsu makan, timbul perasaan jengkel dan menjadi pemarah serta menarik diri dari pergaulan.
5.      Kebencian
kebencian atau perasaan benci berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu dan iri hati.ciri khas yang menandai perasaan benci adalah timbulnya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian.
6.      Cinta
Psikolog merasa perlu mendefinisikan cinta dengan cara memahami mengapa timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda. Gairah cinta romantis tergantung pada si individu dan objek cinta. Adanya nafsu dan keinginan untuk bersama-sama. Gairah seksual yang kuat kerap timbul dari perasaan cinta. Menurut kajian cinta romantis, cinta dan suka pada dasarnya sama. Mengenai cinta seorang anak kepada ibunya didasari kebutuhan perlindungan, demikian pula cinta ibu kepada anak adanya keinginan melindungi.

G.    Tahap-Tahap Perkembangan Psikoseksual
Dalam teori Freud menyinggung  hasrat seksual, bahwa hasrat seksual merupakan motivasi paling penting. Menurut freud hasrat seksual adalah motivasi paling dasar bukan saja bagi orang dewasa, tapi juga bagi anak-anak dan bayi. Saat dia mempernalkan gagasan tentang seksualitas bayi ke public Wina, public menanggapi lebih sebagai seksualitas orang dewasa. Freud mencatat bahwa usia-usia tertentu, bagian-bagian kulit kita dapat menimbulkan kenikmatan yang lebih besar disbanding bagian kulit yang lain. misal: seorang bayi mendapat kenikmatan tertinggi ketika menghisap, khususnya ketika menyusu pada ibunya. Di usia 3 atau 4 tahun, dia akan menemukan kenikmatan ketika menyentuh alat kelaminnya. Barulah kemudian di saat perkembangan seksual sudah mencapai kematangan, kita menemukan kenikmatan paling tinggi di dalam hubungan seksual. Berdasarkan pengamatan inilah Freud membuat teori perkembangan psikoseksual. Tahap perkembangan Psikoseksual itu adalah:
1.      Fase Oral (usia 0 – 18 bulan)
Fase oral adalah fase pertama yang berlangsung pada perkembangan individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan paling peka adalah mulut, yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan dan minuman. Stimulasi atau perangsangan atas mulut merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
2.      Fase  Anal (kira-kira usia 18 bulan – 3 tahun)
Pada fase ini energy libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur, serta kesenangan dan kepuasan diperolah dengan tindakan mempermainkan atau menahan BAB. Pada fase ini pula, seorang anak diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan yang disebut dengan toilet training.
3.      Fase Phallic (kira-kira usia 3 – 6 tahun)
Fase ini terjadi ketika energy libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik pada alat kelaminnya sendiri dan mempermainkannya dengan maksud untuk memperoleh kepuasaan.
4.      Tahap laten
Berlangsung dari usia 5,6 atau 7 sampai usia pubertas ( sekitar usia 12 tahun. Dalam tahap ini, freud yakin bahwa rangsangan-rangsangan seksual ditekan sedemikian rupa demi proses belajar.
5.      Tahap Genital
                        Dimulai pada saat usia pubertas, ketika dorongan seksual sangat jelas terlihat pada diri remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan hubungan seksual.

H.    Kekurangan Dan Kelebihan Teori Sigmund Freud
1.         Kekurangan:
a.     Pandangannya yang terlalu deterministik di nilai terlalu merendahkan martabat manusia
b.     Terlalu banyak menekankan kepada pengalaman kanak-kanak, dan menganggap kehidupan seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah sepenuhnya tanggung jawab individu sekarang.
c.      Terlalu menekankan pada libido, padahal tidak semua hal dapat dijelaskan dengan libido
2.      Kelebihan:
Teori-teori Freud telah menyadarkan kita tentang dua dorongan dan bagaimana kuatnya pengaruh itu pada kita. Freud juga menunjukan betapa besar pengaruh keluarga dalam dalam pembentukan jati diri seseorang sebagai pria atau wanita. Freud juga menjelskan kenangan akan trauma yang menjadi penyebab ketidakstabilan jiwa seseorang dan itu harus diperbaiki. Lalu Freud juga mengeluarkan ide tentang mekanisme pertahanan diri yang harus kita terima karena manusia memang pada kenyataannya punya cara tersendiri dalam memanipulasi kenyataan dan ingatannya tentang kenyataan tersebut agar bisa sesuai dan menyenangkan keinginannya.
























BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Sigmund Freud adalah seorang tokoh psikologi ternama, yang pertama kali mengembangkan teori psikoanalisis. Teori psikoanalis adalah adalah salah satu teori kepribadian yang paling berpengaruh, tetapi juga pada ilmu-ilmu lain, termasuk antropologi dan sosiologi.
Berdirinya Aliran Psikoanalisis semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya.
Menurut Sigmund freud kehidupan mental terdiri dari alam sadar, alam tidak sadar, dan alam bawah sadar. Sigmund juga menerangkan bahwa struktur kepribadian terdiri dari 3 hal, yaitu id, ego, dan superego.
Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Dorongan-dorongan itu antara lain:Seks, Insting, Kecemasan, Mekanisme pertahanan Ego.
Selain itu, Sigmund Freud juga menjelskan ada beberapa tahap dalam perkembangan psikoseksual, yaitu Fase Oral, Fase  Anal, Fase Phallic, Tahap laten, Tahap Genital. Kelima tahap tersebut memiliki ciri masing-masing dan dilalui oleh manusia mulai saat dia dilahirkan sampai ia dewasa.

2.      Kritik dan Saran.
Kesempurnaan selalu diawali dengan ketidaksempurnaan, begitu pula dengan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis bisa memperbaiki makalah ini kedepannya.
                       








DAFTAR PUSTAKA

http://diarad08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/teori-psikoanalisis-freud/feed/
http://lusisrisholihah.blogspot.com/2012/11/paradigmapsikologi-kepribadian.html
https://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-perkembangan-psikoanalisis-sigmund-freud/feed/
http://nurdin1983.blogspot.com/2014/09/teori-kepribadian-psikoanalisis-sigmund.html


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon