Monday, September 25, 2017

INTERDISIPLIN DIALEKTOLOGI

INTERDISIPLIN DIALEKTOLOGI

Dialektologi merupakan ilmu interdisipliner, yaitu perpaduan dari berbagai bidang ilmu. Untuk itu, dialektologi mempunyai hubungan dengan linguistik, linguistik historis komparatif, sosiolinguistik, geografi dan sejarah.
      A.    Dialektologi dan linguistik
Doalektologi merupakan salah satu cabang linguistik. Konsep-konsep berkaitan dengan konsep-konsep linguistik umum, seperti konsep fonem dan alofon, atau konsep fitur distingtif atau ciri pembeda (distingtive feature) untuk bidang fonologi; konsep-konsep morf, morfem, alomorfemis dan morfofonemis bidang morfologi; konsep-konsep frasa, klausa dan morfosintaksis untuk bidang sintaksis, dan seterusnya.
Dalam bidang fonologi, konsep-konsep tersebut digunakan untuk mengidentifikasi unsur – unsur pembeda suatu dialek, seperti gelajala penghilangan atau pelesapan konsonan pada awal suku kedua sebelum akhir (penultima) dalam Bahasa Jawa Kbupaten Semarang (BJKS) dari Bahasa Jawa Baku (BJB) berikut ini.
BJB                                  BJKS                           Gloss
/wetan/              >             /etan/                           ‘timur’
Pelesapan bunyi /w/ dan /q/ pada awal kata itu merupakan salah satu bentuk reduksi konsonan. Bunyi pada awal suku yang dilesapkan adalah konsonan yang tergolong bunyi lemah.
Dalam bidang morfologi, konsep-konsep tersebut digunakan untuk mengidentifikasi unsur – unsur pembeda suatu dialek, seperti imbuhan di akhir (sufiks) {-a} yang berfungsi sebagai pembentuk verba perintah (imperatif) yang terjadi pada BJB tukunen > BJKS tukuo “belilah” dan gawanen > gawaa “bawalah”. Sufiks tersebut melekat pada kata kerja (verba) yang terakhir dengan vocal (suku terbuka). Dalam BPB, sufiks pemarkah impratif yang melekat pada verba yang berakhir dengan suku terbuka adalah (-nen). Selain itu, identifikasi unsure pembeda dialek pada tataran morfologi dapat berwujud pengulangan dan epemajemukan.
Dalam bidang sintaksis , konsep-konsep tersebut digunakan untuk mengidentifikasi unsure-unsur pembeda suatu dialek berwujud kata, frasa, dan kalimat. Pembeda berwujud kata seperti kata Tanya kapan’bilamana’ dalam BJKS untuk menanyakan waktu pada kalimat Tanya kapan kowe longa? Bilamana kamu pergi?’ dalam BJB, kata tanda Tanya yang digunakan untuk menanyakan waktu ‘bilamana’ yaitu sesuk kapan. Pembeda berwujud frasa seperti frasa nomina konsep  ‘rumah ayah’ dalam bahasa Sunda Brebes(BSB) (bumi bapa?). Adapaun pembeda berwujud kalimat tampak pada kalimat bahasa jawa standar (BJS) dan  kalimat bahasa jawa Brebes (BJB) yang ditemukan oleh Sasongko.    
      B.     Dialektologi dan linguistic historis komparatif
Dialektologi lahir sebagai reaksi terhadap teori perubahan bunyi yang dikembangkan oleh kaum Neogrammaria yang merupakan puncak perkembangan kajian linguistic historis komparatif pada abad ke-19. Dialektologi dan linguistic historis komparatif memiliki perbedaan yang mendasar berkaitan dengan (a) dasar pijakannya, (b) tingkat kekunaan bahasa purba yang direkonstruksi, (c) bahan (eviden) yang digunakan dalam rekonstruksi bahasa purba, dan (d) wujud unsur inovasi yang menjadi kajiannya (Mahsun 1995:17).
Bahasa Jawa dialek Banyumas (BJBS) memiliki subdialek Purwokerto (BJPW) dan subdialek Kebumen (BJK); bahasa jawa dialek Pesisir (BJP) memiliki subdialek pemalang (BJKS), Tegal (BJTG), Semarang (BJSM) dan kabupaten Semarang (BJKS) dan Rembang (BJR); bahasa jawa dialek Surakarta (BJS) memiliki sub dialek Karangayar (BJKR); dan bahasa jawa dialek jawa timur (BJT) memiliki sub dialek Madiun (BJM), surabaya (BJSB) dan banyuwangi (BJBW).
      C.     Dialektologi dan sosiolinguistik
Dialektologi dan sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang sama-sama mempelajari perbedaan unsur kebahasaan yang terdapat dalam suatu bahasa. Dialektologi lebih memusatkan kepada variasi atau perbedaan bahasa berdasarkan faktor geografi yang telah terjadi, sedangkan sosiolinguistik memusatkan perhatian pada variasi atau perbedaan bahasa berdasarkan faktor sosial yang sedang terjadi, seperti dalam studi pengaruh antar dialek. Sosiolinguistik memberikan satu perspektif baru dalam kajian dialektologi berupa variabel sosial penuturnya dan konteks pemakaiannya, baik konteks penutur, tempat situasi dan sebagainya.
      D.    Dialektologi dan Geografi
Dialektologi merupakan disiplin ilmu yang mengkaji perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang berkaitan dengan faktor geografis yang salah satu aspeknya adalah pemetaan perbedaan tersebut di antara daerah – daerah pengamatan dalam penelitian. Dalam penelitian dialek diperlukan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan geografi, seperti monografi desa atau daerah yang dialeknya diteliti (jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, agama, pendidikan dan sebagainya; jenis penyakit yang pernah mewabah di daerah yang dialeknya diteliti, jenis transportasi yang mendukung mobilitas penduduknya; letak geografis daerah yang dialeknya diteliti; luas wilayah daerah yang dialeknya diteliti dan sebagainya.
      E.     Dialektologi dan Sejarah
Dialektologi berhubungan dengan sejarah dalam arti saling mengisi. Kontribusi ilmu sejarah pada kajian dialektologi, misalnya berkaitan dengan penentuan bentuk yang digunakan untuk merealisasi suatu makna dalam suatu dialek atau subdialek tertentu sebagai bnetuk asli atau pinjaman itu tidak dapat dilakukan jika penelusuran bentuk asli atau pinjaman itu tidak dapat dilakukan berdasarkan perubahan bunyi dalam dialek atau sub dialek itu.
Dalam kajian dialektologi sinkronis dan diakronis atau historis kajian dialektologi, ada dua bidang yang memberikan kontribusi kepada dialektologi, yaitu sosiolinguistik dan linguistik histori komparatif. Dengan demikian, ada hubungan interseksi (interbagian) antara kajian dialektologi dengan sosiolinguistik dan antara lingustik histori komparatif dengan sosiolinguistik.









Artikel Terkait


EmoticonEmoticon