INTERDISIPLIN
DIALEKTOLOGI
Dialektologi merupakan ilmu
interdisipliner, yaitu perpaduan dari berbagai bidang ilmu. Untuk itu, dialektologi mempunyai hubungan dengan
linguistik, linguistik historis komparatif, sosiolinguistik, geografi dan
sejarah.
A. Dialektologi
dan linguistik
Doalektologi merupakan salah satu
cabang linguistik. Konsep-konsep berkaitan dengan konsep-konsep linguistik
umum, seperti konsep fonem dan alofon, atau konsep fitur distingtif atau ciri
pembeda (distingtive feature) untuk bidang fonologi; konsep-konsep morf,
morfem, alomorfemis dan morfofonemis bidang morfologi; konsep-konsep frasa,
klausa dan morfosintaksis untuk bidang sintaksis, dan seterusnya.
Dalam bidang fonologi, konsep-konsep
tersebut digunakan untuk mengidentifikasi unsur – unsur pembeda suatu dialek,
seperti gelajala penghilangan atau pelesapan konsonan pada awal suku kedua
sebelum akhir (penultima) dalam Bahasa Jawa Kbupaten Semarang (BJKS) dari
Bahasa Jawa Baku (BJB) berikut ini.
BJB BJKS Gloss
/wetan/ > /etan/ ‘timur’
Pelesapan bunyi /w/ dan /q/ pada
awal kata itu merupakan salah satu bentuk reduksi konsonan. Bunyi pada awal
suku yang dilesapkan adalah konsonan yang tergolong bunyi lemah.
Dalam bidang morfologi,
konsep-konsep tersebut digunakan untuk mengidentifikasi unsur – unsur pembeda
suatu dialek, seperti imbuhan di akhir (sufiks) {-a} yang berfungsi sebagai
pembentuk verba perintah (imperatif) yang terjadi pada BJB tukunen > BJKS
tukuo “belilah” dan gawanen > gawaa “bawalah”. Sufiks tersebut melekat
pada kata kerja (verba) yang terakhir dengan vocal (suku terbuka). Dalam BPB,
sufiks pemarkah impratif yang melekat pada verba yang berakhir dengan suku terbuka
adalah (-nen). Selain itu, identifikasi unsure pembeda dialek pada tataran
morfologi dapat berwujud pengulangan dan epemajemukan.
Dalam
bidang sintaksis , konsep-konsep tersebut digunakan untuk mengidentifikasi
unsure-unsur pembeda suatu dialek berwujud kata, frasa, dan kalimat. Pembeda
berwujud kata seperti kata Tanya kapan’bilamana’ dalam BJKS untuk menanyakan
waktu pada kalimat Tanya kapan kowe longa? Bilamana kamu pergi?’ dalam BJB,
kata tanda Tanya yang digunakan untuk menanyakan waktu ‘bilamana’ yaitu sesuk
kapan. Pembeda berwujud frasa seperti frasa nomina konsep ‘rumah ayah’ dalam bahasa Sunda Brebes(BSB)
(bumi bapa?). Adapaun pembeda berwujud kalimat tampak pada kalimat bahasa jawa
standar (BJS) dan kalimat bahasa jawa
Brebes (BJB) yang ditemukan oleh Sasongko.
B. Dialektologi dan linguistic historis
komparatif
Dialektologi lahir sebagai reaksi
terhadap teori perubahan bunyi yang dikembangkan oleh kaum Neogrammaria yang
merupakan puncak perkembangan kajian linguistic historis komparatif pada abad
ke-19. Dialektologi dan linguistic historis komparatif memiliki perbedaan yang
mendasar berkaitan dengan (a) dasar pijakannya, (b) tingkat kekunaan bahasa
purba yang direkonstruksi, (c) bahan (eviden) yang digunakan dalam rekonstruksi
bahasa purba, dan (d) wujud unsur inovasi yang menjadi kajiannya (Mahsun
1995:17).
Bahasa Jawa dialek Banyumas (BJBS)
memiliki subdialek Purwokerto (BJPW) dan subdialek Kebumen (BJK); bahasa jawa
dialek Pesisir (BJP) memiliki subdialek pemalang (BJKS), Tegal (BJTG), Semarang
(BJSM) dan kabupaten Semarang (BJKS) dan Rembang (BJR); bahasa jawa dialek
Surakarta (BJS) memiliki sub dialek Karangayar (BJKR); dan bahasa jawa dialek
jawa timur (BJT) memiliki sub dialek Madiun (BJM), surabaya (BJSB) dan
banyuwangi (BJBW).
C. Dialektologi
dan sosiolinguistik
Dialektologi dan sosiolinguistik
adalah cabang linguistik yang sama-sama mempelajari perbedaan unsur kebahasaan
yang terdapat dalam suatu bahasa. Dialektologi lebih memusatkan kepada variasi
atau perbedaan bahasa berdasarkan faktor geografi yang telah terjadi, sedangkan
sosiolinguistik memusatkan perhatian pada variasi atau perbedaan bahasa
berdasarkan faktor sosial yang sedang terjadi, seperti dalam studi pengaruh
antar dialek. Sosiolinguistik memberikan satu perspektif baru dalam kajian
dialektologi berupa variabel sosial penuturnya dan konteks pemakaiannya, baik
konteks penutur, tempat situasi dan sebagainya.
D. Dialektologi
dan Geografi
Dialektologi merupakan disiplin ilmu
yang mengkaji perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang berkaitan dengan faktor
geografis yang salah satu aspeknya adalah pemetaan perbedaan tersebut di antara
daerah – daerah pengamatan dalam penelitian. Dalam penelitian dialek diperlukan
informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan geografi, seperti monografi
desa atau daerah yang dialeknya diteliti (jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin, usia, pekerjaan, agama, pendidikan dan sebagainya; jenis penyakit yang
pernah mewabah di daerah yang dialeknya diteliti, jenis transportasi yang
mendukung mobilitas penduduknya; letak geografis daerah yang dialeknya
diteliti; luas wilayah daerah yang dialeknya diteliti dan sebagainya.
E. Dialektologi
dan Sejarah
Dialektologi berhubungan dengan
sejarah dalam arti saling mengisi. Kontribusi ilmu sejarah pada kajian
dialektologi, misalnya berkaitan dengan penentuan bentuk yang digunakan untuk
merealisasi suatu makna dalam suatu dialek atau subdialek tertentu sebagai
bnetuk asli atau pinjaman itu tidak dapat dilakukan jika penelusuran bentuk
asli atau pinjaman itu tidak dapat dilakukan berdasarkan perubahan bunyi dalam
dialek atau sub dialek itu.
Dalam kajian dialektologi sinkronis
dan diakronis atau historis kajian dialektologi, ada dua bidang yang memberikan
kontribusi kepada dialektologi, yaitu sosiolinguistik dan linguistik histori
komparatif. Dengan demikian, ada hubungan interseksi (interbagian) antara
kajian dialektologi dengan sosiolinguistik dan antara lingustik histori
komparatif dengan sosiolinguistik.
EmoticonEmoticon