BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah
satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah rendahnya kualitas
hasil dan proses belajar yang dicapai siswa. Rendahnya kualitas hasil belajar
ditandai oleh pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi kompetensi yang
dituntut kurikulum. Proses belajar yang kurang menyenangkan menjadi salah satu
faktor rendahnya hasil belajar siswa, karena kurang meningkatnya minat siswa
dalam belajar. Sehingga kompetensi yang diharapkan kurang tercapai. Sementara
kompetensi yang dituntut oleh kurikulum harus mencangkup 3 ranah, tidak boleh
salah satu, dua, atau bahkan ketiga ranah tersebut yang tidak tercapai
melainkan semuanya harus tercapai. Ketiga ranah yang diharapkan yaitu adanya
perpaduan antara afektif, psikomotorik, dan kognitif yang terefleksikan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pengertian kompetensi yang
dikemukakan oleh McAshan dalam Mulyana (2005 : 45) bahwa kompetensi itu adalah
“a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieve,
which became part of his or her being to the exent he or she can satisfatorily
perform particular cognitive, affective, and pshycomotor behaviors”. Menurut
McAshan, kompetensi itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitip, afektif, dan psikomotoriknya.
Dari
pendapat tersebut, ini berarti kompetensi bukan hanya sekadar akumulasi dari
sejumlah ranah saja akan tetapi juga pengembangan dari ketiga ranah tersebut
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang tercermin dalam prilaku
kehidupan. Sehingga mata pelajaran khususnya biologi bukan hanya sekadar
pelajaran yang harus dihafal, tetapi bagaimana materi pelajaran yang dipelajari
dapat mengembangkan sikap dan kemampuan tertentu sehingga dapat meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa secara optimum.
Kelemahan
proses belajar khususnya dalam pelajaran biologi, dapat diidentifikasikan dari
rendahnya minat belajar siswa. Hal ini disebabkan karena pengelolaan kelas yang
kurang menyenangkan. Pada kenyataannya, beberapa siswa yang hiperaktif (suka
bermain) di luar kelas cenderung membuat ulah di dalam kelas ketika proses
belajar sedang berlangsung, seperti bercanda dengan teman di dekatnya bahkan
melontarkan candaan dengan gurunya sehingga suasana kelas menjadi ribut dan
siswa menjadi tidak mempehatikan materi yang sedang diajarkan. Hal ini dapat
terjadi karena siswa merasa bosan dengan suasana pembelajaran yang sedang
berlangsung sehingga siswa mencari suasana baru. Kurangnya kemampuan guru dalam
membaca atau memahami sikap, situasi, dan kondisi peserta didik akan membiarkan
keributan terus terjadi tanpa adanya inovasi baru terutama dalam hal
pengelolaan kelas.
Seharusnya,
ketika menghadapi siswa yang hiperaktif bermain, sebagai seorang guru yang
kreatif perlu memahami sikap yang dimiliki oleh siswa dan perlu merencanakan
pembelajaran yang mengandung unsure permainan namun tidak terlepas dari materi
pelajaran yang akan diajarkan. Sehingga siswa dapat bermain sambil belajar.
Dengan begitu, minat siswa dalam belajar akan meningkat karena suasana belajar
menjadi menyenagkan sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
Adanya
fenomena di atas, mendorong penulis untuk memperbaiki proses pembelajaran
khususnya dalam pengelolaan kelas dalam mata pelajaran Invertebrata dengan
menggunakan metode Index Card Match yang dapat meningkatkan minat belajar siswa
sehingga dapat menguasai materi pelajaran melalui penelitian tindakan kelas di kelas
X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api.
B.
Rumusan
Masalah Penelitian
Berdasarkan
latar belakang seperti yang telah diuraikan, maka rumusan masalah umum
penelitian adalah : “Bagaimana meningkatkan minat belajar siswa dengan
pengelolaan kelas yang menyenagkan sebagai upaya pencapaian kompetensi siswa
melalui penggunaan metode Index Card Match pada pelajaran Invertebrata di kelas
X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api ?
Selanjutnya rumusan
masalah umum tersebut dijabarkan pada rumusan masalah khusus sebagai berikut :
1. Bagaimana
merencanakan penggunaan metode Index Card Match untuk meningkatkan minat
belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan sebagai upaya
pencapaian kompetensi pada pelajaran Invertebrata di Kelas X IPS II SMA Negeri
2 Labu Api ?
2. Bagaimana
mengimplementasikan metode Index Card Match sebagai upaya meningkatkan minat
belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan untuk pencapaian
kompetensi dalam pelajaran Invertebrata di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api
?
3. Bagaimana
peran guru dan siswa dalam implementasi metode Index Card Match sebagai upaya
meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan untuk
pencapaian kompetensi dalam pelajaran Invertebata di kelas X IPS II SMA Negeri
2 Labu Api ?
C.
Tujuan
penelitian Tindakan Penelitian
Secara
umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa dengan
pengelolaan kelas yang menyenangkan sebagai upaya pencapaian kompetensi melalui
penggunaan metode Role Playing pada mata pelajaran Invertebrata di kelas X IPS
II SMA Negeri 2 Labu Api. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Merencanakan
penggunaan metode Index Card Match untuk meningkatkan minat belajar siswa
dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan sebagai upaya pencapaian kompetensi
pada pelajaran Invertebrata di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api.
2. Mengimplementasikan
metode Index Card Match sebagai upaya meningkatkan minat belajar siswa dengan
pengelolaan kelas yang menyenangkan untuk pencapaian kompetensi dalam pelajaran
Invertebrata di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api.
3. Menentukan
peran guru dan siswa dalam implementasi metode Index Card Match sebagai upaya
meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan
untuk pencapaian kompetensi dalam pelajaran Invertebata di kelas X IPS II SMA
Negeri 2 Labu Api.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
penelitian diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk
guru, diharapkan bermanfaat dalam upaya meningktakan kualitas pembelajaran khususnya dalam pelajaran
Invertebrata di SMA Negeri 2 Labu Api khususnya pada kelas X.
2. Untuk
siswa, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan
minat belajar dan meningkatkan pengelolaan kelas sehingga kompetensi dalam mata
pelajaran Invertebrata dapat tercapai secera optimal.
E.
Hipotesis
Tindakan
Dalam
penelitian tindakan kelas ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Index
Card Match yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan dalam pelajaran
Invertebrata di kelas X SMA Negeri 2 Labu Api.
2. Minat
belajar yang tinggi sebagai dampak dan penerapan Index Card Match dapat
meningkatkan pencapaian kompetensi dalam pelajaran Invertebrata di kelas X SMA
Negeri 2 Labu Api
F.
Ruang
Lingkup
G.
Definisi
Operasional
Secara
operasional, beberapa istilah dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Index Card Match ????
2. Minta
belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ????
3.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Index
Card Match Sebagai Salah Satu Metode Pembelajaran
1.
Pengertian
metode Index Card Match
Metode berasal dari bahasa Latin meta
yang berarti “melalui”, dan hodos yang berarti “jalan ke” atau “cara
ke”. Dalam bahasa Arab, metode disebut tariqoh artinya “jalan”,
”cara”, ”sistem” atau “ketertiban” dalam mengerjakan sesuatu. Sebagai suatu
istilah, metode berarti suatu system atau cara yang mengatur suatu
cita-cita (Sudiyono, 2009).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
metode adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan
guna mencapai apa yang telah ditentukan.” 2Dengan kata lain metode adalah suatu
cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
Aktivitas yang menonjol dalam pengajaran
ada pada siswa, namun demikian bukanlah berarti peran guru terisihkan,
melainkan bertindak sebagai penyampai informasi, tetapi bertindak sebagai
pengaruh dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar oleh karena itu
metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran haruslah berorientasi
pada keaktifan siswa, salah satu metode yang bisa digunakan oleh guru untuk
menciptakan keaktifan siswa adalah metode index card match pembiasaan, stimulus
atau rangsangan, keteladanan, pemberian hukuman, ceramah, Tanya jawab, diskusi,
pemberian tugas, karya wisata, drill sosiodrama, simulasi kerja lapangan,
demonstrasi, kerja kelompok dan lain-lain.
Metode index card match adalah
metode yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif mempertanyakan gagasan
orang lain dan gagasan diri sendiri dan seorang siswa memiliki kreatifitas
maupun menguasai keterampilan yang diperlihatkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Ismail, 2008).
2.
Manfaat
Metode Index Card Match
Manfaat yang bisa didapat ketika
menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan metode index card match adalah
guru dapat menciptakan suasana belajar yang mendorong anak-anak untuk saling
membutuhkan, inilah yang dimaksud positive interdepence atau saling
ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif ini dapat dicapai melalui
ketergantungan tujuan, ketergantungan tugas, ketergantungan sumber belajar,
ketergantungan peranan dan ketergantungan hadiah.
Selain itu kelebihan menggunakan metode index card match adalah:
a)
Peserta didik belajar untuk
selalu mengambil inisiatif sendiri dalam segala yang diberikan oleh guru.
b)
Dapat memupuk rasa tanggung
jawab, karena dari hasilhasil yang dikerjakan dipertanggung jawabkan di depan
guru.
c)
Mendorong peserta didik
supaya berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan.
d)
Dapat memperdalam pengertian
dan menambah keaktifan dan kecakapan siswa.
e)
Hasil belajar akan tahan
lama karena pelajaran sesuai dengan dengan minat peserta didik.
f)
Waktu yang digunakan tidak
hanya sebatas jam-jam pelajaran di sekolah.
Kekurangan dalam menggunakan metode index card match yaitu:
a)
Siswa harus memiliki kesiapan
dan kematangan mental.
b)
Siswa harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui dengan sungguh-sungguh.
c)
Pada kelas yang banyak
jumlah sisanya, penerapan metode ini akan banyak menyita waktu, sehingga
membutuhkan pembagian waktu yang tepat.
d)
Guru dan siswa yang sudah
sangat terbiasa dengan pembelajaran gaya lama, maka akan membutuhkan pembiasaan
terlebih dahulu.
e)
Ada kritik, bahwa proses
dalam metode ini terlalu berkesan hanya sebuah permainan.
3.
Prinsip
Metode Index Card Match
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan
ketika guru menerapkan index card match adalah sebagai berikut:
a)
Memahami sifat peserta didik
Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat rasa ingin tahu atau
berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir
krisis dan kreatif. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi
lahan yang subur bagi berkembangan kedua sifat tersebut.
b)
Mengenal peserta didik
secara perorangan
Peserta didik berasal dari latar belakang dan kemampuan yang
berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan dan garis tercermin dalam
pembelajaran. Semua peserta didik dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan
kegiatan yang sama, melainkan berbeda dengan kecepatan belajrnya. Peserta didik
yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang
lemah (tutor sebaya)
c)
Memanfaatkan perilaku
peserta didik dalam berorganisasi belajar.
Peserta didik selaim alami bermain secara berpasangan atau
kelompok. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengorganisasian
kelas. Dengan berkelompok akan mempermudah mereka untuk berinteraksi atau
bertukar pikiran.
d)
Mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif mampu memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup adalah memecahkan masalah, untuk itu peserta
didik perlu dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk menganalisi
masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah, dan
kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Jenis pemikiran tersebut
sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya.
e)
Menciptakan ruangan kelas
sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam index card
match. Hasil pekerjaan peserta didik sebiknya dipajang di dalam kelas,
karena dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja labih baik dan menimbulkn
inspirasi bagai peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga
dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.
f)
Memanfaatkan ruangan kelas
sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam kelas, karena
dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih dan menimbulkan inspirasi
bagi peserta didik yang lain.
g)
Memanfaatkan lingkungan
sebagai lingkungan belajar
Lingkungan (fisik, sosial, budaya) merupakan sumber yang sangat
kaya untuk bahan belajar peserta didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai
media belajar
serta objek
belajar peserta didik.
h)
Memberikan umpan balik yang
baik untuk meningkatkan kegiatan
Pemberian umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan
suatu interaksi antar guru dengan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkapkan kekuatan dan kelebihan peserta didik dari pada kelemahannya.
Umpan balik juga harus dilakukan secara santun dan elegan sehingga tidak
meremehkan dan menurunkan motivasi.
i)
Membedakan antara
aktif-fisik dengan aktif mental.
Dalam pembelajaran index card match, aktif secara mental lebih diinginkan dari pada aktif
fisik. Karena itu, aktifitas sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang
lain, mengemukakan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.
4.
Langkah-langkah Penerapan Index Card Match
Metode ini adalah strategi yang cukup
menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan
sebelumnya. Namun, demikian materi baru tetap bisa diajarkan dengan strategi
ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan
diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki
bekal pengetahuan.
Langkah-langkah dalam metode index card match yaitu:
a) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada
dalam kelas.
b) Bagi sejumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c) Tulislah pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya
pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu
pertanyaan.
d) Pada separo kertas yang lain, tulis jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat.
e) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dengan
jawaban.
f) Beri setiap peserta didik satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah
aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separo peserta didik akan mendapatkan
soal dan separoh yang lain akan mendapatkan jawaban.
g) Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka.
h) Jika sudah ada yang menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk
berdekatan.
i)
Terangkan juga agar mereka
tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada
teman yang lain.
teman yang lain.
j)
Setelah semua peserta didik
menemukan pasangan dan duduk berdekatan soal yang diperoleh dengan kertas
kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh
pasangan-pasangan yang lain.
k) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
5.
Ciri-ciri Metode Index Card Match
Index card match merupakan model yang digunakan
pembelajaran aktif dengan jalan meninjau ulang materi dengan ciri-ciri:
(Hisyam, 2008)
a)
Metode ini menggunakan kartu
b)
Kartu dibagi menjadi dua
yang berisi satu pertanyaan dan satu untuk jawaban
c)
Metode ini dilakukan secara
berpasangan
d) Setiap pasanagan membacakan pertanyaan dan jawaban
B.
Minat
Belajar Siswa
Dalam pengertian terminologis, pada kalimat minat belajar,
terdapat dua istilah masing-masing mempunyai pengertian sendiri-sendiri, yaitu
istilah minat belajar dan istilah belajar. Pengertian tentang kedua kata
tersebut perlu dijelaskan terlebih dahulu sebelum kemudian mendefinisikan
istilah minat belajar yang harus kita mulai dari kata minat.
Minat dalam bahasa Inggrisnya interest,21 dalam bahasa
Arabnya ihtimaam.Dapat diartikan sebagai suatu kecendrungan untuk
memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas, atau situasi yang
menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam
bahasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan
perhatian subyek, ada usaha untuk mendekati, mengetahui, memiliki, menguasai,
atau berhubungan dari subyek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya
penarik dari obyek.
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang definisi minat,
diantaranya yaitu:
1. H. C. Witherington dalam bukunya psikologi pendidikan mengartikan
minat berarti kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal
atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
2. Muhibbin Syah dalam psikologi belajar mengartikan kecendrungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
3. Sadirman A. M dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar
mengajar mengartikan minat sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang
melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhankebutuhannya
sendiri.
4. Menurut Crow and Crow minat itu diartikan sebagai kekuatan pendorong
yang menyebabkan individu memberikan perhatiankepada seseorang, atau kepada aktivitas-aktivitas
tertentu.
Dari
beberapa pengertian minat di atas dapat diungkapkan beberapa hal penting
tentang minat yaitu:
1.
Minat merupakan bagian dari
aspek-aspek psikologis atau kejiwaan seseorang.
2.
Minat sebagai bagian dari
aspek psikologis seseorang yang menampakkan diri pada bermacam-macam gejala,
seperti perasaan senang, kecendrungan hati atau ketertarikan, keinginan,
kesukaan, gairah, perhatian, kesadaran seseorang akan pentingnya sesuatu, rasa
ingin tahu tentang sesuatu, partispasi.
Setiap individu
mempunyai kecendrungan fundamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang ada
dalam lingkungannya. Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya,
kemungkinan ia akan berminat terhadap sesuatu itu.
Pada
dasarnya minat adalah suatu sifat yang melekat pada diri manusia yang berfungsi
sebagai pendorong untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Keinginan atau
minat dan kemauanatau kehendak sangat mempengaruhi kwalitas pencapaian hasil
belajar siswa yang menaruh minat besar terhadap Biologi akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan
perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi
untuk belajar giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam
kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai
pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara membangun
sifat-sifat yang positif.
Menurut
Nuckols dan banducci sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Wahid menjelaskan
bahwa fungsi minat bagi kehidupan anak adalah sebagai berikut:
1.
Minat mempengaruhi bentuk
intensitas cita-cita. Misalnya anak yang berminat dalam bidang kesehatan maka
kemungkinan besar anak akan mempunyai cita-cita menjadi
seorang dokter.
seorang dokter.
2.
Minat sebagai tenaga
pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai pelajaran biasa mendorongnya
untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang
hujan.
hujan.
3.
Prestasi selalu dipengaruhi
oleh jenis dan intensitas minat seseorang.
4.
Minat yang terbentuk sejak
masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat dapat membawa
kepuasan.
Fungsi minat dalam kaitannya
dalam pelaksanaan studi adalah:
1.
Minat melahirkan perhatian
serta merta
Perhatian yang serta merta terjadi
secara sepontan, bersifat wajar mudah bertahan dan tumbuh tanpa pemakaian daya
kemauan dalam diri seseorang.
2.
Minat memudahkan tercapainya
konsentrasi
Minat memudahkan tercapainya konsentrasi
dalam pikiran seorang siswa yaitu pemusatan pikiran terhadap suatu pelajaran.
Jadi tanpa adannya minat maka konsentrasi
terhadap pelajaran juga sulit dikembangkan dan dipertahankan.
3.
Minat mencegah gangguan dari
luar
Seorang siswa akan mudah terganggu
perhatiannya dan sering mengalihkan perhatiannya ke suatu hal yang lain kalau
minat studinya rendah.
4.
Minat memperkuat pelekatnya
bahan pelajaran dalam ingatan.
Pengingatan seorang siswa itu hanya akan
terlaksana kalau siswa berminat terhadap pelajarannya.
5.
Minat memperkecil kebosanan
studi dalam diri sendiri.31
Kejemuan melakukan sesuatu hal biasanya
lebih banyak berasal dari dalam diri sendiri dibandingkan dari luar dirinya.
Oleh karena itu, salah satu cara agar kebosanan itu bisa dihapus yaitu dengan
jalan menumbuhkan minat studi dan kemudian meningkatkan minat tersebut.
C.
Pengelolaan
Kelas
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “Management“. Karena
terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut kedalam Bahasa Indonesia,
maka istilah Inggris tersebut kemudian di Indonesiakan menjadi “Manajemen“. Arti
dari Manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan
atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar,
efektif dan efisien.
Hadari
Nawawi juga memandang kelas dari dua sudut, yakni
:
1.
Kelas dalam arti sempit
: ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa
berkumpul untuk mengikuti Proses Belajar Mengajar. Kelas dalam pengertian
tradisional ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan
siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur
kronologis
masing-masing.
masing-masing.
2.
Kelas dalam arti luas :
suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat
sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara
dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai
suatu tujuan.
Hadari Nawawi berpendapat bahwa Manajemen Kelas diartikan sebagai kemampuan guru
atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan
yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan
secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan
kurikulum dan perkembangan murid.
Manajemen Kelas adalah usaha
dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan
kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya
untuk memaksimumkan efisiensi, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi
masalah-masalah yang mungkin timbul.
Tujuan Manajemen Kelas pada
hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan, baik secara umum maupun
khusus. Secara umum tujuan Manajemen Kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan
intelektual dalam kelas (Syaiful, 2000). Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan
sikap, serta apresiasi para siswa.
Adapun tujuan dari Manajemen Kelas adalah sebagai berikut :
1.
Agar pengajaran dapat
dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
2.
Untuk memberi kemudahan
dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas,
guru mudah untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan/ perkembangan yang
dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
3.
Untuk memberi kemudahan
dalam mengangkat masalahmasalah penting untuk dibicarakan dikelas demi
perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Jadi, Manajemen Kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi
didalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang
memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian, dengan
Manajemen Kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
D. Kompetensi
Menurut
Wibowo (2012), pengertian Kompetensi merupakan kemampuan melaksanakan pekerjaan
atau tugas yang didasari ketrampilan maupun pengetahuan dan didukung oleh sikap
kerja yang ditetapkan oleh pekerjaan. Kompetensi menunjukan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap tertentu dari suatu profesi dalam ciri keahlian tertentu,
yang menjadi ciri dari seorang profesional.
Kompetensi
secara harfiah berasal dari kata competence, yang berarti kemampuan,
wewenang dan kecakapan. Dari segi etimologi, kompetensi berarti segi
keunggulan, keahlian dari perilaku seseorang pegawai atau pemimpin yang mana
punya suatu pengetahuan, perilaku dan ketrampilan yang baik. Karakteristik dari
kompetensi yaitu sesuatu yang menjadi bagian dari karakter pribadi dan menjadi
bagian dari prilaku seseorang dalam melaksanakan suatu tugas pekerjaan
(Mangkunegara, 2007).
E.
Mata
Pelajaran Invertebrata di SMA
Hewan invertebrata terdiri dari dua golongan, yaitu Protozoa dan
Metazoa. Protozoa adalah hewan bersel satu, sedangkan Metazoa adalah hewan
bersel banyak. Kebanyakan ahli biologi menggolongkan Protozoa bersama-sama
dengan alga dalam kingdom Protista. Metazoa meliputi Porifera, Ctenophora,
Cnidaria, Platyhelminthes, Nematoda, Annelida,
Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata digolongkan dalam dunia hewan, dengan ciri-ciri umum multiseluler, heterotof, eukariotik, tidak berdinding sel, tidak berklorofil, hidup di darat maupun di air.
Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata digolongkan dalam dunia hewan, dengan ciri-ciri umum multiseluler, heterotof, eukariotik, tidak berdinding sel, tidak berklorofil, hidup di darat maupun di air.
1. Porifera
Porifera merupakan metazoa, permukaan
tubuhnya berpori, dan hidup dalam air, terutama di laut. Bentuk tubuh seperti
vas bunga atau tabung. Dilihat dari jumlah lapisan
jaringan embrionalnya Porifera tergolong diploblastik. Porifera bersifat hermaprodit, koanosit menghasilkan spermatozoid dan amoebosit menghasilkan ovum. Menurut bahan penyusun spikulanya, Porifera dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu: Calcarea, Hexactinellida, Demospongia. Sisa spons dari Spongilla sp, maupun Euspongia sp sering dimanfaatkan sebagai spons penggosok mandi, atau spons penggosok untuk membersihkan kaca.
jaringan embrionalnya Porifera tergolong diploblastik. Porifera bersifat hermaprodit, koanosit menghasilkan spermatozoid dan amoebosit menghasilkan ovum. Menurut bahan penyusun spikulanya, Porifera dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu: Calcarea, Hexactinellida, Demospongia. Sisa spons dari Spongilla sp, maupun Euspongia sp sering dimanfaatkan sebagai spons penggosok mandi, atau spons penggosok untuk membersihkan kaca.
2. Coelenterata
Berdasarkan lapisan jaringan embrionya
Coelenterata masih tergolong diploblastik. Coelenterata hanya memiliki satu
lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus sebagai anus. Pada lapisan
epidermis terdapat sel-sel khusus yang dapat menghasilkan sengat. Sengat ini berfungsi
untuk melumpuhkan mangsa atau membela diri saat menghadapi musuh. Coelenterata
dapat berkembang biak secara aseksual dan seksual. Coelenterata terdiri dari
tiga kelas, yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, Anthozoa.
3. Platyhelminthes
Platyhelminthes disebut juga cacing
pipih. Tubuh pipih, simetri bilateral, terdapat bagian anterior (depan) dan
posterior (belakang). Cacing pipih bersifat triploblastik, artinya memiliki
tiga lapisan jaringan embrional, yakni epidermis m(lapisan luar), mesodermis
(lapisan tengah), dan endodermis (lapisan dalam). Klasifikasi Filum
Platyhelminthes terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas Turbellaria, Trematoda,
dan Cestoda. Kebanyakan Platyhelminthes merugikan karena bersifat parasit, baik
pada manusia maupun hewan ternak (domba, sapi, babi).
4. Nemathelminthes (cacing gilig)
Nama lain Nemathelminthes adalah Nematoda.
Cacing yang tergolong dalam filum Nemathelminthes bentuk tubuhnya gilig (bulat
panjang), bilateral simetris, tidak bersegmen, triploblastik, dan memiliki
rongga tubuh semu (pseudoselomata). Filum Nemathelminthes terdiri dari dua
kelas, yaitu: Aphasmidia dan Phasmidia Banyak cacing Nemathelminthes yang
merugikan, karena parasit pada manusia dan hewan dapat menyebabkan ascariasis,
filariasis, trichinosis, dan anemia.
5. Annelida
Cacing yang tergolong dalam Annelida
tubuhnya bersegmen, triploblastik, selomata
(memiliki rongga tubuh yang sebenarnya). Habitat Annelida tersebar
di darat, air tawar, maupun di laut. Sebagian hidup bebas, beberapa di antaranya ada yang hidup sebagai parasit. Filum Annelida terdiri dari tiga kelas, yakni Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinae.
(memiliki rongga tubuh yang sebenarnya). Habitat Annelida tersebar
di darat, air tawar, maupun di laut. Sebagian hidup bebas, beberapa di antaranya ada yang hidup sebagai parasit. Filum Annelida terdiri dari tiga kelas, yakni Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinae.
6. Mollusca
Mollusca disebut juga binatang lunak.
Tubuh Mollusca pada dasarnya bersifat bilateral simetris, terbungkus dalam
cangkang berkapur dari sekretnya sendiri. Tubuh diselubungi mantel, yang
membatasi tubuh dengan cangkangnya. Mollusca terdiri dari 7 kelas, yaitu
Aplacophora, Monoplacophora, Polyplacophora, Scaphopoda, Gastropoda,
Cephalopodadan Pelecypoda. Banyak hewan Mollusca yang dagingnya
dapat dimakan (cumi-cumi, kerang, siput) sehingga
dapat difungsikan sebagai sumber protein hewani.
7. Arthropoda
Arthropoda merupakan kelompok hewan yang
kaki dan tubuhnya beruas-ruas.Tubuhnya terdiri dari bagian kepala, dada, dan
perut. Memiliki rangka luar (eksoskeleton) dari zat kitin, yang menyebabkan
tubuh Arthropoda kuat dan kaku. Beberapa kelas Arthropoda antara lain
crustacea, myriapoda, arachnida, insecta.36
8. Echinodermata (hewan berkulit duri)
Tubuh Echinodermata radial simetris,
permukaannya ditutupi oleh kulit berduri, memiliki 5 lengan tersusun radier.
Celah mulutnya di bagian sentral. Habitat Echinodermata di laut. Sistem
pencernaannya lengkap berupa mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Pergerakan
dilakukan dengan bantuan kaki ambulakral. Klasifikasi echinodermata antara lain:
Kelas Asteroidea (bintang laut), Echinoidea (landak laut), Ophiuroidea
(bintang ular laut), Holothuroidea (mentimun laut), Crinoidea (leli laut).
Dalam ekosistem laut hewanhewan Echinodermata sangat membantu dalam proses
biodegradasi sampah organik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Latar
dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri
2 Labi Api kelas X IPS II. Pelaksanaan di kelas tersebut karena siswa kelas X IPS
2 sangat hiperaktif dalam bermain namun kurang berminat dalam belajar yang
diketahui dengan menurunnya respon siswa terhadap materi yang disampaikan guru,
aktivitas siswa yang senang bercanda, dan penguasaan konsep yang lebih rendah
dibanding kelas-kelas X MIA lainnya.
Subyek dalam
penelitian ini adalah siswa Kelas X IPS II SMA 2 Labu Api yang berjumlah 18
orang. Obyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: a) minat belajar
siswa, dan b) hasil belajar siswa, dan c) respon siswa terhadap proses
pembelajaran Biologi dengan penerapan metode Index Card
Match.
B. Rancangan
Penelitian
Penelitian
ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka prosedur penelitian ini
sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam suatu
proses berdaur/bersiklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kemmis S. dan M.C.
Tanggrat (dalam Karniti 2002:15) yang menyatakan bahwa PTK adalah siklus
refleksi diri yang berbentuk spiral dalam rangka melakukan proses perbaikan
terhadap kondisi yang ada mencarikan solusi dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dan dalam rangka menemukan cara-cara baru yang lebih baik dan lebih
efektif untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada,
penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 3 (tiga) siklus, setiap
siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan 4 (empat) fase, yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan refleksi terhadap
tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus. Namun demikian, keputusan
untuk melanjutkan atau menghentikan penelitian pada akhir siklus tertentu
sepenuhnya bergantung pada hasil yang dicapai pada siklus terakhir. Bila hasil
yang dicapai telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka
penelitian dihentikan dan apabila belum mencapai hasil sesuai dengan yang
diharapkan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Untuk lebih
jelasnya prosedur pelaksanaan, perbaikan pembelajaran dapat diilustrasikan pada
diagram berikut.
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
C. Perencanaan
Berdasarkan temuan yang diperoleh. Disusun perencanaan
perbaikan pembelajaran. Pada tahap ini hal-hal yang perlu disiapkan adalah
sebagai berikut.
1)
Perencanaan perbaikan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP),
2)
Pengembangan materi,
3)
Menyiapkan media pembelajaran,
4)
Menyusun instrumen penelitian.
D. Prosedur
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan tindakan ini
adalah sebagai berikut.
1) Menyiapkan
salam dan mengecek kehadiran siswa,
2) Memberikan
apersepsi terkait dengan materi pelajaran,
3) Menyampaikan
tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilaksanakan,
4) Menayangkan
beberapa gambar invertebata melalui slide
5) Meminta
siswa untuk menyebutkan ciri-ciri dari hewan yang ditampilkan
6)
Membuat suatu permaian
dengan metode Index Card Match dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Membuat potongan-potongan kertas sejumlah peserta
didik yang ada dalam kelas.
b)
Membagi sejumlah
kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c)
Menulis pertanyaan tentang
materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah
disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
d) Menulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat tadi
pada sebagian kertas yang lainnya.
e)
Mengocok semua kertas
sehingga akan tercampur antara soal dengan jawaban.
f)
Member setiap peserta didik
satu kertas.
g)
Menjelaskan bahwa ini adalah
aktivitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta didik akan mendapatkan
soal dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban.
h)
Meminta peserta didik untuk
menemukan pasangan mereka.
i)
Jika sudah ada yang
menemukan pasangan, peserta didik akan duduk berdekatan.
j)
Peserta didik tidak boleh
memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
k)
Setelah semua peserta didik
menemukan pasangan dan duduk berdekatan, soal yang diperoleh dengan kertas di
tanyakan pasangan yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh
pasangan-pasangan yang lain.
l)
Akhiri proses ini dengan
membuat klarifikasi dan kesimpulan.
7)
Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan melalui
lembar observasi,
8) Melaksanakan
evaluasi akhir,
9) Bersama
siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan
10) Menutup
pelajaran dan memberikan tindak lanjut.
Observasi dilakukan selama
tindakan berlangsung dari awal sampai akhir. Observasi bertujuan mengetahui
kekurangan dan kelebihan yang terjadi selama tindakan. Kekurangan dan kelebihan
yang ditemukan bisa dijadikan
sebagai pedoman dalam tindakan berikutnya agar tidak terjadi kesalahan yang
sama. Evaluasi dilakukan setelah tindakan berlangsung. Evaluasi bertujuan
mengetahui nilai siswa berdasarkan pedoman kriteria penilaian. Hasil yang
diperoleh ini dapat dijadikan umpan balik dalam menentukan rencana selanjutnya.
Observasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1.
Mengamati keaktifan siswa dalam melaksanakan pembelajaran Biologi. Karena siswa yang aktif
menandakan bahwa mereka berminat dalam mengikuti pembelajaran tersebut.
2. Memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.
E. Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk merenungkan dan
mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar Biologi pada mata
pelajaran Invertebrata dan keaktifan belajar siswa. Hasil renungan dan kajian
tindakan siklus I ini, selanjutnya dipikirkan untuk dicari dan ditetapkan
beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dan keaktifan belajar dalam mata pelajaran Biologi.
Alternatif ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan
dalam penelitian tindakan siklus II.
F. Instrumen
pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif. Jumlah
soal sebanyak 10 butir dan masing-masing diberi skor 1, essay sebanyak 5 butir,
masing-masing diberi skor 2. Selain itu menggunakan lembar observasi siswa
untuk mengetahui keaktifannya. Lembar observasi untuk siswa adalah sebagai
berikut.
Lembar
Observasi Siswa
No
|
Aspek
|
||||||||||||||||||||||||||
Perhatian Siswa
|
Keberanian berpendapat
|
Menghargai Pendapat
|
Pelaksanaan Tugas
|
Keberanian Menjawab
|
|||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
Keterangan:
Sangat
aktif
: 5
Aktif
: 4
Cukup
aktif
: 3
Kurang
aktif
: 2
Sangat
kurang aktif : 1
G. Teknik
analisis data
Untuk mengumpulkan data diperlukan nilai siswa yang diperoleh melalui
penilaian proses dan hasil. Setelah data terkumpul, maka data tersebut diolah
dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mencari tingkat keaktifan, Mean
(M), hasil belajar, dan ketuntasan belajar.
1.
Tingkat keaktifan dapat diperoleh dengan menghitung
rata-rata persentase dan membandingkan dengan kriteria PAP skala lima.
M (%) =
Keterangan:
M (%) = Angka rata-rata persen
M = Angka
rata-rata skor siswa
Smi = Skor maksimal
ideal
(Agung, 1998:8)
PAP Skala 5 Keaktifan Belajar
Persentase
|
Kriteria
Keaktifan Belajar IPS
|
90 – 100
|
Sangat
aktif
|
80 – 89
|
Aktif
|
65 – 79
|
Cukup
aktif
|
55 – 64
|
Kurang
aktif
|
0 – 54
|
Sangat
kurang aktif
|
2.
Dalam menilai hasil pembelajaran Biologi digunakan
nilai dengan skala 0 – 100, nilai yang diperoleh siswa berdasarkan lembar
observasi dan hasil tes siswa.
Kriteria keberhasilan siswa adalah sebagai berikut.
1. Menghitung
rata-rata skor siswa dengan mencari Mean (M) dengan rumus (Nurkancana, 2002:174)
ẋ=
keterangan :
ẋ = rata-rata
X = jumlah seluruh nilai
N = jumlah siswa
2. Untuk
menentukan tingkat hasil belajar siswa, digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
Rh
= Angka rata-rata persen
M
= Angka rata-rata
Smi =
Skor maksimal ideal
Sutrisno Hadi, (dalam Arbawa, 2000:12)
3.
Menghitung ketuntasan belajar mengacu pada buku
pedoman pelaksanaan kurikulum SMA.
Ketuntasan Belajar
Keterangan:
KB =
Ketuntasan belajar
n ≥ 75 = Banyak
siswa yang memperoleh nilai 75 keatas
N =
Jumlah siswa
(Departemen Pendidikan Nasional, 2002:15)
Hasil analisis yang diperoleh selanjutnya
dikonversikan dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Kriteria PAP skala 5
Persentase
|
Kriteria Hasil
Belajar
|
Kriteria
Keaktifan Belajar IPS
|
90 – 100
|
Sangat tinggi
|
Sangat aktif
|
80 – 89
|
Tinggi
|
Aktif
|
65 – 79
|
Sedang
|
Cukup Aktif
|
55 – 64
|
Rendah
|
Kurang aktif
|
0 – 54
|
Sangat rendah
|
Sangat kurang aktif
|
H. Peyiapan
partisipan
I. Jadwal
penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Pius
A.Partanto, M.Dahlan al-Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya :
Arkola.
Hadari, Nawawi. 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas
Sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta :
Rineka Cipta.
Rineka Cipta.
Jhon M.
Echols dan Hasan Shadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Syah,
Muhibbin. 2001. Psikology Belajar.
Jakarta: logos Wacana Ilmu.
Sadirman
A. M. 2003. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
EmoticonEmoticon