Tuesday, September 26, 2017

contoh proposal "PTK" untuk mata pelajaran Biologi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah rendahnya kualitas hasil dan proses belajar yang dicapai siswa. Rendahnya kualitas hasil belajar ditandai oleh pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi kompetensi yang dituntut kurikulum. Proses belajar yang kurang menyenangkan menjadi salah satu faktor rendahnya hasil belajar siswa, karena kurang meningkatnya minat siswa dalam belajar. Sehingga kompetensi yang diharapkan kurang tercapai. Sementara kompetensi yang dituntut oleh kurikulum harus mencangkup 3 ranah, tidak boleh salah satu, dua, atau bahkan ketiga ranah tersebut yang tidak tercapai melainkan semuanya harus tercapai. Ketiga ranah yang diharapkan yaitu adanya perpaduan antara afektif, psikomotorik, dan kognitif yang terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh McAshan dalam Mulyana (2005 : 45) bahwa kompetensi itu adalah “a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieve, which became part of his or her being to the exent he or she can satisfatorily perform particular cognitive, affective, and pshycomotor behaviors”. Menurut McAshan, kompetensi itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitip, afektif, dan psikomotoriknya.
Dari pendapat tersebut, ini berarti kompetensi bukan hanya sekadar akumulasi dari sejumlah ranah saja akan tetapi juga pengembangan dari ketiga ranah tersebut yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang tercermin dalam prilaku kehidupan. Sehingga mata pelajaran khususnya biologi bukan hanya sekadar pelajaran yang harus dihafal, tetapi bagaimana materi pelajaran yang dipelajari dapat mengembangkan sikap dan kemampuan tertentu sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa secara optimum.
Kelemahan proses belajar khususnya dalam pelajaran biologi, dapat diidentifikasikan dari rendahnya minat belajar siswa. Hal ini disebabkan karena pengelolaan kelas yang kurang menyenangkan. Pada kenyataannya, beberapa siswa yang hiperaktif (suka bermain) di luar kelas cenderung membuat ulah di dalam kelas ketika proses belajar sedang berlangsung, seperti bercanda dengan teman di dekatnya bahkan melontarkan candaan dengan gurunya sehingga suasana kelas menjadi ribut dan siswa menjadi tidak mempehatikan materi yang sedang diajarkan. Hal ini dapat terjadi karena siswa merasa bosan dengan suasana pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga siswa mencari suasana baru. Kurangnya kemampuan guru dalam membaca atau memahami sikap, situasi, dan kondisi peserta didik akan membiarkan keributan terus terjadi tanpa adanya inovasi baru terutama dalam hal pengelolaan kelas.
Seharusnya, ketika menghadapi siswa yang hiperaktif bermain, sebagai seorang guru yang kreatif perlu memahami sikap yang dimiliki oleh siswa dan perlu merencanakan pembelajaran yang mengandung unsure permainan namun tidak terlepas dari materi pelajaran yang akan diajarkan. Sehingga siswa dapat bermain sambil belajar. Dengan begitu, minat siswa dalam belajar akan meningkat karena suasana belajar menjadi menyenagkan sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
Adanya fenomena di atas, mendorong penulis untuk memperbaiki proses pembelajaran khususnya dalam pengelolaan kelas dalam mata pelajaran Invertebrata dengan menggunakan metode Index Card Match yang dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga dapat menguasai materi pelajaran melalui penelitian tindakan kelas di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api.

B.     Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan, maka rumusan masalah umum penelitian adalah : “Bagaimana meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenagkan sebagai upaya pencapaian kompetensi siswa melalui penggunaan metode Index Card Match pada pelajaran Invertebrata di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api ?
Selanjutnya rumusan masalah umum tersebut dijabarkan pada rumusan masalah khusus sebagai berikut :
1.      Bagaimana merencanakan penggunaan metode Index Card Match untuk meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan sebagai upaya pencapaian kompetensi pada pelajaran Invertebrata di Kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api ?
2.      Bagaimana mengimplementasikan metode Index Card Match sebagai upaya meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan untuk pencapaian kompetensi dalam pelajaran Invertebrata di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api ?
3.      Bagaimana peran guru dan siswa dalam implementasi metode Index Card Match sebagai upaya meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan untuk pencapaian kompetensi dalam pelajaran Invertebata di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api ?

C.    Tujuan penelitian Tindakan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan sebagai upaya pencapaian kompetensi melalui penggunaan metode Role Playing pada mata pelajaran Invertebrata di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Merencanakan penggunaan metode Index Card Match untuk meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan sebagai upaya pencapaian kompetensi pada pelajaran Invertebrata di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api.
2.      Mengimplementasikan metode Index Card Match sebagai upaya meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan untuk pencapaian kompetensi dalam pelajaran Invertebrata di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api.
3.      Menentukan peran guru dan siswa dalam implementasi metode Index Card Match sebagai upaya meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan untuk pencapaian kompetensi dalam pelajaran Invertebata di kelas X IPS II SMA Negeri 2 Labu Api.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diuraikan sebagai berikut :
1.      Untuk guru, diharapkan bermanfaat dalam upaya meningktakan kualitas  pembelajaran khususnya dalam pelajaran Invertebrata di SMA Negeri 2 Labu Api khususnya pada kelas X.
2.      Untuk siswa, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan minat belajar dan meningkatkan pengelolaan kelas sehingga kompetensi dalam mata pelajaran Invertebrata dapat tercapai secera optimal.
E.     Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1.      Index Card Match yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar siswa dengan pengelolaan kelas yang menyenangkan dalam pelajaran Invertebrata di kelas X SMA Negeri 2 Labu Api.
2.      Minat belajar yang tinggi sebagai dampak dan penerapan Index Card Match dapat meningkatkan pencapaian kompetensi dalam pelajaran Invertebrata di kelas X SMA Negeri 2 Labu Api

F.     Ruang Lingkup

G.    Definisi Operasional
Secara operasional, beberapa istilah dapat didefinisikan sebagai berikut :
1.      Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Index Card Match ????
2.      Minta belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ????
3.       




BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Index Card Match Sebagai Salah Satu Metode Pembelajaran
1.      Pengertian metode Index Card Match
Metode berasal dari bahasa Latin meta yang berarti “melalui”, dan hodos yang berarti “jalan ke” atau “cara ke”. Dalam bahasa Arab, metode disebut tariqoh artinya “jalan”, ”cara”, ”sistem” atau “ketertiban” dalam mengerjakan sesuatu. Sebagai suatu istilah, metode berarti suatu system atau cara yang mengatur suatu cita-cita (Sudiyono, 2009).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan.” 2Dengan kata lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
Aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada pada siswa, namun demikian bukanlah berarti peran guru terisihkan, melainkan bertindak sebagai penyampai informasi, tetapi bertindak sebagai pengaruh dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar oleh karena itu metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran haruslah berorientasi pada keaktifan siswa, salah satu metode yang bisa digunakan oleh guru untuk menciptakan keaktifan siswa adalah metode index card match pembiasaan, stimulus atau rangsangan, keteladanan, pemberian hukuman, ceramah, Tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, karya wisata, drill sosiodrama, simulasi kerja lapangan, demonstrasi, kerja kelompok dan lain-lain.
Metode index card match adalah metode yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasan diri sendiri dan seorang siswa memiliki kreatifitas maupun menguasai keterampilan yang diperlihatkan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Ismail, 2008).

2.      Manfaat Metode Index Card Match
Manfaat yang bisa didapat ketika menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan metode index card match adalah guru dapat menciptakan suasana belajar yang mendorong anak-anak untuk saling membutuhkan, inilah yang dimaksud positive interdepence atau saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif ini dapat dicapai melalui ketergantungan tujuan, ketergantungan tugas, ketergantungan sumber belajar, ketergantungan peranan dan ketergantungan hadiah.
Selain itu kelebihan menggunakan metode index card match adalah:
a)      Peserta didik belajar untuk selalu mengambil inisiatif sendiri dalam segala yang diberikan oleh guru.
b)      Dapat memupuk rasa tanggung jawab, karena dari hasilhasil yang dikerjakan dipertanggung jawabkan di depan guru.
c)      Mendorong peserta didik supaya berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan.
d)      Dapat memperdalam pengertian dan menambah keaktifan dan kecakapan siswa.
e)      Hasil belajar akan tahan lama karena pelajaran sesuai dengan dengan minat peserta didik.
f)       Waktu yang digunakan tidak hanya sebatas jam-jam pelajaran di sekolah.
Kekurangan dalam menggunakan metode index card match yaitu:
a)      Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental.
b)      Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui dengan sungguh-sungguh.
c)      Pada kelas yang banyak jumlah sisanya, penerapan metode ini akan banyak menyita waktu, sehingga membutuhkan pembagian waktu yang tepat.
d)      Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan pembelajaran gaya lama, maka akan membutuhkan pembiasaan terlebih dahulu.
e)      Ada kritik, bahwa proses dalam metode ini terlalu berkesan hanya sebuah permainan.
3.      Prinsip Metode Index Card Match
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika guru menerapkan index card match adalah sebagai berikut:
a)      Memahami sifat peserta didik
Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat rasa ingin tahu atau berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir krisis dan kreatif. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang subur bagi berkembangan kedua sifat tersebut.
b)      Mengenal peserta didik secara perorangan
Peserta didik berasal dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan dan garis tercermin dalam pembelajaran. Semua peserta didik dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda dengan kecepatan belajrnya. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya)
c)      Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam berorganisasi belajar.
Peserta didik selaim alami bermain secara berpasangan atau kelompok. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengorganisasian kelas. Dengan berkelompok akan mempermudah mereka untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.
d)      Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mampu memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup adalah memecahkan masalah, untuk itu peserta didik perlu dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk menganalisi masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Jenis pemikiran tersebut sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya.
e)      Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam index card match. Hasil pekerjaan peserta didik sebiknya dipajang di dalam kelas, karena dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja labih baik dan menimbulkn inspirasi bagai peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.
f)       Memanfaatkan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam kelas, karena dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain.
g)      Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar
Lingkungan (fisik, sosial, budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar peserta didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai media belajar
serta objek belajar peserta didik.
h)      Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
Pemberian umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan suatu interaksi antar guru dengan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih mengungkapkan kekuatan dan kelebihan peserta didik dari pada kelemahannya. Umpan balik juga harus dilakukan secara santun dan elegan sehingga tidak meremehkan dan menurunkan motivasi.
i)        Membedakan antara aktif-fisik dengan aktif mental.
Dalam pembelajaran index card match, aktif  secara mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik. Karena itu, aktifitas sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, mengemukakan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.
4.      Langkah-langkah Penerapan Index Card Match
Metode ini adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun, demikian materi baru tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.
Langkah-langkah dalam metode index card match yaitu:
a)      Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas.
b)      Bagi sejumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c)      Tulislah pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
d)      Pada separo kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat.
e)      Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dengan jawaban.
f)       Beri setiap peserta didik satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separo peserta didik akan mendapatkan soal dan separoh yang lain akan mendapatkan jawaban.
g)      Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka.
h)      Jika sudah ada yang menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan.
i)        Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada
teman yang lain.
j)        Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan soal yang diperoleh dengan kertas kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
k)      Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
5.      Ciri-ciri Metode Index Card Match
Index card match merupakan model yang digunakan  pembelajaran aktif dengan jalan meninjau ulang materi dengan ciri-ciri: (Hisyam, 2008)
a)      Metode ini menggunakan kartu
b)      Kartu dibagi menjadi dua yang berisi satu pertanyaan dan satu untuk jawaban
c)      Metode ini dilakukan secara berpasangan
d)     Setiap pasanagan membacakan pertanyaan dan jawaban
B.     Minat Belajar Siswa
Dalam pengertian terminologis, pada kalimat minat belajar, terdapat dua istilah masing-masing mempunyai pengertian sendiri-sendiri, yaitu istilah minat belajar dan istilah belajar. Pengertian tentang kedua kata tersebut perlu dijelaskan terlebih dahulu sebelum kemudian mendefinisikan istilah minat belajar yang harus kita mulai dari kata minat.
Minat dalam bahasa Inggrisnya interest,21 dalam bahasa Arabnya ihtimaam.Dapat diartikan sebagai suatu kecendrungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas, atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam bahasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan perhatian subyek, ada usaha untuk mendekati, mengetahui, memiliki, menguasai, atau berhubungan dari subyek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya penarik dari obyek.
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang definisi minat, diantaranya yaitu:
1.      H. C. Witherington dalam bukunya psikologi pendidikan mengartikan minat berarti kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
2.      Muhibbin Syah dalam psikologi belajar mengartikan kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
3.      Sadirman A. M dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar mengajar mengartikan minat sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau  kebutuhankebutuhannya sendiri.
4.      Menurut Crow and Crow minat itu diartikan sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberikan perhatiankepada seseorang, atau kepada aktivitas-aktivitas tertentu.
Dari beberapa pengertian minat di atas dapat diungkapkan beberapa hal penting tentang minat yaitu:
1.      Minat merupakan bagian dari aspek-aspek psikologis atau kejiwaan seseorang.
2.      Minat sebagai bagian dari aspek psikologis seseorang yang menampakkan diri pada bermacam-macam gejala, seperti perasaan senang, kecendrungan hati atau ketertarikan, keinginan, kesukaan, gairah, perhatian, kesadaran seseorang akan pentingnya sesuatu, rasa ingin tahu tentang sesuatu, partispasi.
Setiap individu mempunyai kecendrungan fundamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya, kemungkinan ia akan berminat terhadap sesuatu itu.
Pada dasarnya minat adalah suatu sifat yang melekat pada diri manusia yang berfungsi sebagai pendorong untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Keinginan atau minat dan kemauanatau kehendak sangat mempengaruhi kwalitas pencapaian hasil belajar siswa yang menaruh minat besar terhadap Biologi akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara membangun sifat-sifat yang positif.
Menurut Nuckols dan banducci sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Wahid menjelaskan bahwa fungsi minat bagi kehidupan anak adalah sebagai berikut:
1.      Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Misalnya anak yang berminat dalam bidang kesehatan maka kemungkinan besar anak akan mempunyai cita-cita menjadi
seorang dokter.
2.      Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai pelajaran biasa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang
hujan.
3.      Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang.
4.      Minat yang terbentuk sejak masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat dapat membawa kepuasan.
Fungsi minat dalam kaitannya dalam pelaksanaan studi adalah:
1.      Minat melahirkan perhatian serta merta
Perhatian yang serta merta terjadi secara sepontan, bersifat wajar mudah bertahan dan tumbuh tanpa pemakaian daya kemauan dalam diri seseorang.
2.      Minat memudahkan tercapainya konsentrasi
Minat memudahkan tercapainya konsentrasi dalam pikiran seorang siswa yaitu pemusatan pikiran terhadap suatu pelajaran. Jadi tanpa adannya minat maka konsentrasi  terhadap pelajaran juga sulit dikembangkan dan dipertahankan.
3.      Minat mencegah gangguan dari luar
Seorang siswa akan mudah terganggu perhatiannya dan sering mengalihkan perhatiannya ke suatu hal yang lain kalau minat studinya rendah.
4.      Minat memperkuat pelekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
Pengingatan seorang siswa itu hanya akan terlaksana kalau siswa berminat terhadap pelajarannya.
5.      Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri.31
Kejemuan melakukan sesuatu hal biasanya lebih banyak berasal dari dalam diri sendiri dibandingkan dari luar dirinya. Oleh karena itu, salah satu cara agar kebosanan itu bisa dihapus yaitu dengan jalan menumbuhkan minat studi dan kemudian meningkatkan minat tersebut.
C.    Pengelolaan Kelas
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “Management“. Karena terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut kedalam Bahasa Indonesia, maka istilah Inggris tersebut kemudian di Indonesiakan menjadi “Manajemen“. Arti dari Manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan. Maka, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.
Hadari Nawawi juga memandang kelas dari dua sudut, yakni :
1.      Kelas dalam arti sempit : ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti Proses Belajar Mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis
masing-masing.
2.      Kelas dalam arti luas : suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Hadari Nawawi berpendapat bahwa Manajemen Kelas diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
Manajemen Kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimumkan efisiensi, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul.
Tujuan Manajemen Kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan, baik secara umum maupun khusus. Secara umum tujuan Manajemen Kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas (Syaiful, 2000). Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi para siswa.
Adapun tujuan dari Manajemen Kelas adalah sebagai berikut :
1.      Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2.      Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan/ perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
3.      Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalahmasalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Jadi, Manajemen Kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi didalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian, dengan Manajemen Kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
D.    Kompetensi
Menurut Wibowo (2012), pengertian Kompetensi merupakan kemampuan melaksanakan pekerjaan atau tugas yang didasari ketrampilan maupun pengetahuan dan didukung oleh sikap kerja yang ditetapkan oleh pekerjaan. Kompetensi menunjukan pengetahuan, ketrampilan dan sikap tertentu dari suatu profesi dalam ciri keahlian tertentu, yang menjadi ciri dari seorang profesional.
Kompetensi secara harfiah berasal dari kata competence, yang berarti kemampuan, wewenang dan kecakapan. Dari segi etimologi, kompetensi berarti segi keunggulan, keahlian dari perilaku seseorang pegawai atau pemimpin yang mana punya suatu pengetahuan, perilaku dan ketrampilan yang baik. Karakteristik dari kompetensi yaitu sesuatu yang menjadi bagian dari karakter pribadi dan menjadi bagian dari prilaku seseorang dalam melaksanakan suatu tugas pekerjaan (Mangkunegara, 2007).

E.     Mata Pelajaran Invertebrata di SMA
Hewan invertebrata terdiri dari dua golongan, yaitu Protozoa dan Metazoa. Protozoa adalah hewan bersel satu, sedangkan Metazoa adalah hewan bersel banyak. Kebanyakan ahli biologi menggolongkan Protozoa bersama-sama dengan alga dalam kingdom Protista. Metazoa meliputi Porifera, Ctenophora, Cnidaria, Platyhelminthes, Nematoda, Annelida,
Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata digolongkan dalam dunia hewan, dengan ciri-ciri umum multiseluler, heterotof, eukariotik, tidak berdinding sel, tidak berklorofil, hidup di darat maupun di air.
1.      Porifera
Porifera merupakan metazoa, permukaan tubuhnya berpori, dan hidup dalam air, terutama di laut. Bentuk tubuh seperti vas bunga atau tabung. Dilihat dari jumlah lapisan
jaringan embrionalnya Porifera tergolong diploblastik. Porifera bersifat hermaprodit, koanosit menghasilkan spermatozoid dan amoebosit menghasilkan ovum. Menurut bahan penyusun spikulanya, Porifera dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu: Calcarea, Hexactinellida, Demospongia. Sisa spons dari Spongilla sp, maupun Euspongia sp sering dimanfaatkan sebagai spons penggosok mandi, atau spons penggosok untuk membersihkan kaca.
2.      Coelenterata
Berdasarkan lapisan jaringan embrionya Coelenterata masih tergolong diploblastik. Coelenterata hanya memiliki satu lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus sebagai anus. Pada lapisan epidermis terdapat sel-sel khusus yang dapat menghasilkan sengat. Sengat ini berfungsi untuk melumpuhkan mangsa atau membela diri saat menghadapi musuh. Coelenterata dapat berkembang biak secara aseksual dan seksual. Coelenterata terdiri dari tiga kelas, yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, Anthozoa.
3.      Platyhelminthes
Platyhelminthes disebut juga cacing pipih. Tubuh pipih, simetri bilateral, terdapat bagian anterior (depan) dan posterior (belakang). Cacing pipih bersifat triploblastik, artinya memiliki tiga lapisan jaringan embrional, yakni epidermis m(lapisan luar), mesodermis (lapisan tengah), dan endodermis (lapisan dalam). Klasifikasi Filum Platyhelminthes terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Kebanyakan Platyhelminthes merugikan karena bersifat parasit, baik pada manusia maupun hewan ternak (domba, sapi, babi).
4.      Nemathelminthes (cacing gilig)
Nama lain Nemathelminthes adalah Nematoda. Cacing yang tergolong dalam filum Nemathelminthes bentuk tubuhnya gilig (bulat panjang), bilateral simetris, tidak bersegmen, triploblastik, dan memiliki rongga tubuh semu (pseudoselomata). Filum Nemathelminthes terdiri dari dua kelas, yaitu: Aphasmidia dan Phasmidia Banyak cacing Nemathelminthes yang merugikan, karena parasit pada manusia dan hewan dapat menyebabkan ascariasis, filariasis, trichinosis, dan anemia.
5.      Annelida
Cacing yang tergolong dalam Annelida tubuhnya bersegmen, triploblastik, selomata
(memiliki rongga tubuh yang sebenarnya). Habitat Annelida tersebar
di darat, air tawar, maupun di laut. Sebagian hidup bebas, beberapa di antaranya ada yang hidup sebagai parasit. Filum Annelida terdiri dari tiga kelas, yakni Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinae.
6.      Mollusca
Mollusca disebut juga binatang lunak. Tubuh Mollusca pada dasarnya bersifat bilateral simetris, terbungkus dalam cangkang berkapur dari sekretnya sendiri. Tubuh diselubungi mantel, yang membatasi tubuh dengan cangkangnya. Mollusca terdiri dari 7 kelas, yaitu Aplacophora, Monoplacophora, Polyplacophora, Scaphopoda, Gastropoda, Cephalopodadan Pelecypoda. Banyak hewan Mollusca yang dagingnya dapat dimakan (cumi-cumi, kerang, siput) sehingga dapat difungsikan sebagai sumber protein hewani.
7.      Arthropoda
Arthropoda merupakan kelompok hewan yang kaki dan tubuhnya beruas-ruas.Tubuhnya terdiri dari bagian kepala, dada, dan perut. Memiliki rangka luar (eksoskeleton) dari zat kitin, yang menyebabkan tubuh Arthropoda kuat dan kaku. Beberapa kelas Arthropoda antara lain crustacea, myriapoda, arachnida, insecta.36
8.      Echinodermata (hewan berkulit duri)
Tubuh Echinodermata radial simetris, permukaannya ditutupi oleh kulit berduri, memiliki 5 lengan tersusun radier. Celah mulutnya di bagian sentral. Habitat Echinodermata di laut. Sistem pencernaannya lengkap berupa mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Pergerakan dilakukan dengan bantuan kaki ambulakral. Klasifikasi echinodermata antara lain: Kelas Asteroidea (bintang laut), Echinoidea (landak laut), Ophiuroidea (bintang ular laut), Holothuroidea (mentimun laut), Crinoidea (leli laut). Dalam ekosistem laut hewanhewan Echinodermata sangat membantu dalam proses biodegradasi sampah organik.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Latar dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Labi Api kelas X IPS II. Pelaksanaan di kelas tersebut karena siswa kelas X IPS 2 sangat hiperaktif dalam bermain namun kurang berminat dalam belajar yang diketahui dengan menurunnya respon siswa terhadap materi yang disampaikan guru, aktivitas siswa yang senang bercanda, dan penguasaan konsep yang lebih rendah dibanding kelas-kelas X MIA lainnya.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X IPS II SMA 2 Labu Api yang berjumlah 18 orang. Obyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: a)  minat belajar siswa, dan b)  hasil belajar siswa, dan c) respon siswa terhadap proses pembelajaran Biologi dengan penerapan metode Index Card Match.
B.     Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka prosedur penelitian ini sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam suatu proses berdaur/bersiklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kemmis S. dan M.C. Tanggrat (dalam Karniti 2002:15) yang menyatakan bahwa PTK adalah siklus refleksi diri yang berbentuk spiral dalam rangka melakukan proses perbaikan terhadap kondisi yang ada mencarikan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan dalam rangka menemukan cara-cara baru yang lebih baik dan lebih efektif untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada, penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 3 (tiga) siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan 4 (empat) fase, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus. Namun demikian, keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan penelitian pada akhir siklus tertentu sepenuhnya bergantung pada hasil yang dicapai pada siklus terakhir. Bila hasil yang dicapai telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian dihentikan dan apabila belum mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Untuk lebih jelasnya prosedur pelaksanaan, perbaikan pembelajaran dapat diilustrasikan pada diagram berikut.
Image result for gambar siklus ptk
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

C.    Perencanaan
Berdasarkan temuan yang diperoleh. Disusun perencanaan perbaikan pembelajaran. Pada tahap ini hal-hal yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut.
1)      Perencanaan perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
2)      Pengembangan materi,
3)      Menyiapkan media pembelajaran,
4)      Menyusun instrumen penelitian.
D.    Prosedur Pelaksanaan tindakan dan pengamatan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan tindakan ini adalah sebagai berikut.
1)      Menyiapkan salam dan mengecek kehadiran siswa,
2)      Memberikan apersepsi terkait dengan materi pelajaran,
3)      Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilaksanakan,
4)      Menayangkan beberapa gambar invertebata melalui slide
5)      Meminta siswa untuk menyebutkan ciri-ciri dari hewan yang ditampilkan
6)      Membuat suatu permaian dengan  metode Index Card Match dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a)      Membuat  potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas.
b)      Membagi sejumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c)      Menulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
d)     Menulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat tadi pada sebagian kertas yang lainnya.
e)      Mengocok semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dengan jawaban.
f)       Member setiap peserta didik satu kertas.
g)      Menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta didik akan mendapatkan soal dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban.
h)      Meminta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka.
i)        Jika sudah ada yang menemukan pasangan, peserta didik akan duduk berdekatan.
j)        Peserta didik tidak boleh memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
k)      Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan, soal yang diperoleh dengan kertas di tanyakan pasangan yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
l)        Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
7)      Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan melalui lembar observasi,
8)      Melaksanakan evaluasi akhir,
9)      Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan
10)  Menutup pelajaran dan memberikan tindak lanjut.
Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung dari awal sampai akhir. Observasi bertujuan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terjadi selama tindakan. Kekurangan dan kelebihan yang ditemukan bisa dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan berikutnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama. Evaluasi dilakukan setelah tindakan berlangsung. Evaluasi bertujuan mengetahui nilai siswa berdasarkan pedoman kriteria penilaian. Hasil yang diperoleh ini dapat dijadikan umpan balik dalam menentukan rencana selanjutnya. Observasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1.      Mengamati keaktifan siswa dalam melaksanakan pembelajaran Biologi. Karena siswa yang aktif menandakan bahwa mereka berminat dalam mengikuti pembelajaran tersebut.
2.      Memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

E.     Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar Biologi pada mata pelajaran Invertebrata dan keaktifan belajar siswa. Hasil renungan dan kajian tindakan siklus I ini, selanjutnya dipikirkan untuk dicari dan ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan belajar dalam mata pelajaran Biologi. Alternatif ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam penelitian tindakan siklus II.
F.     Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif. Jumlah soal sebanyak 10 butir dan masing-masing diberi skor 1, essay sebanyak 5 butir, masing-masing diberi skor 2. Selain itu menggunakan lembar observasi siswa untuk mengetahui keaktifannya. Lembar observasi untuk siswa adalah sebagai berikut.
Lembar Observasi Siswa
No
Aspek

Perhatian Siswa
Keberanian berpendapat
Menghargai Pendapat
Pelaksanaan Tugas
Keberanian Menjawab

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5










Keterangan:
Sangat aktif                 : 5
Aktif                           : 4
Cukup aktif                 : 3
Kurang aktif                : 2
Sangat kurang aktif     : 1

G.    Teknik analisis data
Untuk mengumpulkan data diperlukan nilai siswa yang diperoleh melalui penilaian proses dan hasil. Setelah data terkumpul, maka data tersebut diolah dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mencari tingkat keaktifan, Mean (M), hasil belajar, dan ketuntasan belajar.
1.      Tingkat keaktifan dapat diperoleh dengan menghitung rata-rata persentase dan membandingkan dengan kriteria PAP skala lima.
M (%) =  
Keterangan:
M (%) = Angka rata-rata persen
M        = Angka rata-rata skor siswa
Smi     = Skor maksimal ideal
(Agung, 1998:8)
PAP Skala 5 Keaktifan Belajar
Persentase
Kriteria Keaktifan Belajar IPS
90 – 100
Sangat aktif
80 – 89
Aktif
65 – 79
Cukup aktif
55 – 64
Kurang aktif
0 – 54
Sangat kurang aktif

2.      Dalam menilai hasil pembelajaran Biologi digunakan nilai dengan skala 0 – 100, nilai yang diperoleh siswa berdasarkan lembar observasi dan hasil tes siswa.
Kriteria keberhasilan siswa adalah sebagai berikut.
1.      Menghitung rata-rata skor siswa dengan mencari Mean (M) dengan rumus  (Nurkancana, 2002:174)
ẋ=
keterangan :
ẋ = rata-rata
X = jumlah seluruh nilai
N = jumlah siswa
2.      Untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa, digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
Rh          = Angka rata-rata persen
M            = Angka rata-rata
Smi         = Skor maksimal ideal
Sutrisno Hadi, (dalam Arbawa, 2000:12)

3.      Menghitung ketuntasan belajar mengacu pada buku pedoman pelaksanaan kurikulum SMA.
Ketuntasan Belajar
Keterangan:
KB         = Ketuntasan belajar
n ≥ 75     = Banyak siswa yang memperoleh nilai 75 keatas
N             = Jumlah siswa
(Departemen Pendidikan Nasional, 2002:15)
Hasil analisis yang diperoleh selanjutnya dikonversikan dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Kriteria PAP skala 5
Persentase
Kriteria Hasil Belajar
Kriteria Keaktifan Belajar IPS
90 – 100
Sangat tinggi
Sangat aktif
80 – 89
Tinggi
Aktif
65 – 79
Sedang
Cukup Aktif
55 – 64
Rendah
Kurang aktif
0 – 54
Sangat rendah
Sangat kurang aktif

H.    Peyiapan partisipan

I.       Jadwal penelitian



DAFTAR PUSTAKA

Pius A.Partanto, M.Dahlan al-Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola.
Hadari, Nawawi. 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta :
Rineka Cipta.
Jhon M. Echols dan Hasan Shadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Syah, Muhibbin. 2001. Psikology Belajar. Jakarta: logos Wacana Ilmu.
Sadirman A. M. 2003. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon