PROPOSAL
ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL
AYAT-AYAT CINTA 2
KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY DAN
KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SMA
Oleh:
RINA
KARLINA E1C114094
KELAS
VI/D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
PENDAHULUAN
Novel adalah salah satu bentuk karya
sastra. Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan
pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat
kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional. Sebuah karya
sastra yang baik tidak hanya dipandang sebagai rangkaian kata tetapi juga
ditentukan oleh makna yang terkandung di dalamnya dan memberikan pesan positif
bagi pembaca.
Novel
dalam arti umum belarti cerita berbentuk prosa, dalam ukuran yang luas yaitu
cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak, dan setting
cerita yang beragam. Novel juga dapat diartikan sebagai karya fiksi yang
dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja
dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan
peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan
terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra khususnya novel hadir.
Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangan sebuah
cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel
yang sangat bagus.
Salah satu jenis karya sastra adalah novel.
Novel yang baik dan menarik adalah novel yang mampu memikat hati pembaca dan
memberikan banyak inspirasi bagi para pembacanya. Novel ayat-ayat cinta 2 karya
Habiburahman El-Shirazy merupakan novel yang menarik untuk dibaca oleh siapapun
karna menyajikan cerita yang sangat menarik. Novel ayat-ayat cinta 2 merupakan
novel yang dapat memberikan inspirasi bagi pembaca, hal itu belarti ada nilai-nilai
positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan
sehari-hari mereka, khususnya dalam hal pendidikan. Novel karya Habiburrahman
El-Shirazy tersebut mengandung nilai-nilai yang sangat perlu diketahui oleh
generasi sekarang, terutama nilai pendidikannya. Nilai pendidikan seperti cara
bergaul, berfikir, bersikap, dan
berbicara yang tercermin dalam prilaku para tokoh ataupun gambaran pengarang.
Nilai pendidikan yang dimaksud diantaranya adalah nilai pendidikan moral,
pendidikan religious, dan pendidikan sosial. Selain itu, dalam menyajikan
cerita Habiburrahman El-Shirazy juga sangat kreatif mempergunakan dan mengolah
bahasa. Novel ayat-ayat cinta 2 ini menggunakan bahasa yang indah dan sangat
menarik.
. Gaya bahasa merupakan salah satu unsur
yang menarik dalam sebuah bacaan yang menggunakan bahasa yang unik dan menarik
sehingga menimbulkan kesan tertentu dalam karya sastra. Setiap penulis memiliki
gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas, dan
citraan pola rima matra yang digunakan seseorang sastrawan atau yang terdapat
dalam sebuah karya sastra.
Selain gaya bahasa sebagai unsur intrinsik
suatu karya sastra (novel), terdapat pula unsur ektrinsik yaitu aspek
pendidikan. Karya sastra pada umumnya tidak hanya berfungsi sebagai sarana
hiburan, penyalur pikiran, dan perasaan bagi penutur dan pendengarannya atau
penulis dan pembacanya, tetapi juga berfungsi sebagai alat pencerminan sikap,
pandangan, dan tingkah laku seseorang atau kelompok. Karya sastra dapat
diarahkn sebagai media pendidikan. Hal ini sangat penting, karena media
pendidikan merupakan alat mencapai
tujuan pendidikan. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mapu
mencerminkan prinsip kemanusiaan. Hal ini tentunya berkaitan dengan nilai-nilai
dan norma dalam kehidupan sehari-hari manusia yang harus dihadapi oleh semangat
cerdas, berakal dan berfikir, pembelajaran sastra di sekolah dimaksudkan utuk
meningkatkan kemapuan siswa mengapresiasi sastra. Tujuan itu berkaitan erat
dengan latihan mempertajam perasaan-perasaan, penalaran, dan khayal, serta
kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup.
Terkait juga dengan unsur intrinsik dan
ektrinsik pada pendidikan, dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan terdapat
materi pelajaran yang membahas tentang sastra(novel). Hal ini dapat dilihat
pada kompetensi Dasar “menganalisis unsur-unsur intrinsik (alur, tema, tokoh
dan penokohan, gaya bahasa, sudut pandang, latar, dan amanat) dan ekstrinsik
(nilai pendidikan moral, religious, sosial dan lain-lain) novel Indonesia atau
terjemahan” dengan indikator menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia. Hal inilah yang coba dihubungkan oleh peneliti melalui analisis gaya
bahasa dan aspek pendidikan dalam novel ayat-ayat cinta 2 karya Habibirrahman
El-shirazy, analisis mengenai gaya bahasa dan aspek pendidikan dalam novel
ayat-ayat cinta karya Habiburrahman El-Shirazy juga diharapkan dapat digunakan
sebagai pelengkap ataupun sarana pembaharuan materi ajar di SMA.
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan di atas, penulis mencoba mengkaji novel ini dengan judul analisis
gaya bahasa novel ayat-ayat cinta 2 karya Habiburrahman El- Shirazy kaitannya
dalam pembelajaran sastra SMA.
1.1 Kajian Teori
1.1.1 Novel Ayat-Ayat Cinta 2
1.1.1.1 Pengertian Novel
Kata
novel berasal dari bahasa Latin novellas, yang berbentuk dari kata novus yang
belarti baru. Dikatakan baru karena bila dibandingkan dengan jenis-jenis sastra
lainya seperti puisi, drama, dan lain-lain maka jenis novel ini muncul
kemudian. Novel diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih
pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada ceritapendek, yang
isinya hanya mengungkapkan suatukejadian penting, menarik dari kehidupan
seseorang secara singkat dan yang pokok-pokok saja( Santoso dan Wahyuningsih,
2010:46).
Novel dalam arti umum belarti cerita
berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema
kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam. Sumarjono (
dalam Santoso dan Wahyuningsih, 2010: 47) mengatakan bahwa novel adalah produk
masyarakat. Novel berada di masyarakat karena novel berbentuk oleh anggota
masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat,
Faruk (dalam Wijaya Heru, 2012:4). Novel merenungkan dan melukiskan realitas
yang dilihat, dirasakandalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau
ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.
Berdasarkan uraian-uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya sastra imajinatif yang mengisahkan
permasalahan kehidupan seseorang atau beberapa tokoh dengan unsure intrinsic
dan ekstrinsik sebagai pelengkap keutuhannya. Cerita fiktif tidak hanya sebagai
cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang
adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan.
Novel memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Menceritakan
sebagian kehidupan yang luar biasa.
2. Terjadinya
konflik hingga menimbulkan perubahan nasib.
3. Terdapat
beberapa alur atau jalan cerita.
4. Terdapat
beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita.
5. Perwatakan
dan penokohan dilukiskan secara mendalam.
1.1.1.2
Jenis-jenis novel
Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel
mencerminkan karangan tema dan kreativitas dari sastrawan yang tidak lain
adalah pengarang novel. Nurgiyanto (2012:16) membedakan novel menjadi dua yaitu
novel populer dan novel serius.
1). Novel Populer
Sebutan
novel populer atau novel pop mulai merebak sesudah suksesnya novel karmila dan cintaku di kampus biru pada tahun 70-an. Setelah itu, setiap novel
hiburan,tidak peduli mutunya, disebut juga sebagai novel populer atau novel
pop. Kata ‘pop’ erat diasosiasikan dengan kata ‘populer’, mungkin karena
novel-novel itu sengaja dituliskan untuk selera populer yang kemudian dikemas
dan dijajankan sebagai suatu barang dagangan populer, dan kemudian dikenal
sebagai bacaan populer,Karyam (dalam Nurgiyanto,2012: 17).
Novel
populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya,
khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang actual
dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel tidak
menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha
meresapihakikat kehidupan. Sebab, jika demikian halmnya, novel populer akan
menjadi berat, dan berubah menjadi novel serius, dan boleh jadi akan
ditinggalkan oleh pembacanya. Oleh
karena itu, novel populer pada umumnya hanya bersifat sementara, cepat
ketinggalan zaman, dan tidak memksa orang untuk membacanya sama sekali. Novel
tersebut biasanya cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel
baru yang lebih populer pada masa sesudahnya ( Nurgiyanto,2012: 17).
2). Novel Serius
Di
dalam novel serius pengalaman dan permasalahan ditampilkan dan diungkapkan
sampai keinti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Novel serius disamping
memberikan hiburan, juga memberikan pengalaman yang berharga ke pada pembaca
atau paling tidak mengajaknya untuk mencapai dan merenungkan secarah lebih
sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. Novel serius biasanya
berusaha mengungkapkan sesuatu yang
baru dengan cara pengucapan yang baru pula ( Nurgiyanto, 2012: 19).
Membaca
novel serius biasanya diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai
kmauan untuk memahaminya dengan baik. Novel serius mengambil realitas kehidupan
ini sebagai model. Kemudian menciptakan sebuah dunia baru lewat penampilan
cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus. Masalh percintaan banyak juga
diangkat dalam novel serius. Namun, itu bukan satu-satunya masalah yang penting
dan menarik untuk di ungkap.
Masalah
kehidupan amat kompleks, bukan sekedar cinta asmara, melainkan juga hubungan
sosial, ketuhanan, maut, takut, cemas, dan bahkan masalah cinta itu pun dapat
diajukan terhadap berbagai hal, misalnya cinta kepada orang tua, saudara, tanah
air, dan lain-lain. Masalah percintaan dalam fiksi memang tampak penting,
terutama untuk memperlancar cerita. Namun, barangkali masalah pokok yang ingin
diungkap pengarang justru diluar percintaan itu sendiri ( Nugiyanto, 2012:19).
1.1.1.3 Struktur
Novel
Suatu karya
sastra memiliki unsure-unsur yang membentuknya, yaitu unsure intrinsic dan
unsure ekstrinsik. Adapun unsure yang termasuk ke dalam unsure intrinsik adalah
tema, tokoh, dan penokohan, latar atau setting, alur atau plot, sudut pandang,
gaya bahasa, dan amanat. Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai
unsure-unsur intrinsic novel.
1.
Tema
Tema cerita merupakan hal yang sangat
mendasar dari suatu cerita, karena suatu serita tidak akan berhasil tanpa
menyertakan tema. Menurut Stanton dan Kenny (dalm Nurgiyanto,2012:67), tema
merupakan makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Untuk menentukan makna dalam
sebuah novel, perlu adanya kejelasan pengertian tentang makna pokok, atau tema
itu sendiri. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sbuah karya sastra
dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantic dan yang menyangkut
persamaan-persamaan atau perbedaan. Hartoko dan Harmanto (dalam
Nurgiyanto,2012: 68). Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya
yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan
situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat mengikat kehadiran atau
ketidak hadiran peristiwa-peristiwa atau situasi tertentu, termasuk berbagai
unsur intrinsic yang lain, karena hal tersebut haruslah bersifat mendukung
kejelasan tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh
cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh sifat bagian cerita itu. Dengan
demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, haruslah disimpulkan dari
keseluruhan cerita,tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita
(Nurgianto,2012:68). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tema adalah inti persoalan
yang diungkapkan dalam suatu karya sastra, baik secara langsung atau tersurat
dan dapat ditampilkan secara tidak langsung atau tersirat.
2.
Latar atau Setting
Latar atau setting yang disebut juga
sebagai latar tumpu, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
(Abraham dalam Nurgiyantoro,2012: 216). Latar atau setting memberikan pijakan
cerita secara kongkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan
realitas pada pembaca, menciptakan sasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada
dan terjadi. Dengan adanya latar dalam sebuah cerita, gambaran mengenai
kejadian-kejadian atau peristiwa akan lebih kongkret. Berhadapan dengan sebuah karya
fiksi, pada hakikatnya kita berhadapan dengan sebuah dunia, dunia dalam
kemungkinan, sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh, penghuni dan
permasalahn. Namun, tentu saja hal itu kurang lengkap sebab tokoh dengan
berbagai pengalaman kehidupanya itu memerlukan ruang lingkup, tempat dan waktu,
sebagai halnya kehidupan manusia di dunia nyata. Berdasarkan pendapat di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah tempat, ruang, dan
situasi terjadinya cerita yang dapat mendukung terbetuknya watak fisik seorang
tokoh.
3.
Tokoh dan Penokohan
Peristiwa dalam sebuah cerita selalu
diemban oleh para tokoh dngan segala sifat tabiatnya. Di dalam karya sastra,
pengemban peristiwa atau pelaku peristiwa ini disebut dengan tokoh, sedangkan
cara pengarang menampilkan tokoh tersebut disebut penokohan. Istilah tokoh
menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, dan pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan
dalam sebuah cerita ( Jones dalam Nurgiyantoro 2012:164). Istilah penokohan lebih
luas penertiannya daripada tokoh, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah
siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan
pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang
jelas kepada pembaca ( Nurgiyantoro, 2012: 166). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tokoh adalah orang atau pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah penyajian
watak dan penciptaan cerita tokoh yang
ditampilkan dalam sebuah cerita.
4.
Alur atau Plot
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro 2012:
113), mengemukakan bahwa alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan
kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat,
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Untuk
menyebut plot, secara trdisional, orang
juga sering mempergunakan istilah alur atau jalan cerita. Alur atau plot adalah
pengaturan urutan peristiwa tertentu lainnya, tanpa terikat oleh urutan waktu. Alur atau plot
juga diartikan sebagai penceritaan rentetan peristiwa yang penekanannya
ditumpukkan pada sebuah akibat ( Santoso dan Sri,2010:59).
Di dalam mengembangkan sebuah alur cerita,
terdapat tiga unsur yang sangat penting, yaitu peristiwa, konflik, dan klimaks.
Eksistensi alur atau plot itu sendiri sangat ditentukan oleh tiga unsure
tersebut. Demikian pula halnya dengan masalah kualitas dan kadar kemenarikkan
sebuah cerita fiksi (Nurgiyantoro, 2012: 116). Jadi dapat disimpulkan alur atau
plot adalah urutan peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan
terjadinya peristiwa lain sehingga terbentuk suatu cerita.
5.
Sudut Pandang
Berbicara tentang sudut pandang belarti
membicarakan cara penyampaian cerita. Sudut pandang dalam karya
fiksimempersoalkan siapa yang menceritakan atau dari posisi mana (siapa)
peristiwa atau tindakan itu dilihat. Bagaimana pengarang menempatkan dirinya
dalam cerita atau hubungan pengarang dengan alam fiktif ceritanya
(Nurgiyantoro,2012: 246).
Abrams ( dalam Nurgiyantoro, 2012: 248)
mengemukakan bahwa sudut pandang adalah cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan
cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajiakan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Jadi, sudut pandang merupakan
cara atau strategi pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
6.
Gaya Bahasa
Cara menyampaikan pikiran atau perasaan
ataupun maksud-maksud lain menimbulkan gaya bahasa. Menurut Slametmuljana
( dalam Pradopo, 2009: 93) gaya bahasa
adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup
dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati
pembaca. Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalaui bahasa secara
khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakai bahasa ( Gorys
Keraf, 2010: 113). Gaya bahasa itu untuk menimbulkan reaksi tertentu, untuk
menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca.
7.
Amanat
Amanat adalah nasehat serta falsafah atau
nilai-nialai yang akan disampaikan kepada pembaca secara tersirat melalui cerita.
Amanat merupakan sesuatu yang ingin disampaiakan oleh pengarang kepada pembaca,
ia merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, maknayang disarankan
lewat cerita ( Nurgiyantoro, 2012: 320). Jadi, dapat disimpulkan bahwa amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
1.1.2
Gaya Bahasa
1.1.2.1 Sekilas tentang Stilistika
Secara etimologis stilistika berkaiatan dengan style ( gaya). Sedangkan secara defenisi
stilistika adalah ilmu yang berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada
umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa (Ratna,2009: 167). Stilistika
biasanya dimaksudkan untuk menerangakan sesuatu yang pada umumnya dalam dunia
kesastraan. Kajian stilistika itu sendiri sebenarnya dapat ditujukan terhadap
berbagai ragam pengguanan bahasa, tidak terbatas pada sastra saja, namun
stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra.
1.1.2.2 Pengertian Gaya Bahasa
Gaya
bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan
jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa tertentu
dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu, Dale (dalam Tarigan,
1985:5). Gaya bahasa bukan hanya sekedar saluran, tetapi alat yang mengerakkan
sekaligus menyusun kembali dunia sosial itu sendiri. Gaya bahasa baik bagi
penulis maupun pembaca berfungsi untuk mengekplorasi kemampuan bahasa khususnya
bahasa yang digunakan.
Gaya bahasa adalah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis (Tarigan, 1985:5). Gaya bahasa merupakan bentuk retorik,
yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan untuk
mempengaruhi penyimak dan pembaca. Melalui gaya bahasa sastrawan menuangkan
idenya. Bagaimanapun perasaan saat menulis, jika menggunakan gaya bahasa, karya
sastra yang dihasilkan akan semakin
indah. Melalui gaya bahasa pembaca dapat menilai kepribadian dan kemampuan
pengarang, semakin baik gaya bahasa
yang digunakan, semakin baik pula penilaian terhadapnya. Sering kita katakana
bahwa bahasa adalah pengarang yang terekam dalam karya yang dihasilkannya. Oleh
sebab itu, setiap pengarang mempunyai gayanya masing-masing. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah pembungkus ide yang akan menghaluskan teks
sastra dan memperlihatkan jiwa kepribadian pengarang. Gaya bahasa mencakup
diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, pola rima, majas dan citraan.
1.1.2.3 Jenis-Jenis Gaya Bahasa
Gaya
bahasa adalah penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapat efek-efek
tertentu. Oleh karena itu, penelitian gaya bahasa terutama dalam karya sastra
yang diteliti adalah wujud gaya bahasa itu. Secara garis besar gaya bahasa
novel dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: (1) gaya bahasa penegasan,
(2) gaya bahasa perbandingan, (3) gaya bahsa pertentangan, dan (4) gaya bahasa
sindiran (Ratna, 2009:164). Kemudian masing-masing gaya bahasa tersebut
memiliki beberapa bagian yang lebih rinci. Adapaun penjelasan masing-masing
gaya bahasa di atas adalah sebagai berikut.
1)
Gaya Bahasa Penegasan
a)
Aferesis
Penegasan
dengan menghilangkan atau suku kata awal. Contoh Raden Ajeng Kartini berjuang tuk (untuk) kemajuan kaum
perempuan.
b)
Aforisme
Penyataan
sebagai kebenaran umum atau kata-kata arif. Contoh: Tidak ada pekerjaan yang sulit, kita bisa karena biasa.
c)
Alonim
Alonim
adalah gaya bahasa dengan menggunakan varian nama. Contoh Tono (Suhartono),
Tini ( Sumartini), Sam ( Samsul), dll.
d)
Elipsis
Elipsis
adalah suatu gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsure kalimat yang
dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar,
sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku.
Contoh: masihkah kau tidak percaya bahwa
dari segi fisik engkau taka apa-apa, badanmu sehat, tetapi psikis….
2)
Majas perbandingan
1)
Alegori
adalah Perbandingan dengan alam secara utuh.
2)
Alusio adalah dengan ungkapan,
pribahasa, atau sampiran pantun. Contoh perang tak ada gunanya,kalah dan menang
sama-sama menjadi abu.
3)
Antonomosia adalah sebutan untuk
menggantikan nama orang.
4)
Hiperboala adalah melebihi sifat dan
kenyataan yang sesungguhnya. Contoh: pada musim hujan, suara petir membela
bumi.
5)
Metafora adalah membandingan suatu benda
dengan benda lain. Contoh: para pemuda merupakan tulang punggung keluarga.
6)
Personifikasi adalah gaya bahasa yang
mengibaratkan benda mati dianggap benda hidup. Contoh: ombak berkejar-kejaran
di tepi pantai.
3)
Majas pertentanagan
1)
Anakronisme adalah gaya bahasa yang
menyatakan sesuatu tidak sesuai dengan peristiwa. Contohnya Borobudur dibangun
dengan teknologi modern.
2)
Kontradiksio adalah gaya bahasa yang
berlawanan secara kontravisional. Contohnya malam sunyi sepi, keculi suara
burung hantu.
3)
Antithesis adalah sebuah gaya bahasa
yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dan menggunkan kata-kata
atau kelompok kata yang berlawanan. Contohnya besar kecil, tua muda, laki
perempuan ikut pergi menonton layar tancap ke kantor desa.
4).
Majas Sindiran
1)
Antifrasis adalah gaya bahasa sindiran
yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikanya atau sindiran
dengan makna berlawanan. Contohnya lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya
adalah si cebol).
2)
Inuendo adalah sindiran dengan
mengecilkan keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya. Contohya dia menjadi
kayak arena melakukan sedikit korupsi.
3)
Ironi adalah gaya bahasa yang mengatakan
sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dari
rangkaian kata-katanya dengan kata lain, ironi adalah sindiran halus. Contohnya
bagus sekali tulisanmu seperti cakaran ayam.
1.1.3
Aspek
pendidikan
Nilai
adalah suatu prinsip tingkah laku yang diterima dan dijalankan oleh warga
masyarakat. Nilai juga memberikan suatu standr atau ukuran guna melihat suatu
tindakan yang akan dilakukan. Nilai berada dalam hati nurani
Pendidikan
adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan
menimbulkan perunahan dalam dirinya yang memungkinnya untuk berfungsi secara
baik dalam masyarakat ( hamalik, 2013:3).
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidakan adalah usaha manuasia yang
dilakukan secara sadar untuk mendapatkan perubahan sikap dan prilaku seseorang
melalui pengajaran dan pelatihan yang merupakan suatu proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya memiliki pengetahuan, berakhlak mulia, dan pandai
menyesuaikan diri sehingga mampu berintraksi dalam masyarakat.
Di
dalam karya, nilai pendidikan disampaikan dan dianut di dalamnya, pengarang
tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya saja tetapi secara
implicit juga mempunyai maksud, dorongan, mempengaruhi pembaca untuk memahami,
menghayati,dan menyadari masalah serta ide yang religius serta lebih pada hati
nurani, dan pribadi manusia itu sendiri.
1.1.2.3 Nilai Sosial
Nilai sosial dapat
diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan
penting, memiliki cirri-ciri sendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan
mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku ( Azmi, 2012:29).Nilai
sosial adalah segala sesuatu yang dianggap berharga bagi masyarakat.
1.1.3
Pembelajaran
Sastra di SMA
1.1.3.1
Batasan
pembelajaran sastra di SMA
Batasan
pembelajaran di SMA dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran (KTSP) di sekolah
yang meliputi: (a) membaca novel Indonesia dan novel terjemahan, (b)
menganalisis unsur- unsure instrinsik dan ekstrinsik (alur, tema, penokohan,
sudut pandang, latar dan amanat) novel Indonesia dan terjemahan, dan (c)
membandingkan unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia dn terjemahan.
1.1.4.2
Tujuan Pembelajaran Sastra
Pelaksanaan pembelajaran sastra mempunyai
tujuan-tujuan khusus,yaitu:
1.
Pengembangan kenikmatan dan keterampilan
membaca serta menafsirkan karya sastra dan mengenalkan siswa dengan sejumlah
karya sastra yang signifikan.
2.
Pengenalan tradisi karya sastra, dan
peranannya dalam tradisi kemanusiaan.
3.
Pengembangan standard an cipta rasa
terhadap karya sastra.
4.
Perangsangan terhadap potensi-potensi
karya sastra yang sesuai dengan selera masyarakat.
5.
Peningkatan pengertian siswa tentang
pentingnya karya sastra sebagai sumber pemekaran wawasan terhadap
masalah-masalah pribadi dan sosial Gani (Ashari,2012:36).
Dengan
demikian tujuan pembelajarn apresiasi sastra khususnya novel dapat membantu
siswa peka terhadap perasaannya dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Novel sebagai bahan ajar harus memiliki isi yang dapat berperan sebagai sarana
pendidikan untuk mewujudkan anak didik yang cerdas, cermat, dan berbudi
luhur.
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin.
2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Badrun,
Ahmad.1983. Dasar-Dasar Ilmu Sastra.
Mataram:
Mataram University Press.
El
Shirasy, Habiburrahman. 2015. Ayat-Ayat
Cinta 2.
Jakarta:
PT Pustaka Abdi Bangsa.
Handayani,
Nani. 2007. Analisis Unsur Instrinsik Dan
Nilai-Nilai Pendidikan Cerpen “Word Champion” Karya Topik Irawan.
Mataram:
FKIP UNRAM.
Nurgiantoro,
Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
http://
wordpress. Com/ 2016/11/20/ Pengertian Gaya Bahasa/15/11/2016.
EmoticonEmoticon