Monday, September 25, 2017

PROPOSAL
ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL AYAT-AYAT CINTA 2
KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SMA


Oleh:
RINA KARLINA E1C114094
KELAS VI/D



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
PENDAHULUAN
      Novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional. Sebuah karya sastra yang baik tidak hanya dipandang sebagai rangkaian kata tetapi juga ditentukan oleh makna yang terkandung di dalamnya dan memberikan pesan positif bagi pembaca.
     Novel dalam arti umum belarti cerita berbentuk prosa, dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak, dan setting cerita yang beragam. Novel juga dapat diartikan sebagai karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra khususnya novel hadir. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangan sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel yang sangat bagus.
     Salah satu jenis karya sastra adalah novel. Novel yang baik dan menarik adalah novel yang mampu memikat hati pembaca dan memberikan banyak inspirasi bagi para pembacanya. Novel ayat-ayat cinta 2 karya Habiburahman El-Shirazy merupakan novel yang menarik untuk dibaca oleh siapapun karna menyajikan cerita yang sangat menarik. Novel ayat-ayat cinta 2 merupakan novel yang dapat memberikan inspirasi bagi pembaca, hal itu belarti ada nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka, khususnya dalam hal pendidikan. Novel karya Habiburrahman El-Shirazy tersebut mengandung nilai-nilai yang sangat perlu diketahui oleh generasi sekarang, terutama nilai pendidikannya. Nilai pendidikan seperti cara bergaul, berfikir,  bersikap, dan berbicara yang tercermin dalam prilaku para tokoh ataupun gambaran pengarang. Nilai pendidikan yang dimaksud diantaranya adalah nilai pendidikan moral, pendidikan religious, dan pendidikan sosial. Selain itu, dalam menyajikan cerita Habiburrahman El-Shirazy juga sangat kreatif mempergunakan dan mengolah bahasa. Novel ayat-ayat cinta 2 ini menggunakan bahasa yang indah dan sangat menarik.
     . Gaya bahasa merupakan salah satu unsur yang menarik dalam sebuah bacaan yang menggunakan bahasa yang unik dan menarik sehingga menimbulkan kesan tertentu dalam karya sastra. Setiap penulis memiliki gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas, dan citraan pola rima matra yang digunakan seseorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
     Selain gaya bahasa sebagai unsur intrinsik suatu karya sastra (novel), terdapat pula unsur ektrinsik yaitu aspek pendidikan. Karya sastra pada umumnya tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, penyalur pikiran, dan perasaan bagi penutur dan pendengarannya atau penulis dan pembacanya, tetapi juga berfungsi sebagai alat pencerminan sikap, pandangan, dan tingkah laku seseorang atau kelompok. Karya sastra dapat diarahkn sebagai media pendidikan. Hal ini sangat penting, karena media pendidikan merupakan alat  mencapai tujuan pendidikan. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mapu mencerminkan prinsip kemanusiaan. Hal ini tentunya berkaitan dengan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari manusia yang harus dihadapi oleh semangat cerdas, berakal dan berfikir, pembelajaran sastra di sekolah dimaksudkan utuk meningkatkan kemapuan siswa mengapresiasi sastra. Tujuan itu berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan-perasaan, penalaran, dan khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup.
      Terkait juga dengan unsur intrinsik dan ektrinsik pada pendidikan, dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan terdapat materi pelajaran yang membahas tentang sastra(novel). Hal ini dapat dilihat pada kompetensi Dasar “menganalisis unsur-unsur intrinsik (alur, tema, tokoh dan penokohan, gaya bahasa, sudut pandang, latar, dan amanat) dan ekstrinsik (nilai pendidikan moral, religious, sosial dan lain-lain) novel Indonesia atau terjemahan” dengan indikator menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia. Hal inilah yang coba dihubungkan oleh peneliti melalui analisis gaya bahasa dan aspek pendidikan dalam novel ayat-ayat cinta 2 karya Habibirrahman El-shirazy, analisis mengenai gaya bahasa dan aspek pendidikan dalam novel ayat-ayat cinta karya Habiburrahman El-Shirazy juga diharapkan dapat digunakan sebagai pelengkap ataupun sarana pembaharuan materi ajar di SMA.
     Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis mencoba mengkaji novel ini dengan judul analisis gaya bahasa novel ayat-ayat cinta 2 karya Habiburrahman El- Shirazy kaitannya dalam  pembelajaran sastra SMA.
1.1 Kajian Teori
   1.1.1 Novel Ayat-Ayat Cinta 2
      1.1.1.1 Pengertian Novel
            Kata novel berasal dari bahasa Latin novellas, yang berbentuk dari kata novus yang belarti baru. Dikatakan baru karena bila dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainya seperti puisi, drama, dan lain-lain maka jenis novel ini muncul kemudian. Novel diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada ceritapendek, yang isinya hanya mengungkapkan suatukejadian penting, menarik dari kehidupan seseorang secara singkat dan yang pokok-pokok saja( Santoso dan Wahyuningsih, 2010:46).
            Novel dalam arti umum belarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam. Sumarjono ( dalam Santoso dan Wahyuningsih, 2010: 47) mengatakan bahwa novel adalah produk masyarakat. Novel berada di masyarakat karena novel berbentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat, Faruk (dalam Wijaya Heru, 2012:4). Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat, dirasakandalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.
            Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya sastra imajinatif yang mengisahkan permasalahan kehidupan seseorang atau beberapa tokoh dengan unsure intrinsic dan ekstrinsik sebagai pelengkap keutuhannya. Cerita fiktif tidak hanya sebagai cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan.
            Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa.
2.      Terjadinya konflik hingga menimbulkan perubahan nasib.
3.      Terdapat beberapa alur atau jalan cerita.
4.      Terdapat beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita.
5.      Perwatakan dan penokohan dilukiskan secara mendalam.

1.1.1.2 Jenis-jenis novel
Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan karangan tema dan kreativitas dari sastrawan yang tidak lain adalah pengarang novel. Nurgiyanto (2012:16) membedakan novel menjadi dua yaitu novel populer dan novel serius.
1). Novel Populer
            Sebutan novel populer atau novel pop mulai merebak sesudah suksesnya novel karmila dan cintaku di kampus biru pada tahun 70-an. Setelah itu, setiap novel hiburan,tidak peduli mutunya, disebut juga sebagai novel populer atau novel pop. Kata ‘pop’ erat diasosiasikan dengan kata ‘populer’, mungkin karena novel-novel itu sengaja dituliskan untuk selera populer yang kemudian dikemas dan dijajankan sebagai suatu barang dagangan populer, dan kemudian dikenal sebagai bacaan populer,Karyam (dalam Nurgiyanto,2012: 17).
            Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang actual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapihakikat kehidupan. Sebab, jika demikian halmnya, novel populer akan menjadi berat, dan berubah menjadi novel serius, dan boleh jadi akan ditinggalkan oleh  pembacanya. Oleh karena itu, novel populer pada umumnya hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memksa orang untuk membacanya sama sekali. Novel tersebut biasanya cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya ( Nurgiyanto,2012: 17).
2). Novel Serius
            Di dalam novel serius pengalaman dan permasalahan ditampilkan dan diungkapkan sampai keinti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Novel serius disamping memberikan hiburan, juga memberikan pengalaman yang berharga ke pada pembaca atau paling tidak mengajaknya untuk mencapai dan merenungkan secarah lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang   baru dengan cara pengucapan yang baru pula ( Nurgiyanto, 2012: 19).
            Membaca novel serius biasanya diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kmauan untuk memahaminya dengan baik. Novel serius mengambil realitas kehidupan ini sebagai model. Kemudian menciptakan sebuah dunia baru lewat penampilan cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus. Masalh percintaan banyak juga diangkat dalam novel serius. Namun, itu bukan satu-satunya masalah yang penting dan menarik untuk di ungkap.
            Masalah kehidupan amat kompleks, bukan sekedar cinta asmara, melainkan juga hubungan sosial, ketuhanan, maut, takut, cemas, dan bahkan masalah cinta itu pun dapat diajukan terhadap berbagai hal, misalnya cinta kepada orang tua, saudara, tanah air, dan lain-lain. Masalah percintaan dalam fiksi memang tampak penting, terutama untuk memperlancar cerita. Namun, barangkali masalah pokok yang ingin diungkap pengarang justru diluar percintaan itu sendiri ( Nugiyanto, 2012:19).
1.1.1.3 Struktur Novel 
            Suatu karya sastra memiliki unsure-unsur yang membentuknya, yaitu unsure intrinsic dan unsure ekstrinsik. Adapun unsure yang termasuk ke dalam unsure intrinsik adalah tema, tokoh, dan penokohan, latar atau setting, alur atau plot, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai unsure-unsur intrinsic novel.
1.      Tema
      Tema cerita merupakan hal yang sangat mendasar dari suatu cerita, karena suatu serita tidak akan berhasil tanpa menyertakan tema. Menurut Stanton dan Kenny (dalm Nurgiyanto,2012:67), tema merupakan makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Untuk menentukan makna dalam sebuah novel, perlu adanya kejelasan pengertian tentang makna pokok, atau tema itu sendiri. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sbuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantic dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan. Hartoko dan Harmanto (dalam Nurgiyanto,2012: 68). Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat mengikat kehadiran atau ketidak hadiran peristiwa-peristiwa atau situasi tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsic yang lain, karena hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh sifat bagian cerita itu. Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita,tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita (Nurgianto,2012:68). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tema adalah inti persoalan yang diungkapkan dalam suatu karya sastra, baik secara langsung atau tersurat dan dapat ditampilkan secara tidak langsung atau tersirat.
2.      Latar atau Setting
      Latar atau setting yang disebut juga sebagai latar tumpu, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abraham dalam Nurgiyantoro,2012: 216). Latar atau setting memberikan pijakan cerita secara kongkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realitas pada pembaca, menciptakan sasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Dengan adanya latar dalam sebuah cerita, gambaran mengenai kejadian-kejadian atau peristiwa akan lebih kongkret. Berhadapan dengan sebuah karya fiksi, pada hakikatnya kita berhadapan dengan sebuah dunia, dunia dalam kemungkinan, sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh, penghuni dan permasalahn. Namun, tentu saja hal itu kurang lengkap sebab tokoh dengan berbagai pengalaman kehidupanya itu memerlukan ruang lingkup, tempat dan waktu, sebagai halnya kehidupan manusia di dunia nyata. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah tempat, ruang, dan situasi terjadinya cerita yang dapat mendukung terbetuknya watak fisik seorang tokoh.
3.      Tokoh dan Penokohan
      Peristiwa dalam sebuah cerita selalu diemban oleh para tokoh dngan segala sifat tabiatnya. Di dalam karya sastra, pengemban peristiwa atau pelaku peristiwa ini disebut dengan tokoh, sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh tersebut disebut penokohan. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, dan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang     ditampilkan dalam sebuah cerita ( Jones dalam Nurgiyantoro 2012:164). Istilah penokohan lebih luas penertiannya daripada tokoh, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca ( Nurgiyantoro, 2012: 166). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah orang atau pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah penyajian watak dan penciptaan cerita tokoh   yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
4.      Alur atau Plot
      Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro 2012: 113), mengemukakan bahwa alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Untuk menyebut plot, secara trdisional,  orang juga sering mempergunakan istilah alur atau jalan cerita. Alur atau plot adalah pengaturan urutan peristiwa tertentu lainnya, tanpa   terikat oleh urutan waktu. Alur atau plot juga diartikan sebagai penceritaan rentetan peristiwa yang penekanannya ditumpukkan pada sebuah akibat ( Santoso dan Sri,2010:59).
      Di dalam mengembangkan sebuah alur cerita, terdapat tiga unsur yang sangat penting, yaitu peristiwa, konflik, dan klimaks. Eksistensi alur atau plot itu sendiri sangat ditentukan oleh tiga unsure tersebut. Demikian pula halnya dengan masalah kualitas dan kadar kemenarikkan sebuah cerita fiksi (Nurgiyantoro, 2012: 116). Jadi dapat disimpulkan alur atau plot adalah urutan peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan terjadinya peristiwa lain sehingga terbentuk suatu cerita.
5.      Sudut Pandang
      Berbicara tentang sudut pandang belarti membicarakan cara penyampaian cerita. Sudut pandang dalam karya fiksimempersoalkan siapa yang menceritakan atau dari posisi mana (siapa) peristiwa atau tindakan itu dilihat. Bagaimana pengarang menempatkan dirinya dalam cerita atau hubungan pengarang dengan alam fiktif ceritanya (Nurgiyantoro,2012: 246).
      Abrams ( dalam Nurgiyantoro, 2012: 248) mengemukakan bahwa sudut pandang adalah cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajiakan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Jadi, sudut pandang merupakan cara atau strategi pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
6.      Gaya Bahasa
      Cara menyampaikan pikiran atau perasaan ataupun maksud-maksud lain menimbulkan gaya bahasa. Menurut Slametmuljana (  dalam Pradopo, 2009: 93) gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalaui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakai bahasa ( Gorys Keraf, 2010: 113). Gaya bahasa itu untuk menimbulkan reaksi tertentu, untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca.
7.      Amanat
      Amanat adalah nasehat serta falsafah atau nilai-nialai yang akan disampaikan kepada pembaca secara tersirat melalui cerita. Amanat merupakan sesuatu yang ingin disampaiakan oleh pengarang kepada pembaca, ia merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, maknayang disarankan lewat cerita ( Nurgiyantoro, 2012: 320). Jadi, dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

1.1.2 Gaya Bahasa
      1.1.2.1 Sekilas tentang Stilistika
                  Secara etimologis stilistika berkaiatan dengan style ( gaya). Sedangkan secara defenisi stilistika adalah ilmu yang berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa (Ratna,2009: 167). Stilistika biasanya dimaksudkan untuk menerangakan sesuatu yang pada umumnya dalam dunia kesastraan. Kajian stilistika itu sendiri sebenarnya dapat ditujukan terhadap berbagai ragam pengguanan bahasa, tidak terbatas pada sastra saja, namun stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra.
      1.1.2.2 Pengertian Gaya  Bahasa
                  Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu, Dale (dalam Tarigan, 1985:5). Gaya bahasa bukan hanya sekedar saluran, tetapi alat yang mengerakkan sekaligus menyusun kembali dunia sosial itu sendiri. Gaya bahasa baik bagi penulis maupun pembaca berfungsi untuk mengekplorasi kemampuan bahasa khususnya bahasa yang digunakan.
                  Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (Tarigan, 1985:5). Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan untuk mempengaruhi penyimak dan pembaca. Melalui gaya bahasa sastrawan menuangkan idenya. Bagaimanapun perasaan saat menulis, jika menggunakan gaya bahasa, karya sastra yang dihasilkan  akan semakin indah. Melalui gaya bahasa pembaca dapat menilai kepribadian dan kemampuan pengarang, semakin baik gaya   bahasa yang digunakan, semakin baik pula penilaian terhadapnya. Sering kita katakana bahwa bahasa adalah pengarang yang terekam dalam karya yang dihasilkannya. Oleh sebab itu, setiap pengarang mempunyai gayanya masing-masing. Jadi, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah pembungkus ide yang akan menghaluskan teks sastra dan memperlihatkan jiwa kepribadian pengarang. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, pola rima, majas dan citraan.
      1.1.2.3 Jenis-Jenis Gaya Bahasa
                  Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapat efek-efek tertentu. Oleh karena itu, penelitian gaya bahasa terutama dalam karya sastra yang diteliti adalah wujud gaya bahasa itu. Secara garis besar gaya bahasa novel dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: (1) gaya bahasa penegasan, (2) gaya bahasa perbandingan, (3) gaya bahsa pertentangan, dan (4) gaya bahasa sindiran (Ratna, 2009:164). Kemudian masing-masing gaya bahasa tersebut memiliki beberapa bagian yang lebih rinci. Adapaun penjelasan masing-masing gaya bahasa di atas adalah sebagai berikut.
1)      Gaya Bahasa Penegasan
a)      Aferesis
Penegasan dengan menghilangkan atau suku kata awal. Contoh Raden Ajeng Kartini berjuang tuk (untuk) kemajuan kaum perempuan.  
b)      Aforisme
Penyataan sebagai kebenaran umum atau kata-kata arif. Contoh: Tidak ada pekerjaan yang sulit, kita bisa karena  biasa.
c)      Alonim
Alonim adalah gaya bahasa dengan menggunakan varian nama. Contoh Tono (Suhartono), Tini ( Sumartini), Sam ( Samsul), dll.
d)     Elipsis
Elipsis adalah suatu gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsure kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Contoh: masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau taka apa-apa, badanmu sehat, tetapi psikis….   
2)      Majas perbandingan
1)      Alegori  adalah Perbandingan dengan alam secara utuh.
2)      Alusio adalah dengan ungkapan, pribahasa, atau sampiran pantun. Contoh perang tak ada gunanya,kalah dan menang sama-sama menjadi abu.
3)      Antonomosia adalah sebutan untuk menggantikan nama orang.
4)      Hiperboala adalah melebihi sifat dan kenyataan yang sesungguhnya. Contoh: pada musim hujan, suara petir membela bumi.
5)      Metafora adalah membandingan suatu benda dengan benda lain. Contoh: para pemuda merupakan tulang punggung keluarga.
6)      Personifikasi adalah gaya bahasa yang mengibaratkan benda mati dianggap benda hidup. Contoh: ombak berkejar-kejaran di tepi pantai.
3)      Majas pertentanagan
1)      Anakronisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu tidak sesuai dengan peristiwa. Contohnya Borobudur dibangun dengan teknologi modern.
2)      Kontradiksio adalah gaya bahasa yang berlawanan secara kontravisional. Contohnya malam sunyi sepi, keculi suara burung hantu.
3)      Antithesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dan menggunkan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Contohnya besar kecil, tua muda, laki perempuan ikut pergi menonton layar tancap ke kantor desa.
4). Majas Sindiran
1)      Antifrasis adalah gaya bahasa sindiran yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikanya atau sindiran dengan makna berlawanan. Contohnya lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya adalah si cebol).
2)      Inuendo adalah sindiran dengan mengecilkan keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya. Contohya dia menjadi kayak arena melakukan sedikit korupsi.
3)      Ironi adalah gaya bahasa yang mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dari rangkaian kata-katanya dengan kata lain, ironi adalah sindiran halus. Contohnya bagus sekali tulisanmu seperti cakaran ayam.
1.1.3        Aspek pendidikan
            Nilai adalah suatu prinsip tingkah laku yang diterima dan dijalankan oleh warga masyarakat. Nilai juga memberikan suatu standr atau ukuran guna melihat suatu tindakan yang akan dilakukan. Nilai berada dalam hati nurani
            Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perunahan dalam dirinya yang memungkinnya untuk berfungsi secara baik dalam masyarakat ( hamalik, 2013:3).
            Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidakan adalah usaha manuasia yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan perubahan sikap dan prilaku seseorang melalui pengajaran dan pelatihan yang merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya memiliki pengetahuan, berakhlak mulia, dan pandai menyesuaikan diri sehingga mampu berintraksi dalam masyarakat.
            Di dalam karya, nilai pendidikan disampaikan dan dianut di dalamnya, pengarang tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya saja tetapi secara implicit juga mempunyai maksud, dorongan, mempengaruhi pembaca untuk memahami, menghayati,dan menyadari masalah serta ide yang religius serta lebih pada hati nurani, dan pribadi manusia itu sendiri.
1.1.2.3 Nilai Sosial 
                        Nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki cirri-ciri sendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku ( Azmi, 2012:29).Nilai sosial adalah segala sesuatu yang dianggap berharga bagi masyarakat.
1.1.3        Pembelajaran Sastra di SMA
1.1.3.1  Batasan pembelajaran sastra di SMA
            Batasan pembelajaran di SMA dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran (KTSP) di sekolah yang meliputi: (a) membaca novel Indonesia dan novel terjemahan, (b) menganalisis unsur- unsure instrinsik dan ekstrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar dan amanat) novel Indonesia dan terjemahan, dan (c) membandingkan unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia dn terjemahan.
1.1.4.2  Tujuan Pembelajaran Sastra
     Pelaksanaan pembelajaran sastra mempunyai tujuan-tujuan khusus,yaitu:
1.      Pengembangan kenikmatan dan keterampilan membaca serta menafsirkan karya sastra dan mengenalkan siswa dengan sejumlah karya sastra yang signifikan.
2.      Pengenalan tradisi karya sastra, dan peranannya dalam tradisi kemanusiaan.
3.      Pengembangan standard an cipta rasa terhadap karya sastra.
4.      Perangsangan terhadap potensi-potensi karya sastra yang sesuai dengan selera masyarakat.
5.      Peningkatan pengertian siswa tentang pentingnya karya sastra sebagai sumber pemekaran wawasan terhadap masalah-masalah pribadi dan sosial Gani (Ashari,2012:36).
                  Dengan demikian tujuan pembelajarn apresiasi sastra khususnya novel dapat membantu siswa peka terhadap perasaannya dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Novel sebagai bahan ajar harus memiliki isi yang dapat berperan sebagai sarana pendidikan untuk mewujudkan anak didik yang cerdas, cermat, dan berbudi luhur. 

















DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Badrun, Ahmad.1983. Dasar-Dasar Ilmu Sastra.
Mataram: Mataram University Press.

El Shirasy, Habiburrahman. 2015. Ayat-Ayat Cinta 2.
Jakarta: PT Pustaka Abdi Bangsa.

Handayani, Nani. 2007. Analisis Unsur Instrinsik Dan Nilai-Nilai Pendidikan Cerpen “Word Champion” Karya Topik Irawan.
Mataram: FKIP UNRAM.

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

http:// wordpress. Com/ 2016/11/20/ Pengertian Gaya Bahasa/15/11/2016.








Artikel Terkait


EmoticonEmoticon